Happy reading gais...
***
Jae benar-benar berakhir di kediaman kedua orangtuanya, bahkan ia turun tergesa-gesa dari mobilnya dan langsung menghampiri pintu megah yang menjadi penghalang, sebelum Jae memencet bel, pintu tersebut sudah lebih dahulu dibuka oleh asisten rumah yang mungkin melihat kedatangan Jae melalui cctv depan pagar.
Mata sipit Jae terus menerawang isi rumah yang terlihat sepi, hanya beberapa asisten rumah berkeliaran membersihkan debu-debu halus. Dia pun sempat menanyakan dimana keberadaan Ayah-nya, dan ternyata sesuai dugaannya jika sang Ayah ada di ruang kerja lantai atas. Tak ingin berlama-lama, Jae langsung menaiki tangga untuk menghampiri Tuan Park.
Setibanya didepan pintu ruangan Ayah-nya, dia mengetuk tiga kali dan mendorong pintu tersebut hingga menampilkan Tuan Park yang sedang bekerja, pakaiannya terlihat formal karena mungkin tengah rapat secara online. Awalnya Jae ingin langsung mengamuk, tapi ia urungkan saat Ayah-nya memberinya kode untuk diam sejenak sampai urusannya selesai.
Sembari menunggu Tuan Park selesai rapat, Jae melakukan room tour. Ada banyak susunan yang berubah, dimulai dari lemari dan juga beberapa bingkai foto menghiasi dinding, salah satunya foto pernikahan Jae dan Divanka ada disini juga. Saat melihat foto tersebut, pikiran Jae kembali melayang pada moment dimana dia mengucapkan janji suci dihadapan pendeta bersama Divanka, benar-benar moment yang tak akan pernah Jae lupakan.
“Ingat rumah juga kamu? Darimana aja? Divanka apa kabar?” Fokus Jae berpindah saat mendengar suara berat Tuan Park menggema di ruangan mewah ini, ia pun mendekat ke meja Ayah dan mengeluarkan keluh-kesahnya yang sedaritadi ia tunda.
“Siapa yang kasih izin kalau Tante Fanny jadi pimpinan di cabang Turki?” tanya Jae.
“Maksud kamu panggil Mamah kamu gitu apa? Dia Mamah kamu, Jae!” bentak Tuan Park.
“Aku cuma punya Bunda, dan lagi Bunda udah pergi ninggalin aku. Jadi, aku enggak punya Bunda. Ngerti, Yah?” gertak Jae.
BRAK
Tuan Park menggebrak meja sehingga hampir saja membuat kopinya tertumpah diatas laptop mahalnya, namun sekarang itu tidak penting, yang terpenting emosinya terluapkan untuk anak pertamanya ini. Sifat Jae tidak jauh berbeda dengan sifat Bunda-nya yang dia maksud tadi, berhubung Tuan Park mempunyai dua istri dan sejak menikah kedua kalinya, Bunda Jae langsung pergi dari rumah meninggalkan keluarganya lalu seminggu kemudian mengguggat cerai kepada sang suami. Terakhir kali Jae melihat Bunda-nya saat acar pernikahannya, Bunda-nya sempat bercengkrama dengan Divanka dan berakhir pergi karena merasa tak nyaman bertemu Tuan Park serta si perusak rumah tangganya.
“Mau sampai kapan kamu keras kepala begini, hah?!” bentak Tuan Park.
Bukannya Jae takut justru dia malah semakin merasa miris dengan kehidupan keluarganya yang jauh dari kata harmonis sejak laki-laki sialan ini membawa perempuan lain ke rumah, Jae sangat membenci Mamah tiri-nya, dia tak akan pernah menganggap dia sebagai seorang Mamah. Karena Jae tahu bahwa wanita yang berstatus sebagai Mamah-nya itu hanya menginginkan hidup mewah disertai harta warisan berlimpah, tentu saja tak akan mudah selama Jae masih ada dan bernafas di dunia ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Park Jaehyung : Not Mine? (Jae DAY6) [Completed]
Fiksi PenggemarBagaimana jika pernikahan yang diimpikan selama ini malah berakhir kacau dan tak memiliki arah akan kemana rumah tangga tersebut? Pernikahan yang hanya didasari oleh perjodohan terkadang seperti itu, ada yang benar-benar menerima dan ada pula yang h...