Happy reading gais...
***
“Kamu enggak ke kampus hari ini, Van?” Pertanyaan itu yang pertama kali Divanka dapatkan sesaat ia melangkahkan kedua tungkainya menuruni anak tangga, Jae sudah duduk manis di kursi pantry dapur sembari menikmati teh hijaunya yang hambar tanpa menggunakan gula sebagai pemanis.
Terkadang Divanka mual saat membayangkan meminum teh atau kopi tanpa menambahkan gula, membayangkannya saja sudah membuatnya muak apalagi jika disuruh untuk meminumnya? Mungkin dia sudah melempar cangkir tersebut kearah jendela apartement saking bencinya dengan minuman beracun itu.
“Dapat kabar dari teman kalau jadwal hari ini kosong, dosennya enggak masuk.” jawab Divanka.
Jae mengangguk paham mendengar ucapan Divanka dan kembali menikmati minuman panasnya, setelah selesai dengan urusan sarapan sederhananya itu, ia memandangi Divanka yang sedikit lebih rapih dibanding biasanya. Dia mengenakan celana selutut, kaos berwarna peach kebesaran disertai rambut yang diikat asal-asalan.
“Kamu ada janji hari ini?” tanya Jae sembari melonggarkan sedikit dasinya yang mencekik lehernya.
“Emang kenapa?” balas Divanka.
“Ikut aku ke kantor aja, gimana?” ajak Jae.
Jika Divanka yang dulu diajak seperti itu pasti dengan cepat menolak, tapi Divanka yang sekarang malah terlihat berpikir dan menimang ajakan dari sang suami. Mengingat apa hari ini ia benar-benar kosong tanpa ada janji dengan temannya, ia tak ingin meninggalkan sesuatu yang ia putuskan untuk meluangkan waktunya pada seseorang.
“Enggak ganggu emang kalau gue ikut?” tanya Divanka.
Jae terkekeh pelan lalu melangkah mendekat kearah Divanka yang hendak menyalakan TV. “Siapa yang berani bilang kalau kamu ganggu aku di kantor?” balas Jae.
Spontan Divanka memutar kedua bola matanya malas, menatap Jae kesal akibat ucapan manis yang lagi dan lagi ia dapatkan untuk kesekian kalinya. “Enggak usah gombal, ya udah tungguin. Gue ganti baju dulu,” ucap Divanka.
“Enggak usah ganti,” cegah Jae.
Kening Divanka mengernyit heran, ia berkacak pinggang kearah Jae bersiap-siap untuk mengamuk detik ini juga. “Maksud lo apa? Gue model gini ke kantor lo? Yang ada gue malah disangka babu lo anjir,” gerutu Divanka.
Bukannya Jae membalas ucapan Divanka, ia malah menarik istri-nya keluar dari apartement tanpa memperdulikan kalau Divanka mengamuk disertai teriakannya yang menggelegar di koridor apartement. Persetan dengan tetangga yang terganggu, Jae tidak peduli, daripada ia harus menunggu Divanka mengganti pakaian lagi lebih baik ia membuat istri-nya itu berteriak frustasi.
“Lo apa-apaan sih? Lo gila, ya? Eh anjir, gue cuma pakai kaos, yang benar aja sih?!” omel Divanka.
TING
KAMU SEDANG MEMBACA
Park Jaehyung : Not Mine? (Jae DAY6) [Completed]
Fiksi PenggemarBagaimana jika pernikahan yang diimpikan selama ini malah berakhir kacau dan tak memiliki arah akan kemana rumah tangga tersebut? Pernikahan yang hanya didasari oleh perjodohan terkadang seperti itu, ada yang benar-benar menerima dan ada pula yang h...