Chapter 6

341 59 1
                                    

Happy reading gais

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading gais...


***


Jae duduk sendirian di ruang tengah ditemani oleh layar tv yang menyala didepannya, di pahanya ia memangku laptop dan menampilkan beberapa bagan hasil pencapaian team Marketing di perusahaannya. Kedua mata sipitnya benar-benar fokus memandangi setiap huruf dan angka yang tertera disana, jangan sampai ada satu hal pun yang terlewatkan. Jae terkenal dengan ketelitiannya, dan ia rela di cap menyeramkan daripada harus rugi banyak akibat keteledorannya sendiri.

Namun, disaat Jae hendak menggerakkan kursor laptopnya, ia membatalkan niatnya lalu melepas kacamata bening yang melekat di hidung mancungnya, berbalik kearah belakang dimana tangga menuju lantai atas yang ia dapatkan. Ia hanya ingin memastikan, apa Divanka sudah sadar dari mabuknya atau belum, sudah hampir empat jam gadis itu tewas di kamarnya dan belum diperiksa oleh Jae.

Ia pun sangat terpaksa bangkit dari posisi ternyamannya hanya untuk mengecek keadaan Divanka, meskipun gadis itu berkelakuan buruk pada Jae, setidaknya Jae memanusiakan Vanka. Kaki panjangnya pun menaiki satu persatu anak tangga hingga ia benar-benar tiba didepan kamar milik Divanka, ia mengetuk beberapa kali sebelum membukanya hanya untuk memastikan apa istri-nya itu sudah bangun atau belum.


KRIT


Suara pintu yang terbuka terdengar nyaring ditempat sunyi seperti sekarang, mata Jae menyapu bersih keadaan kamar Divanka yang tak ada perubahan disaat terakhir ia menyimpan Divanka beberapa jam lalu. Ia pun melangkah masuk agar lebih dekat, menatap sosok tubuh lemah didepannya yang terbaring diatas kasur dalam keadaan keringat bercucuran dari dahinya.

Spontan Jae mendaratkan bokongnya diatas kasur milik Divanka dan mengecek suhu tubuh Divanka, begitu ia menempelkan punggung tangannya di dahi milik Divanka, ia bisa merasakan betapa panasnya suhu tubuh Divanka.


“Pantesan tewas, demam gini.” gumam Jae lalu hendak berdiri dari duduknya, namun tangan kanannya merasakan genggaman hangat dari Divanka.


Ia pun mengurungkan niatnya dan berbalik menatap Divanka yang setia memejamkan kedua matanya, ini adalah kali pertama Jae melihat betapa lemahnya sosok Divanka. Selama menikah, hari ini pertama kalinya Divanka sakit di apartement Jae.


“Kamu udah bangun?” tanya Jae.


Perlahan Divanka membuka kedua matanya dan berusaha menyesuaikan cahaya lampu kamar yang masuk di kornea matanya sendiri, disaat semuanya sudah stabil, ia pun berusaha bangkit dari posisinya namun ditahan oleh Jae. Sehingga mau tidak mau Divanka hanya pasrah, karena tubuhnya benar-benar sangat sakit.


“Enggak usah banyak gerak, kamu lagi demam.” ucap Jae.

“Gue cuma sakit, bukan mati.” gumam Divanka.

Disaat sakit pun dia masih bisa menggerutu dan melawan ucapan Jae, benar-benar gadis yang tangguh, itu pikir Jae dibenaknya. “Yang bilang kamu mati siapa? By the way, kamu darimana semalam?” tanya Jae.

Park Jaehyung : Not Mine? (Jae DAY6) [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang