Happy reading gais...
***
Rasanya semakin hari Divanka merasakan adanya perubahan drastis dari Jae, dimulai dari sikapnya, cara berbicaranya dan juga lebih sering pulang tengah malam disaat Divanka sudah tidur. Namun Divanka hanya diam, dia hanya memperhatikan segala gerak-gerik Jae meskipun terlihat mencurigakan dan ucapannya tak patut dipercayai.
Setiap hari alasan Jae selalu sama, yaitu rapat dan rapat sehingga Divanka benar-benar muak mendengarnya. Untung saja ada seorang anak yang ia kandung jadi dia dapat mengontrol emosinya, jika tidak? Mungkin Divanka telah mengeluarkan segala cacian dan umpatannya untuk Jae seperti dulu.
“Jae mana?” Divanka mengedikkan bahunya pertanda ia tak tahu dan tak ingin tahu dimana keberadaan Jae sekarang, waktu sudah menunjuk kearah pukul sebelas malam tapi suami-nya itu belum kunjung pulang ke rumah.
Sedangkan Dowoon yang sudah paham bagaimana keadaan rumah tangga Divanka hanya bisa diam, ia tak ingin ikut campur dan mengadu domba keduanya, karena bagaimanapun Divanka itu adik-nya dan Jae itu sahabat sekaligus ipar-nya. Dia menjadi team netral, tak memihak siapa-siapa walaupun dia juga emosi dengan tingkah Jae.
“Udah telfon dia?” tanya Dowoon sembari duduk disamping Divanka yang tengah asyik menyaksikan kartun malam kesukaannya.
“Enggak penting sih telfon dia.” jawab Divanka.
Divanka itu keras, begitupun juga dengan Jae. Anehnya lagi mereka disatukan dalam suatu ikatan pernikahan, Dowoon tak bisa membayangkan betapa tentramnya kehidupan rumah tangga mereka ketika sedang bertengkar.
“Ego nya enggak pernah diilangin, capek gue lihat tingkah lo berdua.” ucap Dowoon.
Divanka spontan mendelik sebal, ia menatap Dowoon dengan datar, ingin menghabisi sang kakak detik ini juga karena telah membuatnya kesal. Dia sudah lelah menunggu Jae, ditambah kelakuan Dowoon yang membuatnya ingin gantung diri saja di ruang tengah ini.
“Heran gue sama lo, bacot mulu. Enggak capek?” ejek Divanka.
Beginilah Divanka saat diingatkan sesuatu malah melawan, Dowoon sebenarnya kesal jika sifat itu muncul dari Divanka, tapi dia mau bagaimana lagi, watak Divanka memang begitu dan entah kapan hilangnya.
“Laki lo diambil orang, gue mampusin!” tegas Dowoon.
BUG
Dengan spontan Divanka melayangkan bantal sofa kearah wajah Dowoon dan berhasil mendarat sempurna, ayunan bantal itu lumayan keras sampai-sampai menghasilkan suara yang nyaring ditempat sepi ini. Sang korban pun hanya bisa meringis dan mengelus wajah tampannya tanpa protes apapun.
“Kalau bicara suka sembarangan! Lo mau lihat gue jadi janda?!” bentak Divanka.
“Gue enggak bahas sampai sana loh,” ujar Dowoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Park Jaehyung : Not Mine? (Jae DAY6) [Completed]
FanficBagaimana jika pernikahan yang diimpikan selama ini malah berakhir kacau dan tak memiliki arah akan kemana rumah tangga tersebut? Pernikahan yang hanya didasari oleh perjodohan terkadang seperti itu, ada yang benar-benar menerima dan ada pula yang h...