Ada Yang Salah Denganku.

24 4 0
                                    

Penyesalan memang selalu datang terlambat. Percayalayah, kalimat itu memang benar adanya. Setelah kontrak menyeramkan yang gua setujui beberapa waktu lalu. Semua hal gila terjadi begitu saja hampir tiap harinya. Dukun itu benar-benar mengerjai gua habis-habisan. Dia membawa gua pergi sesuka hatinya ketika kemampuannya aktif, dan itu terjadi tanpa melihat waktu.

"RAVINDRA! Sore nanti ada seseorang jatuh dari sepeda!"

"RAVINDRA! Ada anak kecil yang menangis karna kehilangan uangnya!"

"RAVINDRA! Kita harus cepat ada kucing yang akan tertarbrak mobil bak!"

Dia bukan cuma dukun, dia gabungan Pemadam Kebakaran, PMI, Polisi dan mungkin Densus 88. Benar-benar semua hal, bahkan sesuatu yang tidak penting sekalipun juga akan ia minta untuk gua merubahnya.

"Bisa gaksih? Lo libatkan gua kalau ada kondisi yang mendesak aja!?" Kata gua kesal.

"INI MENDESAK RAVINDRA! Kalau kamu gak mau yasudah! Ucapkan selamat tinggal sama memori masa kecil kamu heheh" Kata Rika dengan senyum menyebalkan diwajahnya.

"HWUAHHH!!!!!!" Ancaman menyebalkannya selalu berhasil membuat gua menurutinya.

Apakah kalian pernah terpikir untuk keluar kelas matematika hanya untuk menolong seorang ibu yang kelelahan karna belanjaannya yang terlalu banyak? Apa kalian pernah pulang larut malam hanya untuk membantu seorang nenek membenarkan genting rumahnya yang bocor? Dan apa kalian pernah pergi saat praktek olahraga untuk melerai seorang anak kecil yang bertengkar oleh teman sebayanya? Itu semua adalah hal-hal gak penting yang gua lakukan akhir-akhir ini. Dia bilang kalau tidak melakukan itu, akan ada sesuatu terjadi. Gua gak tau dia membohongi gua atau tidak tapi, tanpa sadar. Semua situasi yang tidak pernah terencakan itu membuat kami semakin dekat. Seluruh orang di sekolah menggosipkan kami. Seperti beberapa waktu yang lalu, gua gak sengaja mendengar ini di kamar mandi.

"Ahh leganya" kata gua selepas buang air kecil di WC. Saat mau keluar Kamar Mandi, ada 2 orang anak laki-laki yang datang. Sepertinya mereka mau merokok.

"Roy, bakar dong keburu ada guru nih" Kata pria dari balik Wc gua menguping.

"Tar aja Jok abis istirahat, baru kita bakar" Balas pria bernama Roy kepada temannya yang bernama Joko

"Ehh, Roy lo tau gak sih. Si Rika kaka kelas kita yang cantik banget itu, katanya dia udah ada yang punya tau Roy. Si Ravindra cowonya sekarang."

"Ha!? Masa?"

"Seriusan, gua sih dengar dari anak-anak begitu. Mereka selalu keliatan barengan sekarang" Gua mengerutkan dahi, benar saja ternyata. Kata gua dalam hati.

"Kampret! Apa bagusnya sih itu cowo! Cuma modal ganteng sama pintar doang aja songong banget ngegebet Rika segala" Hey, ganteng dan pintar itu gak cuman. Gua mencoba menahan emosi mendengar dialog kedua cecunguk itu sampai mereka pergi.

Gosip menyebar sangat cepat sampai gua harus berkali-kali konfirmasi ketika ada orang yang bertanya seputar hubungan kami berdua. Sudahlah mao bagimana lagi, gua sudah lelah menanggapi mereka semua. Gua gak perduli lagi mereka mao berpikir apa.

Namun, si dukun satu itu gak selamanya menyebalkan. Kadang dia bertingkah cukup baik dan yah sedikit manis. Ini salah satunya.

Setelah hari yang melelahkan. Malamnya, Kami duduk di halte menunggu bus.

"Nihh" Rika memberikan gua botol air mineral.

"Setelah semua yang gua lakuin, cuma air putih!?" Tanya gua meledek.

"Ya udah sini kalau gak mau"

"Ehhhh-ehhhh, kalau udah ngasih tuhh gak boleh di ambil lagi!" Gleggg, gua meminum air tersebut. Ia duduk di sebelah gua seperti biasa sambil mengunyah permen karet, gua menatapnya.

Andai Takdir Seperti Permen Karet (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang