Ini sudah 1 hari setengah gua gak tidur. Tak ada apapun yang gua dapat entah tentang jaket gua, topi pink itu dan banyak hal lainya yang masih gua gak ngerti. Rasanya kepala ini sudah berat, jangankan berpikir melihatpun juga sudah letih. Semua hal yang mungkin jadi petunjuk benar-benar tak terjangkau. Sebenarnya siapa pencuri itu? Kenapa Rika mengakui kesalahan si pencuri? Kenapa dia mencuri uang itu? Semuanya masih jadi misteri. Hari ini masa skors Rika sudah berakhir tapi itu tak berarti dengan hinaan, bullying dan cacian yang ia dapat.
"Apa lo benar-benar akan merahasiakan siapa pencurinya!?" Tanya gua di depan gerbang sebelum Rika masuk. Ia menoleh, tak bicara hanya diam. Menatappun enggan. Gua menghampirinya.
"Lo tahu, Gua gak peduli lo lagi ngelindungi siapa. Tapi dengar baik-baik, sampai dunia ini runtuh sekalipun. Gua gak akan nyerah untuk buktiin lo bukan pelakunya" Wajahnya langsung berubah mendengar itu.
"Ravindra, kamu bicara apasih?" Tanyanya ketus. "Aku pernah bilang ke kamu dan semua orang kalau aku pelakunya. Aku tidak sedang melindungi siapa-siapa! Hanya aku. Kamu dengar, aku pelakunya! Kali ini aku mohon jangan merubah apapun."
"Dan lo pikir gua percaya!" Seru gua. Mungkin sekarang kami sudah terlambat masuk karena tidak ada anak murid lagi disini, tapi itu tidak penting.
"Kalau begitu kenapa kamu gak percaya!? Kenapa? Apa karena kamu menyukaiku? Orang yang kamu sukain ini gak sebaik yang kamu pikir Ravindra. Aku ini wanita jahat, aku ini maling! Aku maling!!" Serunya begitu emosional, gua bahkan gak bisa berkata melihatnya begini. Beberapa detik setelahnya gua baru bisa membuka mulut.
"Bukan karna gua suka sama lo. Tapi karena lo Rika. Rika gak bakal ngelakuin itu.."
"Terserah" Katanya pergi.
"Rika yang gua kenal adalah orang yang bahkan mempertaruhkan nyawanya hanya untuk menyalamatkan seekor kucing, Rika yang gua kenal adalah orang yang akan berlari paling depan menyalamatkan seorang anak kecil yang di culik oleh 3 orang preman, Rika yang gua kenal adalah orang yang akan mementingakan kepentingan orang lain terlelebih dahulu jauh sebelum dirinya. Jadi meskipun seluruh dunia bilang lo pencurinya bahkan lo sendiri bilang begitu. Gua akan menjadi satu-satunya orang dibumi ini yang menyangakalnya." Dia berlalu tanpa berbalik .
***
Gua gak tahan dengan semua ini. Rasanya ini sangat menyiksa. Hati gua sangat sakit melihatnya mendapat perlakuan seperti itu. Sekali lagi, gua akan memeriksanya sekali lagi. Membaca semua pikiran anak di sekolah.
Jam 3 sore, anak-anak mungkin sedang bersiap untuk keluar dari gerbang sekolah. Gua harus sampai duluan ke depan gerbang sebelum mereka semua keluar. Gerbang baru saja di buka semua murid baru saja keluar sekolah. Gua dari depan warung melihat isi pikiran mereka satu persatu. Bukan, bukan, bukan juga, bukan dia, bukan lagi, bukan, dia juga bukan.
"Hari ini cape banget"
"Pulang langsung main warnet enaknih"
"Gua ajak pulang bareng si Naya gak ya?"
"Galak banget Bu Dwi tadi. Sakit kuping gua di jewer"
Semua pikiran tidak penting yang masuk kekepala gua. Karenanya, kepala gua mulai terasa sakit sekarang. Membaca pikiran mereka semua secara menyeluruh adalah ide yang sangat buruk. Untuk yang kesekian kali, hidung gua mengeluarkan darah. Sial, meskipun kemampuan gua bertambah hebat. Kalau digunakan berlebihan sepertinya akan membunuh gua juga. Sadat yang keluar bersama Cha-cha menegur gua tapi gua menghiraukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Andai Takdir Seperti Permen Karet (ON GOING)
Teen Fiction"Kamu jangan mengikutiku pulang! Nanti kamu akan mati!" kata Rika di hari pertama mereka bicara. Anak baru itu mengaku kalau ia bisa melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh manusia lain, salah satunya kematian. Sejak hari itu, kehidupan sempurn...