Kenyataan Begitu Mengerikan.

1 0 0
                                    

Setelah kejadian itu, perlahan semuanya kembali seperti semula. Mantan Tasya dan teman-temannya akhirnya di ringkus oleh polisi. Selain pemerkosaan mereka juga tertangkap tangan membawa narkoba. Bisa di pastikan sampah-sampah itu akan berdiam cukup lama di dalam penjara. Pak Slamet mencabut hukuman skors gua dan tidak jadi mengeluarkan gua dari sekolah. Bahkan dia pribadi pergi kerumah Rika untuk meminta maaf langsung kepada Rika dan ibunya. Nama Rika benar-benar kembali bersih di sekolah gak hanya Rika gua juga. Rika mulai berubah. Menghabiskan waktu dengan buku diary aneh kesayangnya. Gua gak tau apa yang dia tulis entah tentang peristiwa kemarin atau yang akan datang. Dan semenjak peristiwa itu, kita tidak pernah bicara lagi satu sama lain

"Dra, ayo mending kita cabut lo tuh bukan orang yang suka mabok-mabokan gini!" Kata Sadat. Kami berada disebuah bar dengan lampu warna-warninya yang redap redup. Sebenarnya gua gak suka tempat seperti ini, bahkan gua juga gak tau kenapa gua disini.

"Ahhh berisik! Lo tuh gua ajak kesini buat have fun, ngapain malah ngajak pulangsihhh!! Baru satu gelasnih gua minum." Kata gua sambil sempoyongan.

"Satu gelas pala lo!! Lo udah minum 5 botol!! Ayok cabut sekarang!!!" Seru Sadat membopong gua pergi dari bar. Sadat memasukan gua kedalam mobil.

"Sekarang apa lagi? Cerita sama gua apa lagi yang di lihat sama Rika sampai lo mabok begini?"

"Seterahh!!!" Seru gua Sadat kaget. "Gak perduli apa yang dilihat sama dia gua gak perduli. Semua itu gak ada sangakut pautnya sama gua" Kata gua sambil mabuk.

"Maksud lo?" Tanya Sadat, Gua diam gak menjawab untuk beberapa saat.

"Dia bilang, gua hanya seorang pengganggu, perusak pokoknya dia gak mau kenal gua lagi. Apa dia gak tahu siapa yang paling menderita? Orang yang pernah lo sayang gantung diri di depan mata lo dan sekarang, orang yang lo sayang ninggalin lo karena itu." Kata gua, mata gua berkaca-kaca mengatakan itu. Sadat menatap gua, dia melihat gua beberapa saat. Saat itu gua benar-benar terlihat menyedihkan dan ini pertama kalinya Sadat melihat kondisi gua yang seperti ini. Dia menepuk bahu gua.

"Gua cari angin dulu" Sadat menutup mobil. Tiba-tiba saja, air mata gua keluar. Banyak, banyak sekali. Gua menangis seperti anak bayi di dalam mobil sampai sesegukan. Perlahan tangis gua mulai berhenti. Gak lama setelah itu Sadat masuk kembali. Dia duduk di samping gua membawakan gua sebotol air mineral. Gua meminumnya, tidak ada kata. Kami hanya berdiam saja untuk beberapa saat.

"Pada awalnya, gua iri sama lo." Kata Sadat. Mendengar itu gua menatapnya meskipun Sadat menatap kejendela depan. "Ganteng, pintar, disukain sama cewe-cewe tambah sekarang lo bisa baca pikiran orang-orang. Semua yang ada di elo, gua pengen bisa dapat semua itu. Bahkan gua pernah menghayal tubuh kita ketuker satu hari. Gua jadi seorang Ravindra, hahaha. Apa yang bakal gua lakuin yah. Pada awalnya gua pikir itu enak. Tapi, kalau memang bisa kaya gitu. Gua pasti nolak mentah-mentah sekarang." Kata Sadat dia menghela nafasnya. "Lo itu cuman anak SMA, tapi coba lihat apa yang lo hadapin. Lo ngehadepin semua hal yang gak mungkin di hadepin sama orang lain yang seumuran sama lo. gua yakin kalau gua yang gantiin tempat lo gua pasti udah di rumah sakit jiwa sekarang."

"Sebenarnya apa yang lo pengen omonginsih?" Tanya gua.

"Gua gak pengen sahabat gua putus asa! Sesederhana itu!!!" Kata Sadat menggas gua. Wajahnya sekarang menatap gua. "Gua tau ini emang berat banget buat lo, meskipun gua gak tau apa yang lo rasain tapi gua gak pengen lo putus asa Dra." Mendengar itu gua tertawa kecil. "Kok lo malah ketawasih?"

"Dat, thanks ya"

***

Semua anak-anak kelas 3 disekolah teriak begitu keras setelah jam ujian akhir nasional selesai. Mereka semua lari menuju lapangan berteriak keras "Kita lulus!!!!" "Kuliah Im coming!!!" "PARTY!!!" semuanya melampiaskan kelegaan mereka dengan berteriak begitu keras di lapangan padahalkan belum pasti mereka semua lulus. Beberapa anak-anak mulai berpencar ke kubunya masing-masing. Paling banyak di belakang sekolah, di pohon besar. Semua anak-anak mencoret-coret baju putih abu-abu mereka masing-masing dengan tanda tangan. Tadinya gua enggan melakukan ini. Tapi Sadat dan Ringgo memegangi tangan gua erat sehingga semua anak-anak bersamaan menanda tangani baju gua.

Andai Takdir Seperti Permen Karet (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang