Kita Ini Apasih?

1 0 0
                                    

 Hari ini adalah hari ulang tahun Cha-cha. Sadat mengajak kami untuk jaming sesion di taman kota. Dia bilang setiap malam minggunya tempat itu selalu ramai di kunjungin oleh banyak orang. Mungkin dengan alasan itu, gua bisa mengajak Rika kencan pertama malam ini hehe. Dan kebetulan Rika mengiyakan ajakan gua. Singkat cerita akhirnya kami berdua sampai di taman. Namun, Sadat memang benar-benar menjengkelkan. Dia terlambat di acara yang ia rencakan sendiri.

Gua mencheck hp menunggu balasan pesan darinya. Rika terus melihat keluar jendela sambil memukul-mukul kecil kaca mobil dengan telunjuknya.

"Sadat emang udah gila yah! Dia sendiri yang ngajak kita kemari, tapi dia sendiri yang belum kelihatan batang hidungnya."

"Ravindra ayo, itu seru banget tau kayaknya" Kata Rika merengek melihat kerumunan orang bernyanyi bersama.

"Sebentar, setelah si gila ini balas pesan kita kesana"

"Ihhh kelamaan Ravindra, ayo ahh turun ayo!" Sekarang dia mulai menggelayuti lengan gua yang sibuk mengetik.

"Tar dulu Rika sebentar" Jleg Rika membuka pintu mobil dan berlari menuju tempat jamming yang sudah dikerumuni banyak orang di sana.

"Aduh dia ini benar-benar. Rika!" Guapun mengejarnya. Lari anak itu cepat sekali. Aduhh dimanasih dia? Perasaan tadi dia masuk kesini.

"Ravindra!" Panggil Rika melambaikan tangannya di seberang. Gua menghampirinya. Dia menarik gua ikut duduk lesehan bersama yang lain dan menikmati jamming.

"Kalau aku tau ada tempat seperti ini disini. Aku pasti akan kesini setiap malam" Kata Rika matanya berbinar. Dia seperti anak-anak yang mendapat mainan baru dari ayahnya. Gua tersenyum, sepertinya gak sia-sia juga gua menerima ajakan Sadat.

"Boleh saja."

"Apa? Kok Bolehsih kan aku gak minta ijin kamu" Aduh mendengar itu gua agak malu. Tapi gua harus menyikapinya dengan keren.

"Si Sadat benar-benar sudah bosan hidup. Kemanasih dia!?" Kata gua mengalihkan topik. Ini yang gua maksud menyikapi dengan keren.

"Oh iya Ravindra, inikan keramaian. Kepala kamu udah gak sakit berada di kearamaian?" Tanya Rika.

"Udah engga, berkat lo. Gua jadi tau caranya ngontrol kemampuan gua sekarang"

"Berkat aku? Emangnya apa yang kulakuin?" Tanyanya mengerutkan dahi.

"Mungkin lo gak sadar, tapi hari itu. Saat pelepasan anak kelas 3. Apa yang lo bilang ke gua untuk hanya lihat elo buat gua tau caranya kontrol kemampuan ini."

"Ohh itu, heheh keren ya aku." Katanya tersenyum lebar.

"Liatin tuh yang nyanyi bagus juga suaranya" Gua memutar wajahnya ke arah depan lagi.

Tepuk tangan penonton ramai setelah si penyanyi selesai menyanyikan satu lagu. Mc langsung masuk mengambil mic yang tadi di pakai penyanyi.

"Oke terima kasih bang. Tepuk tangan dulu dong buat abang yang tadi nyanyi" Suara tepuk tangan datang lagi. "Si abang tadi nyanyi, lagunya sedih banget ya. Ketauannih di rumah emaknya gak nyayur" Para penonton tertawa gua juga. "Oke siapa lagi teman-teman disini yang mau nyanyi atau main musik atau joget berantem seterahlah yuk siapa lagi yang mau naik!?"

"Ravindra!? Kamu dengar gak tadi mcnya bilang apa? Ternyata kita boleh ikutan juga!"

"Dari suara lo yang antusias banget ini, jangan bilang lo mau naik nyanyi?" Dia mengangguk yakin dengan mata berbinar. Kalau sudah begini siapa yang bisa menghentikannya.

"Aku bang!" Seru Rika. Gua gak kaget dia melakukan ini. Semua mata sekarang tertuju ke kami.

"Ehh boleh neng, ayo kuy sini naik" Ajak mc. Diapun langsung berdiri dan menarik-narik gua untuk ikut dengannya.

Andai Takdir Seperti Permen Karet (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang