📙7: Ini namanya demam sidang

3.4K 215 3
                                    

Jangan lupa voment ()

Banyak yang salah mengartikan tentang sidang proposal dan seminar proposal.
Singkatnya, sidang proposal merupakan sesi saat mahasiswa mempresentasikan proposalnya dalam 10-15 menit, kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan dosen penguji biasanya berkisar antara 10 hingga 20 menit. Pada sidang, mahasiswa biasanya menghadapi tiga hingga empat dosen.
Sedangkan seminar proposal, mahasiswa yang akan mengajukan proposal dikumpulkan bersama-sama di dalam satu ruangan. Setiap anggota seminar diperbolehkan bertanya. Dosen di sini ditempatkan sebagai moderator sekaligus penguji yang akan memberikan saran-saran perbaikan.

Universitas Umapati Wiradharma, tepatnya fakultas Psikologi tidak menerapkan seminar proposal, sehingga mahasiswa langsung berhadapan dengan sidang proposal. Getaran yang sama saat sidang skripsi alias pendadaran.

Disinilah Ellen berada. Didepan ruangan sidang proposal ditemani empat orang lainnya yang kompak mengenakan kemeja putih dan rok/celana hitam.
Gugup? Tentu saja, siapa yang tidak gugup?
Disaat seperti ini, tentu saja banyak yang entah itu ingin ke toilet atau sekadar mondar-mandir.

"Vibes pendadaran banget cuy." Celetuk Veron.

"Tanganku keringetan banget."

"Aku sih takut suaraku ada cengkoknya pas presentasi, kan gak lucu."

Sedangkan Ellen hanya memperhatikan teman-teman yang gugup. Ia tentu saja gugup. Setelah hujan dan badai menerpa, akhirnya ia dapat menyelesaikan proposalnya dan syukurlah di terima oleh Pak Eka selaku dosen pembimbing I.

Di dalam ruangan sudah diisi oleh dosen Dipta dan dosen Eka, ditemani oleh penguji Pak Wildan.

"Len. Kamu urutan pertama 'kan?"

Ellen menoleh, "Anjing." umpatnya dengan nada tertahan. Kini ia semakin gugup, rasa gugup itu kian menjalar saat kakinya memasuki ruangan ber AC. Ia merasa dingin di sekujur tubuhnya. Anjir, ini gue kok makin gugup gini ya?

Ellen menghembuskan nafasnya panjang. Ia masuk dengan pelan dan menyapa para dosen yang siap melahapnya dengan pertanyaan membunuh.

Laptop sudah di sediakan, Ellen hanya memasukkan file PPT melalui flashdisk nya.

Layar LCD sudah memunculkan judul yang akan ia kaji untuk tugas akhir. Tangannya bergetar hingga membuat para dosen tersenyum.

"Rileks saja, jangan gugup."

Ucapan itu tidak membuat Ellen semakin rileks, ia semakin gugup. Terlebih Dipta tengah menatapnya dengan dalam.

Duh, jangan liatin gue gitu dong, Pak Dipta. Gue jadi gugup anjeng. Ellen masih sempat mengumpat dosen ditengah kerisauan hatinya untuk kurun waktu 40 menit kedepan.

"Baik, Selamat pagi Pak Wildan, Pak Eka, dan Pak Dipta." Ia menelan ludahnya dengan susah payah,

"Perkenalkan nama saya Fellene Arshavina Janitra. NIM 170330057. Disini saya ingin mempresentasikan proposal saya yang berjudul 'Analisis Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Psikologis Anak di Sleman'."

Helaan nafas kembali terdengar. Slide berpindah ke slide rumusan masalah, kemudian tujuan, tinjauan pustaka, konseptual, hipotesis, dan metode.

Setelah presentasi kurang lebih 20 menit. Disinilah titik ketakutan yang sering dialami sebagian orang. Pertanyaan dari dosen penguji.

Sudah keberapa kali Ellen menghela nafas gugup. Tangannya seakan banjir keringat. Ia lepas kacamatanya
yang sudah mengabur.

"Baik, Fellene Arshavina. Judul yang kamu berikan sudah bagus. Tapi, mengapa kamu memilih judul ini?" Dengan lancar Pak Wildan meluncurkan pertanyaannya.

Korban Ghostingan DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang