📙14: Dua kepribadian

2.6K 158 0
                                    

Jangan lupa voment ()

--------------------------

Setelah berkendara selama 27 menit, akhirnya mereka sampai di perumahan yang dikelilingi kabut. Dipta membuka gerbang dan menjalankan kembali mobilnya ke teras rumah.

"Sebentar." Ucap Dipta pada Ellen. Ia memutari mobil dan membuka pintu di sebelah perempuan itu. Dengan pelan ia angkat badan Nael yang sudah tertidur pulas. Tak lupa ia meminta Ellen untuk membawa kantong yang berisi soto itu ke dalam rumah.
Kedua kalinya gue kesini. Batinnya sambil mengekori Dipta.

"Duh pegel banget gue." Monolognya sambil meregangkan badan. Dipta yang melihat itu langsung mempersilahkan Ellen untuk duduk di sofa. Suasana dingin semakin menusuk kulit. Salahnya juga memakai celana kurang bahan malam-malam.

Sementara Dipta membawa Nael ke dalam kamar, Ellen hanya duduk sambil melihat-lihat rumah duda satu buntut itu. Kemaren ia tidak sempat sekadar memandangi di dalam rumah Dipta. Satu hal yang Ellen tau, pria itu tidak menaruh foto keluarga atau istrinya di manapun.

"Ya kalo di HP mah pasti ada. Ck." Ia kembali bermonolog.

"Hati-hati nanti mata kamu bintitan." Lugas Dipta. Sedari ia keluar kamar, kepala perempuan itu bergerak kesana-kemari.

"Doainnya yang baik-baik saja, Pak. Misalnya acc BAB I saya."

Dipta mendengus, "Di acc tapi kerjaanmu amburadul begitu? Tujuan penelitian saja kamu bingung. Belum lagi masuk BAB II, bisa hilang kepalamu."

Kini berganti Ellen yang mendengus, "Perasaan saya gak bego-bego banget deh."

Dipta menggelengkan kepalanya dan berjalan menuju dapur. Ia yakin soto yang dibeli tadi sudah dingin, salah juga jauh-jauh beli soto.

"Pak? Nael sudah makan?" Tanya Ellen. Ia yakin bocah itu belum makan karena Dipta sendiri memberi dua porsi soto, tidak mungkin juga untuk dirinya karena ia sudah makan.

"Belum." Jawab Dipta singkat. Ia kemudian memasukan mangkuk besar ke dalam microwave.

"Kok gak dibangunin? Belum makan 'kan? Kalau Nael sakit, bapak sendiri yang repot." Seperti biasa, omelan perempuan memang mengalahkan rapper terkenal.

Dipta tersenyum singkat, "Kamu sudah seperti istri saya saja."

Plak!

"Kamu mukul saya lagi?" Tanya Dipta tidak percaya. Bahkan ia masih menjadi dosen pembimbing perempuan itu, tapi keberaniannya bisa diacungi jempol.

"Pak Dipta tuh becanda mulu. Kasian anaknya gak makan." Balas Ellen sewot.

"Ya sudah sana kamu bangunin, dia biasanya sulit dibangunkan saat ketemu kasur."

"Saya gak tau kamarnya." Balas Ellen. Kemudian tanpa berucap, Dipta melenggang pergi dari hadapan Ellen, "Mau ke kamar Nael atau tidak?" Tanyannya ketika melihat Ellen yang masih terdiam.

Kemudian Ellen mencoba membangunkan Nael namun bocah itu seperti tidak terusik oleh tepukan Ellen.

"Gapapa. Anak saya pasti sudah makan banyak di rumah ibuk."

Ellen moneleh. Dipta sedang bersandar di pintu. Suamiable banget sih. Batinnya menjerit.

"Oh ya, kalau saya diantar sama Bapak, Nael sendirian di rumah gitu?"

Dipta mendekat. "Dia sering saya tinggal dirumah sendirian." Ellen menoleh dan mengerutkan dahinya, "Kasian banget ditinggal sendirian, kalo dia butuh sesuatu gimana?"

Korban Ghostingan DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang