Jangan lupa voment (◔‿◔)⭐
--------------------------
Setelah pulang dari rumah orangtuanya dengan perasaan dongkol. Dipta kembali berpikir, ada apa dengan 'belum mempunyai gaji tetap'? Ini hanya permasalahan 'belum' bukan berarti tidak memiliki gaji sama sekali.
Berbicara tentang istri Dipta— Alivia Putri Rastanty. Meninggal di usia 24 tahun pada 2016 silam saat melahirkan anak pertama mereka, Nathanael Alvarendra Pramono. Alivia adalah adik tingkat Dipta sewaktu kuliah di universitas negeri di Jakarta, kemudian mereka melakukan hubungan jarak jauh ketika Dipta melanjutkan S2 nya di Oxford, Inggris.
Kehilangan seorang istri membuat Dipta terpukul hingga putra mereka ia titipkan pada orangtuanya. Kehilangan Alivia juga membuat pekerjaan Dipta menjadi berantakan, ia sempat cuti selama 1 bulan.
Hingga nasihat, saran, dan semangat dari keluarga dan teman-teman membuat Dipta kembali merasakan kehidupan. Empat tahun lamanya ia menyendiri untuk menenangkan pikiran dan hati, hingga seorang mahasiswi ingusan dengan lancang merebut seluruh perhatiannya. Di umur yang ke-29, Dipta merasakan kehangatan kembali bersama Fellene Arshavina— mahasiswi yang ia ampu di semester empat. Fellene bukanlah mahasiswi cerdas berotak cemerlang, ia hanyalah perempuan petakilan yang sering berbicara kotor, melawan, dan melantur. Entah apa yang merasuki Dipta hingga tipe standar yang ia junjung tinggi malah terjun bebas.
Sayang sekali, Fellene saat itu masih berusia 19 tahun, sedangkan dirinya hampir berkepala tiga. Hal lainnya juga karena standar kedua orangtua Dipta yang melebihi ekspetasi. Alivia adalah sosok perempuan cerdas bergelar cumlaude, ia juga bekerja sebagai HRD di salah satu perusahaan terkenal. Jika dibandingkan dengan Fellene, tentu saja Alivia lebih unggul di mata orangtua Dipta.
Walaupun ada istilah 'tak kenal maka tak sayang', Dipta saat itu mengambil jalan instan dengan memutuskan segala interaksi dengan Fellene, sehingga tidak ada istilah sayang setelah saling mengenal.Dipta juga menyadari jika kedua orangtuanya pasti menentang habis keputusannya untuk dekat dengan seorang perempuan yang masih kuliah, maka dari itu ia mundur dan mulai melupakan perasaanya pada Fellene.
Memang jahat, namun beginilah realitanya. Ditinggalkan bahkan di tolak sebelum menjalin hubungan memang lumrah di kalangan perempuan dan laki-laki.
Dipta juga menyadari bahwa sejak saat itu Fellene mulai menganggap dirinya tidak ada, menganggap mereka tidak pernah memiliki hubungan. Dipta juga merasakan jika Fellene memiliki dendam padanya.
Hingga mereka kembali di pertemukan sebagai mahasiswa bimbingan dan dosen pembimbing. Dipta tidak bisa berbohong jika penampilan Fellene semakin dewasa, walaupun sifatnya masih tidak berkembang.
Perasaan Dipta juga tidak bisa di bohongi, perasaan yang sudah ia buang jauh-jauh malah datang tanpa permisi. Membuka paksa hatinya yang sudah ia kunci rapat. Bertemu Fellene setiap minggu atau hampir setiap hari, hingga interaksinya dengan sang putra hampir membuat Dipta hilang kendali.
2021 ini ia hampir berusia 31 tahun. Sudah sangat dewasa untuk sekadar berpacaran. Ia butuh figur ibu untuk putranya dan tentu saja istri untuk dirinya. Ia tidak membutuhkan figur pacar yang perhatian. Di pikirannya hanyalah, "mengapa harus pacaran kalau bisa menikah?"
📙📙📙
Hari ini adalah jadwal konsultasi BAB II. Ellen dengan berat hati membatalkan janji nonton dengan teman-temannya. Tentu saja skripsi lebih penting, apalagi kupingnya akan panas jika mendengar nyinyiran dosen seperti Dipta.
Dengan langkah berat Ellen menaiki tangga. Di tangan kanannya terselip draft skripsi BAB II yang siap dibuat menjadi karya seni tinta merah. Hari ini ia datang konsultasi bersama Sinta, untung saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Korban Ghostingan Dosen
Romance𝐑𝟏𝟖+ || 𝐌𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧𝐝𝐮𝐧𝐠 𝐤𝐚𝐭𝐚 𝐤𝐚𝐬𝐚𝐫 Pernah gak sih kalian di ghosting sama dosen?! Padahal kalian sudah deket yang emang beneran deket kayak pacaran gitu?!? Hal gila ini pernah terjadi pada Fellene (21) yang pernah dekat dengan seora...