📙2: Mimpi Buruk Ellen

5.2K 293 8
                                    

Jangan lupa voment ()

Ellen tak berhenti mengumpat kala mengetahui dosen pembimbing II nya. Ya, dosen pembimbing Ellen adalah Pradipta Yudhistira alias si mantan gebetan.

Ancen asu.

"Anjing! Gue kesel banget! Jancok!" Umpat Ellen keras dengan wajah memerah.

Brakk

Ini adalah kesialan Ellen. Kini ia menabrak seseorang dan menyebabkan beberapa bukunya berserakan di lantai.

Apalagi ini?!

"Maaf, gak sengaja." Sesal Ellen sambil membantu mengambil buku yang berserakan itu.

Kegiatan Ellen terhenti kala melihat sebuah map yang bertuliskan Pradipta Yudhistira Pramono, S. Psi, M.Sc

Dengan cepat Ellen menengadah dan memasang wajah kaget. Panjang umur. Seseorang yang membuatnya mengumpat tiba-tiba muncul di hadapannya.

"Maaf, Pak. Saya tidak sengaja." Dengan cepat Ellen memberikan buku yang berserakan pada dosennya itu.

"Saya permisi." Ellen menunduk sedikit dan berlalu dari sana dengan cepat.

Bertemu Dipta adalah kesialan Ellen. Setelah semester 4 berakhir, ia sama sekali tidak pernah bertemu Dipta di lingkungan kampus. Entahlah, mungkin saja dosennya itu menghindar.

Sedangkan Dipta menatap kepergian Ellen dengan pandangan biasa saja. Ia menggeleng pelan dan kembali berjalan.

Tak bisa dipungkiri bahwa Dipta mendengar umpatan mahasiswi tersebut. 'Fellene.' batin Dipta sambil menghela nafas.

Ia tetap berjalan tanpa memperdulikan tatapan mahasiswi yang mengarah padanya. Tatapan kagum dan takut menjadi satu di wajah mereka.

Dipta menghela nafas panjang. Ia sudah menjadi tenaga pengajar di kampus ini selama 6 tahun dan selama itu pula tatapan kagum ia dapatkan.
Bukannya sombong, Dipta hanyalah sosok yang cuek dan itu sudah diketahui oleh semua dosen dan hampir semua mahasiwa, namun tetap saja ia memiliki 'fans'.

"Udah kelar ngajar?" Ucap seseorang sambil menepuk pelan pundak Dipta.

Dipta menoleh dan mendapati teman sekaligus rekannya itu tersenyum padanya.

"Udah, Yan. Aku pulang dulu. Nael pasti udah nyari aku,"

Rian Danuarta. Dosen berusia 30 tahun ini mengangguk pelan. Ia sudah paham kebiasaan Dipta sehabis selesai mengajar. Dipta selalu memikirkan anak semata wayangnya yang selalu ia titipkan bersama sang ibu.

"Gak nyari mama buat Nael? Kamu kayaknya kesusahan ngurus Nael sendirian." Ucap Rian. Ia tidak habis pikir pada Dipta yang betah menduda. Bahkan ia tidak pernah mendengar Dipta berkencan 5 tahun belakangan ini. Rian hanya tau jika Dipta pernah dekat dengan salah satu mahasiswi psikologi, namun tidak berjalan lancar.

"Kamu pikir nikah kayak ngajak pacaran?" Sinis Dipta. Ia sama sekali tidak suka jika menyangkut pernikahan. Baginya, pernikahan itu sekali seumur hidup, walaupun terpisah karena maut.

Rian terbahak. Ia tersenyum kembali. Pria ini memulai aksi jailnya.
"Ya lagian kamu aja masih main-main sama cewek, Ta." Celetuk Rian.

"Siapa?" Tanya Dipta bingung. Ia bahkan tidak pernah memikirkan perempuan selama ini.

"Itu si mahasiswi," Ucap Rian setengah berbisik.

"Aduh!" Rian meringis pelan. Tidak tanggung, pukulan Dipta di lengannya seperti di pukul oleh tangan beton.

Korban Ghostingan DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang