📙12: Berkunjung

2.8K 195 7
                                    

Jangan lupa voment ()

--------------------------

Seorang perempuan tampak beberapa kali mendengus sambil melihat sebal kearah ponselnya. Kerutan tercetak jelas di dahinya.

"Ck. Apa-apaan sih?! Nyuruh kerumah sedangkan gue gak tau rumahnya. Mana bentar lagi jam 4." Dumelnya saat mengetahui jam sudah menunjukkan pukul 15.45 WIB.

Beberapa kali ia mengecek ruang obrolan bersama Dipta. Sebelumnya ia sudah mengirim pesan berupa pertanyaan mengenai alamat dosen itu, namun sampai sekarang belum di baca apalagi di balas.

"Sok sibuk banget nih dosen. Presiden juga bukan." Gumamnya pelan. Tepat saat itu sebuah notifikasi berbunyi.

Pak Dipta DP II
Jl. Kaliurang, No.12, RW. 22. Banteng, Kec. Pakem, Kab. Sleman, DIY.

Baik, Pak.

Ellen agak was-was karena alamat yang diberikan Dipta. Saat ia menyalin alamat itu di maps, ia tampak melebarkan matanya. Jarak tempuh dari kosannya ke rumah Dipta berjarak 20 km dan menghabiskan waktu kurang lebih 30 menit untuk sampai. Apalagi rumah dosen itu berada di sekitar perbukitan, bukan perbukitan, melainkan gunung merapi.
Ia kembali menghela nafas, ongkos jika menggunakan ojek online sekitar 40 ribu, itupun sudah ditambal dengan promo.

Sial.

"Apa gak jadi aja ya? Duh anjir! Skripsi gue gimana dong." Perempuan ini kembali meraung seakan tidak rela menghabiskan tenaga serta ongkosnya ke rumah si dosen pembimbing.

Ting!

Pak Dipta DP II
Kalau tidak jadi, saya tidak masalah. Lagian saya mau pergi sekarang.

Ellen kembali melotot. Ia melirik jam sudah menunjukkan pukul 16.20 WIB. Sialan, ia sudah menghabiskan waktu untuk berpikir. Tanpa basa-basi ia beranjak sambil mengetik sesuatu di layar ponsel.

Setelah berkendara bersama si hijau selama 30 menit, akhirnya Ellen sampai di rumah yang di tunjuk oleh Dipta.
Suasana di Kaliurang memang lebih sejuk dibandingkan di Jogja Kota. Maklum saja, masih banyak pepohonan dan hutan.
Hampir pukul lima sore, namun udara mulai terasa dingin.
Ellen agak menyesal tidak membawa jaket, ia pastikan saat pulang udara akan semakin dingin dan kabut dimana-mana.

Klek!

Pagar dibuka oleh orang yang ditunggu Ellen. Pria itu masih mengenakan setelan yang sama saat ia masih di kampus.

"Lama sekali kamu. Saya hampir ketiduran." Sembur Dipta. Walaupun ia sadar jika rumahnya seperti di pelosok.

"Rumah Bapak tuh yang jauh. Udah kayak masuk ke pedesaan." Komentar Ellen, namun tidak bisa dibohongi jika ia menyukai udara yang sejuk seperti ini. Kalau kata orang, vibes Malang banget.

"Masuk."

"Saya disini aja, Pak. Ini SK nya, saya mau langsung pulang." Ucap Ellen sambil menyerahkan map berwarna biru kepada Dipta.

Pria itu berdecak. "Masuk, Ellen." Dipta tau jika perempuan ini sedang kedinginan, apalagi ia melihat jika Ellen datang tanpa mengenakan jaket.

"Nael ada, Pak?"

"Masuk."

Ellen mencibir. Saat seperti ini ia ingin merobek mulut dosen pengatur ini.
Mata perempuan ini seperti mengabsen setiap sudut rumah Dipta. Ia memang baru pertama kali memasuki rumah dosen itu. Rapi. Itulah kesan pertama Ellen saat melihat rumah minimalis Dipta.
Rumah yang terlalu besar untuk tempat tinggal ayah dan anak.

Korban Ghostingan DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang