📙11: Dosen Galak

3.1K 193 6
                                    

Jangan lupa voment (◔‿◔)⭐

------------------

Hari demi hari terlewati. Ellen juga kembali dengan rutinitasnya, yaitu masuk kuliah. Oh iya, hari ini adalah hari pertama konsultasi skripsi.

Berbicara tentang skripsi. Bagi sebagian besar mahasiswa tingkat akhir, skripsi adalah tembok penghalang terakhir yang begitu keras menuju kelulusan. Tekad kuat, ilmu mumpuni, dan keuletan maksimal, kadang mental saat bertemu dosen pembimbing yang ingin mahasiswanya lulus dengan hasil sempurna.

Hal yang paling ditakuti adalah dosen pembimbing yang sulit untuk ditemui macam artis dan dosen pembimbing dengan segala kesempurnaannya.
Kadang hal inilah yang membuat para mahasiswa kewalahan, entah judul yang tidak sesuai isi maupun revisi yang tak kunjung selesai.

Hari ini pukul 7 pagi kelompok bimbingan Ellen di suruh untuk datang pada konsultasi bimbingan perdana.

Agak kurang ajar karena yang menentukan waktu adalah dosen Dipta. Ia beralasan jika lebih cepat lebih baik, pagi hari otak juga segar. ndase, turu e pak.

Pukul 6.50 Ellen sampai di kampus dengan tidak semangat. Wajahnya menampilkan wajah lelah, kantung mata seperti di olesi arang dan rambut yang hanya dicepol.

Ia berdecak. Ia akan menyalahkan Veren karena mengajaknya menonton drama Korea hingga pukul 4 pagi.

"Lemes bener." Celetuk seseorang mengangetkan Ellen. Perempuan itu menoleh dan mendapati Veron dengan wajah tidak bersalahnya tengah menatap Ellen dengan jail.

"Bacot." Umpat Ellen pelan. Ia bahkan tidak mampu mengeluarkan umpatan yang biasa ia keluarkan.

"Pagi-pagi udah misuh, ada masalah apa sih? Sini cerita sama koko Veron."

Ellen berdecak sekali lagi. Ia tidak mau meladeni laki-laki semacam Veron. "Jauh-jauh sana, jangan deket aku." Sinis Ellen. Veron memang dikenal sebagai fuckboy dan bibirnya sering nomaden.

"Sensian.." Veron tertawa pelan. Tawa yang memperlihatkan lesung pipi itu memang manis, hanya saja kelakuannya yang pahit.

Setelah meredam emosi karena godaan Veron, akhirnya Ellen dan Veron sampai di depan ruangan dosen. Disana sudah ada Sinta, Rakha, dan Haganta.

"Cie barengan. Dah fix nih?" Goda Sinta si gadis Bali.

"Aminkan." Celetuk Rakha. Ellen hanya memutar matanya lelah, "Sampe aku nikah pun, nggak akan mau sama Veron."

"Sakit brother."

"Wuwuwuwu sampe ulu hati."

Veron berdesis. Niatnya menggoda Ellen malah dirinya yang digoda.

Saat mereka asik mengobrol, tiba-tiba pintu dibuka oleh laki-laki yang mengenakan kemeja navy lengan panjang.

"Masuk semuanya. Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan."

Dengan sigap mereka masuk ruangan dosen Dipta dengan wajah yang sulit diartikan.

📙📙📙

Waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi dan ruangan ber AC itu tampak lebih horor dibandingkan wahana rumah hantu.

Dipta tengah menceramahi beberapa mahasiswa, termasuk Ellen. Rupanya perkataan dosen penguji saat sidang tidak masuk di telinga perempuan ini.
Pusing. Dipta kembali duduk di kursinya, sementara kelima mahasiswa ini dengan susah payah meneguk saliva.

Satu kata untuk Dipta ketika marah,

Serem bin nyeremin bin nakutin.

Korban Ghostingan DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang