📙15: The Coldest is The Sweetest

2.8K 159 4
                                    

Jangan lupa voment ()

--------------------------

Pukul 6 sore setelah pulang dari kampus, Ellen langsung pergi ke mall sendirian. Kalau kata orang 'me time'.
Jalan-jalan sendirian tidak terlalu buruk. Riset psikologis menemukan bahwa setiap manusia perlu waktu untuk sendiri sendiri. 'Sendiri' bukan berarti 'sepi', tetapi untuk memberikan waktu untuk menyebuhkan diri sendiri dari stress dan mengkonsolidasikan dirinya.

Apalagi Ellen masih terhenti di BAB I hingga saat ini. Dosen pembimbing perfeksionis itu tidak membiarkan satu kesalahan ada di draft skripsi mahasiswa-nya.

Salah gue kesini. Ini kok pada diskon sih? Pas gue gak ada duit malahan banyak diskon. Ncen.

Ellen menggerutu kala melihat papan diskon terpampang nyata di setiap etalase toko. Ia agak heran, mengapa toko memberikan diskon di akhir bulan?

Saat mengeluh soal diskon, matanya menangkap satu laki-laki berkaos dan jeans hitam tengah sibuk memilih baju. Dahinya mengerut. Mulutnya membentuk huruf O. Dengan langkah cepat ia berjalan menuju laki-laki itu.

"Rega!" Sapanya. Sebenarnya Ellen merasa agak canggung. Apalagi terakhir mereka berbicara saat Khalid tidak sengaja keceplosan. Setelah itu Rega dan Ellen seakan menjadi dua orang yang tidak saling mengenal.

Laki-laki yang dipanggil Rega ini menoleh. Alis kirinya menukik kemudian sibuk kembali dengan setelan yang ia pegang sedari tadi.

"Dih sombong banget."

"Sendirian?" Tanya Rega tiba-tiba tanpa menatap wajah Ellen yang sudah masam.

"Iya nih. Me time ceritanya, eh ketemu Rega."

Rega manggut-manggut tanpa berniat membalas ucapan Ellen. Perempuan itu berdecak, Rega adalah sosok cuek dan tidak banyak bicara.

"Eh lu sendirian kesini?" Tanya Ellen lagi.

"Hm."

Ellen menganga. Jawaban macam apa itu?

"Keknya lu gak mau di ganggu ya? Yaudah, gue pergi dulu ya. Bye, Ga!" Ellen sepertinya menyadari bahwa Rega tidak mau diganggu dengan acara belanja-nya.

"Sebentar. Jangan pergi dulu." Ucap Rega tiba-tiba kemudian berjalan kearah kasir.

Ellen mencibir. Mereka sudah saling mengenal sejak duduk di bangku SD, namun sifat Rega yang cuek dan tidak banyak bicara masih melekat pada cowok ganteng itu.

"Udah makan?" Tanya Rega tiba-tiba di samping Ellen. Laki-laki itu sebenarnya agak canggung bertemu Ellen, apalagi ia sudah ketahuan menaruh perhatian pada Ellen.

"Eh? Be-belum sih," Balas Ellen. Ia terlalu terkejut karena wajah Rega sangat dekat dengan telinganya.

Laki-itu mengangguk paham, "Yaudah, ayo makan." Kemudian pergi meninggalkan Ellen sendirian.

📙📙📙

"Le, kerjaanmu wis rampung durung? Nek wis rampung, ibuk njaluk tulung le." Teriakan seorang wanita membuat fokus Dipta pada laptop buyar. Setelah pulang dari kampus, kebiasaanya menjemput Nael dari rumah sang ibu.

"Dereng, buk."

"Iki loh, rusak lagi. Pusing Ibuk liatnya." Keluh Widawati sambil menatap gagang pintu yang tergeletak di lantai.

"Kenapa gak di ganti aja, Buk? Udah rusak juga, ketoke ra iso di benerin."

"Punya dua anak lanang ra iso di banggakan." Cibir Widawati sambil berlajan menuju Nael yang sedang bermain mainan.

Korban Ghostingan DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang