📙1: Skripsi Menanti

6.8K 333 13
                                    

Jangan lupa voment ()

Kerumunan orang tengah memenuhi papan pengumuman di depan ruangan sekretariat. Tampak seperti semut yang mengerubungi permen. Decakan, wajah kecewa, dan wajah sumringah terlihat dengan jelas di raut wajah mereka.

Perempuan yang duduk di student center ini berdecak pelan. Apakah pengumuman dosen pembimbing begitu mempengaruhi skripsi mereka?

Fellene Arshavina Janitra. Mahasiswa Psikologi semester 8 ini menatap bosan kearah kerumunan mahasiswa yang melihat pengumuman dosen pembimbing.
Ellen hanya menggeleng pelan. Ia tidak begitu mempermasalahkan siapakah dosen pembimbing yang akan mengampunya, ia hanya ingin skripsinya cepat selesai.

"Heh! Melamun bisa diculik setan." Celetukan seseorang membuat Ellen mengerutkan dahinya.

"Sembarangan! Orang lagi liatin mereka tuh." Ucap Ellen sambil menunjuk kearah ruangan sekretariat.

Perempuan berambut cokelat sebahu ini duduk di sebelah Ellen dengan wajah cemas.
"Len, pembimbing gue Pak Wildan sama Bu Rosmita masa."

Ellen menoleh kearah Veren. Tepatnya Verenina Sijabat. Sahabat Ellen sejak berada di bangku SMA di Jakarta dulu. Gadis yang tampil modis dan nyentrik bak selebgram itu sangat berbanding terbalik dengan Ellen yang bergaya seadanya. Namun, keduanya disatukan karena satu frekuensi.

"Ya, bagus dong. Gue aja masih belum tau dosen pembimbing gue siapa." Balas Ellen sedikit nyolot. Semua penghuni kampus tau jika dosen Wildan adalah dosen yang mudah untuk di temui dan tepat waktu saat bimbingan.

"Ya liat dong Ellen cantik! Masa lo gak penasaran?"

"Males. Gue mah gak mempermasalahkan dosen mana aja yang bakal jadi dosen pembimbing gue. Gue cuma mau cepet kelar skripsi,"

Veren tersenyum miring, ia seperti menahan tawa.
"Kalo dospem lo Pak Dipta gimana?" Tanyanya sambil menaikkan alisnya menggoda Ellen.

Ellen mendelik. Ia sungguh tidak suka mendengar nama salah satu dosen itu. Sialnya, dosen yang disebutkan Veren adalah Wakil Dekan Fakultas Psikologi.

"Sensian amat neng kalo berhubungan sama Mas Dipta." Bisik Veren sedikit terkikik.

Ellen menampar keras lengan Veren. Sahabatnya ini tidak pernah bosan mengatai dirinya dan dosen menyebalkan itu.

Berhubungan dengan Wakil Dekan alias Dipta. Ellen kembali mengingat bagaimana dosen itu begitu giat mendekati dirinya, kemudian saat Ellen sudah nyaman malah dosen itu memutus semua komunikasi antara keduanya. Ellen tidak tau alasan apa yang mendasari tindakan Dipta. Satu hal yang pasti, Ellen benar-benar tidak menyukai sosok dosen yang di kagumi hampir seluruh fakultas psikologi itu.

Flashback~ #Ellen's side

Maret 2019

Pradipta Yudisthira Pramono atau sering di panggil Dipta adalah dosen Fakultas Psikologi. Tahun ini ia belum menjabat sebagai wakil dekan. Pembawaannya yang tegas dan berkarisma membuat tak sedikit mahasiwa terpana oleh dosen yang berusia 29 tahun ini.

Walaupun dari kalangan mahasiswi bahkan dosen menyukai dirinya, pria ini hanya memusatkan perhatiannya pada satu perempuan yang menjadi anak didiknya di semester 4.

Fellene Arshavina Janitra. Perempuan berusia 20 tahun ini tidaklah terlalu cantik, tidak juga pintar. Ia hanyalah mahasiswi kupu-kupu alias kuliah-pulang kuliah-pulang. Disukai oleh dosen sendiri bukanlah hal yang di banggakan oleh Ellen. Ia bahkan tidak mengharapkan dosen ini menyukai dirinya. Ellen kadang-kadang bertanya kenapa dosen yang katanya 'paling tampan' di kampus II ini menyukai dirinya yang tidak pintar dan tidak cantik.

Korban Ghostingan DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang