📙8: Selamat

3.4K 214 10
                                    

Jangan lupa voment ()

Bagi sebagian mahasiswa, kadang kebahagiaan itu adalah sesuatu yang tidak melulu hal-hal yang besar. Sesederhana dosen tidak masuk kelas, bisa makan tanpa ngutang teman, kiriman dari ortu lancar, hingga yang paling sederhana adalah diucapin 'selamat sidang' seusai sidang proposal sama teman-teman. Dalam kehidupan sebagian mahasiswa, bahagia sering muncul dalam bentuk paling sederhananya.

Ucapan 'selamat sidang' atau bagi yang seminar, semprotulation adalah kebahagiaan ekslusif yang hanya bisa dirasakan oleh mahasiswa tingkat akhir.

Setelah menunggu hingga empat jam, sebuah file masuk di WA grup yang dikirim oleh dosen Dipta. Ya, isinya tentang pengumuman lulus dan tidak lulus, atau lulus dengan perbaikan/revisi.

Ellen menggigit bibirnya kuat kala file itu sedang loading ke Microsoft Word ponselnya. Helaan nafas tertekan terdengar. Kakinya mengetuk-ngetuk lantai marmer yang dingin.
Beberapa saat file itu terbuka, mata Ellen membesar. Ia memekik tertahan.

Fellene Arshavina J. // Lulus

Kira-kira begitulah isinya. Ia tak bisa menahan senyum bahagianya.
Dengan segera ia membuka WhatsApp dan melakukan panggilan video dengan seseorang.

"Mamaa!! Maa..Aku lulus sidang proposal..hiks..hiks." Perempuan itu akhirnya menangis sejadi-jadinya. Ia tidak peduli dengan tatapan orang yang menatapnya.

"Aaaa...Selamat anak gadisku. Ini semua berkat kerja keras kamu, tapi ingat ya, ini baru awal. Kamu harus lebih kerja keras buat skripsi."

"I-iya, ma..hiks..Aku seneng banget."

"Hushh jangan nangis gitu, ah. Kamu nanti telepon papa kamu, ya. Papamu lagi di Sulawesi, jadi mama gak bisa bilang langsung."

"Biar anak mama ini makin semangat, nanti mama kirim tambahan ongkos."

Ellen menghapus air matanya yang kian keluar dengan deras. Kini bibirnya terbit senyum ka-pi-ta-lis.

"4 jeti, gimana ma?"

"Kamu mau morotin mama?" Sewot mamanya dari seberang.

"Ini harga kerja keras aku, mama." Ucap Ellen dengan senyum menyebalkannya.

"Ya, sekali-kali. Biasanya mama tuh cuma ngasih sejuta doang buat aku. Sisanya ya papa." Jangan dicontoh ya teman-teman, ini gambaran beban orangtua.

"Ellen."

Panggilan seseorang membuat Ellen menoleh ke samping kanan. Mama Ellen juga ikut terdiam sambil mengerutkan dahinya bingung.

"Eh, Pak Dipta. Selamat sore, Pak." Sapa Ellen dengan wajahnya yang masih sembab.

"Ellen, siapa itu, nak?" Mamanya bertanya karena penasaran.

"Eh? Dosen aku, ma." Balas Ellen tanpa melihat kearah layar ponselnya.

"Mama mau liat dong. Dari suaranya sih suara cowok ganteng gitu. Cocok jadi mantu mama ya." Celetuk mamanya sukses membuat Ellen terkejut. Wajahnya memerah karena malu.

"Maaa!!" Pekik Ellen kemudian memutus panggilan video sepihak. Ellen kembali melirik Dipta yang juga melihatnya. Anjay ganteng banget, sayang suka ngeghosting.

"Itu mama kamu?"

Iyalah. Masih nanya lagi.

Ellen tersenyum, "Iya, Pak. Mama saya. Maaf ya, Pak. Tadi mama saya becanda aja kok." Ellen merasa tidak enak karena ucapan blak-blakan sang ibu.

Korban Ghostingan DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang