📙13: Ruwet

2.8K 180 3
                                    

Jangan lupa voment ()

--------------------------

Hari demi hari terlewati, pun demikian lembar demi lembar tugas akhir alias skripsi. BAB pertama diisi dengan pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, manfaat, dan tujuan penelitian.
Bagi sebagian mahasiswa, BAB I masih bisa di selesaikan dengan cepat, namun memasuki BAB kedua yaitu teori, semuanya terlihat begitu sulit.

Disinilah Ellen, matanya menatap seluruh penghuni student hall. Semua sibuk dengan laptop di depannya.
Perempuan ini menghela nafas, "Pengen nikah aja gue rasanya." Desahnya sedikit frustasi.

Di lembaran draft skripsi BAB pertama tepatnya latar belakang masalah, tinta merah karya Dipta seakan menjadi karya seni. Tanda baca, kata hubung, dan masalah yang melatarbelakangi penelitian dilingkar indah.
Ia berdecak, tangannya merogoh saku dan mendial seseorang, "Veren, lu dimana? Temenin gue di student hall dong. Bisa stress gue lama-lama mantengin laptop."

"Bentar, gue bentar lagi bimbingan. Tar gue nyusulin. Mungkin jam 4."

Ellen mencibir, "Kelamaan. Gue bukan penunggu kampus. Dahlah, gue pulang aja."

Kemudian Ellen mulai membereskan barangnya yang berantakan. Ia melihat jam sudah menunjukkan pukul 14.00 WIB.
Untung saja ia tidak ada kelas tambahan, tujuannya ke kampus hanya melihat papan pengumuman di sekretariat sekaligus mulai revisi BAB I.

"Hai, Len." Sapa seseorang membuat kegiatan Ellen terhenti. Veron si mahasiswa playboy menyapanya dengan senyum tipis. Ganteng sih, cuma suka nangkring sana-sini.

"Hai, Veron." Balas Ellen sambil melanjutkan kegiatan beberesnya.

"Pasti habis revisi BAB I." Ucap Veron yakin. Kaki berbalut jeans hitam itu mendekat kearah Ellen. Wajah oriental Tionghoa itu menoleh dan tersenyum kearah Ellen.

"Iya. Pak Dipta kayaknya ada dendam sama aku." Ellen sebenarnya agak kurang nyaman dengan penyebutan 'aku', namun apalah daya jika ia menetap di lingkungan yang kesehariannya menggunakan 'aku' dan 'kamu'.

"Wes gak usah dipikirin, ruwet ndase." Veron si 'koko medok' kata orang, selalu menyelipkan bahasa Jawa di setiap kalimat.

"Lagian, ngapain kamu di kampus? Kayak gak ada kerjaan aja." Ellen mulai melangkah menjauh diikuti oleh Veron yang mengekorinya.

"Bosen di kos, mau nyari yang bening dulu. Eh, malah nemu yang lebih bening." Ellen dapat mengetahui jurus gombalan pria di sampingnya ini. Ia berdecak, "Hus..Hus..Sana pulang."

Veron tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya. "Sampai jumpa besok, Arshavin!" Teriaknya. Seluruh mata di lobi menatap kearah Veron dan dirinya bergantian. Malu-maluin aja sih. Dumelnya dalam hati.

Tak lama ia kemudian memesan ojek online, maklum tidak diijinkan membawa motor di jalanan.

📙📙📙

Di sisi lain terlihat seorang bocah yang sedang bermain dengan pria berkisar 25 tahunan.
Keduanya tampak akrab, namun diselingi oleh teriakan kesal si bocah.

"Pakle!" Teriaknya lagi. Ia menghempas joystick dengan agak keras.

"Panggil uncle dulu baru kamu bisa menang." Tawa puas seakan memenuhi ruangan.

"Males! Oma! Pakle Yuda nihhh!!" Teriaknya sambil berlari menjauh dari si pria yang ia sebut 'pakle'.

Prayuda Hirawan Pramono. Biasa dipanggil Yuda adalah adik satu-satunya Dipta. Sayangnya, pria 25 tahun ini masih melajang, sehingga naasnya ia hanya bisa bermain dengan si keponakan.

Korban Ghostingan DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang