📙3: Insiden Sate Kambing

4.8K 295 4
                                    

Jangan lupa voment ()

Pukul tujuh malam masih terlihat sangat ramai di area kampus. Para pedagang kaki lima seakan enggan untuk beranjak. Tukang cilok, pentol, gorengan, dan lainnya seakan mengubah suasana kampus menjadi pasar malam. Banyak mahasiswa yang masih nongkrong di sekitar pinggir jalan.
Ada satu tukang sate yang sangat populer di area kampus tersebut. Warung Sate Klathak Pak Min di daerah Kaliurang.

Daging yang empuk dan kenyal ditambah saos sate yang menggugah selera. Oh, jangan lupakan potongan bawang mentah dan cabai.
Tidak sedikit mahasiswa yang rela antri demi mencicipi daging empuknya.

Begitu pun dengan Ellen. Perempuan ini tengah menunggu makanannya datang. Makan sendirian memang terlihat sangat menyedihkan, namun percayalah makan sendirian itu lebih khidmat.
Ia menghela nafas. Makanannya lama sekali sementara cacing-cacing di perut sudah berdemo minta jatah. Tak ingin seperti orang menyedihkan, ia keluarkan benda pipih berwarna putih dari tote bag nya. Sekadar mengecek Instagram atau melihat gibahan baru di Twitter.

Ia tertawa pelan. Masyarakat di Twitter memang suka melawak akan hal yang menurut orang lain tidak beretika. Netizen Indonesia memang unik, penuh dengan hal yang seram serius, tetapi penuh dengan dagelan dan badutan juga. Mengerikan tapi lucu, dilarang justru jadi santapan utama dan yang paling dicari, ngawur tetapi justru disenangi. Membuat banyak khalayak makan banyak garam seperti dirinya, ia geleng-geleng kepala sekaligus hati cekikikan. Itulah netizen Indonesia atau biasa dikenal netizen +62.

"Silahkan. Selamat menikmati." Ucap salah seorang pelayan sambil membawa nampan yang berisi sate dan makanan lainnya.

"Terima kasih." Balas Ellen. Inilah saatnya menyantap nutrisi untuk mengakhiri hari yang melelahkan.

Pertama-tama ia cicipi gule daging. Matanya terpejam. Terlihat lebay memang, tapi begitulah jika seseorang tengah menikmati makanannya dengan perasaan yang bagus.

Saat ia menyeruput kuah gule nya dengan khidmat. Panggilan seseorang membuat ia terkejut bukan main.

"Mama!" Panggil seorang anak lelaki pada Ellen.

Perempuan itu menoleh. Ia tolehkan kepalanya ke kanan dan kiri. Siapa tau bukan dirinya. Lagian, ia belum menikah masa sudah dipanggil mama.

"Aku?" Tanya Ellen dengan pandangan cengo nya. Jari telunjuk ia tunjukkan pada dirinya.

Anak lelaki itu mengangguk antusias.

"Mama!!" Anak lelaki itu duduk di kursi samping Ellen. Mata hitam bulatnya sungguh menggemaskan. Sepersekian detik Ellen terpana akan ketampanan bocah cilik ini.

Matanya kemudian melotot. Ia kemudian menatap wajah bocah ini dengan senyum termanisnya.

"Mamanya dimana dek? Nanti kakak bantu cari." Ellen tidak habis pikir pada orangtuanya. Tega sekali menelantarkan anak seimut ini.

"Orangtuanya siapa sih? Nelantarin anak sembarangan." Dumel Ellen pada dirinya sendiri.

"Anak saya," Balas seseorang di belakang Ellen. Dengan cepat perempuan ini menoleh ke belakang.

Seperti Dejavu. Ellen tak berhenti menatap pria dewasa yang mengaku sebagai ayah sang bocah ini. Matanya mengerjap. Dahi ia kerutkan.

"Saya ayahnya," Ucap pria itu lagi. Tampaknya perempuan ini melamun, pikirnya.

"Pak Dipta." Hanya itu yang bisa Ellen katakan. Dia tidak bisa berkata-kata lagi. Pertemuan ini sungguh mendadak.

📙📙📙

Korban Ghostingan DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang