Citra baru saja mengantar makanan pada salah satu meja pelanggannya. Dibarengi dengan senyum ramah dan tutur kata sopan, Citra mendapat pujian dari pelanggannya tersebut. Dia meninggalkan meja pelanggan dengan senyum yang masih terpantri di wajah sampai bertemu dengan salah satu rekan kerjanya.
"Citra, kamu belum pulang?" Maria, salah satu rekan kerja Citra mengerutkan dahi. Pasalnya, sudah waktunya Citra pulang tapi cewek itu masih melyani tamu.
Citra mengangguk membenarkan. "Aku akan pulang sekarang."
"Ah, iya, Cit. Itu yang di meja nomor dua puluh teman kamu, kan?" Tanya Maria sembari menunjuk sebuah meja yang dihuni oleh seorang lelaki.
"Iya." Citra menjawab ragu.
Maria tersenyum lebar dan menahan nafas sesaat. "Bagaimana menurutmu kalau aku mengajaknya kencan?" Tanya Maria blak-blakan.
"Kamu suka sama dia?" Citra bertanya hati-hati.
"Hem." Maria berdehem. "Siapa yang nggak suka sama cowok cool itu? Coba perhatikan baik-baik." Maria mengajak Citra untuk memperhatikan cowok itu lebih intens. "Dia tipeku! Bantu aku mendapatkan dia."
Citra tertawa kecil lalu menggeleng-gelengkan kepala takjub. Maria tidak menutup-nutupi perasaannya. Maria seorang pemberani, seperti cewek pada umumnya yang ditemui Citra selama kuliah.
"Menurut kamu, kalau aku langsung ajak kencan atau minta nomor dulu?" Tanya Maria minta pendapat.
"Aku nggak yakin." Jawab Citra ragu.
Maria memutar bola mata gemas. "Kalau kamu menyukai seseorang, kamu harus berani menunjukkan atau mengajak kencan lebih dulu. Khawatirnya, ada orang yang sedang mengincarnya juga. Kamu harus bisa lebih cepat mengambil kesempatan."
Citra kembali tertawa, tapi kali ini sedikit kikuk. Citra paling buntu mengenai masalah percintaan. "Kuserahkan semua padamu. Aku pulang dulu."
Citra meletakkan baki di tangannya ke atas susunan baki. Kemudian bergegas ke ruangan karyawan untuk mengganti pakaiannya. Memang hanya mengganti baju saja, untuk celana karyawan di sana mengenakan celana jeans santai.
Citra memandang ponsel Kevin masih dalam keadaan non aktif. Sampai sekarang tidak mau mengaktifkannya agar terhindar dari Kevin. Dia memasukkan ke dalam ransel berukuran kecil kemudian menggendongnya di punggung. Setelah itu, mengunci lokernya sebelum keluar dari ruang karyawan tempatnya bekerja.
"Hai, Citra. Mau pulang?"
Di luar kafe, Citra bertemu dengan salah satu pelanggan setianya. Cowok yang dimaksud oleh Maria beberapa saat lalu. Adam, seorang cowok berasa dari Arab yang menuntut ilmu di universitas yang sama dengan Citra. Sehingga cewek itu mengenalnya, kebetulan Adam adalah seorang programmer yang lumayan sering menghabiskan waktu di kafe sekedar ngopi sambil bekerja ketika dia bosan hanya di apartemennya saja.
"Hai, Adam. Iya, mau pulang." Jawab Citra membenarkan.
"Ayo. Kebetulan aku sudah selesai." Adam merapikan mejanya. Memasukkan laptop ke tas beserta ponsel dan buku-buku.
Citra menahan nafas, perasaannya tak keruan saat pandangannya menangkap sosok seseorang dari luar pagar pembatas kafe sedang berjalan cepat menuju kafe. "Maaf, Adam. Aku buru-buru, mau ke mini market sebentar."
"Kutemani."
Citra terbata dan menggeleng. "Nggak perlu. Aku duluan ya." Citra kabur duluan membuat Adam mengerutkan dahi. Gagal lagi mengantar Citra pulang, Adam sengaja bersiap-siap lebih cepat agar tidak ditolak lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSESSIVE EX
Teen FictionSEQUEL EX! Vector Cover By : @sgrcndxx "Ayo balikan!" Ajak Kevin tiba-tiba saat mereka sedang jalan di tepi sungai. "Nggak!" Balas Citra cepat dan tegas. "Balikan atau gue tenggelemin lo ke sungai?!" Ancam kevin tidak main-main. . . . Jakarta, 25 Fe...