twenty one

522 40 10
                                    

Rutinitas yang Olivia lakukan pada pagi hari adalah bersih-bersih rumah sang majikan yang ia sayang dan cintai yaitu Fabio Quartararo. Ia kini sedang bersenandung ria mengikuti irama lagu dari band favoritnya, westlife.

"But if I let you go, I will never know. What my life would be holding you close to me wi---- "

"Will I ever see you smiling back at me?
How will I know if I let you go~ " sambung Fabio yang entah dari kapan sudah berada di dapur.

"Tak ku sangka kau menyukai westlife. " lanjut lelaki tersebut.

Olivia pun menoleh ke arah Fabio, "Oh tentu saja, they are legend. "

"Aku kira kau menyukai lagu-lagu trendi. Tak ku sangka kau berjiwa sembilan puluh-an. "

"Old but gold. " balas Olivia.

"Oh apa kau sudah lapar ? Ingin sarapan sekarang ?" lanjut gadis itu sembari menyiapkan salad yang telah ia buat.

"Aku memang turun kemari untuk sarapan. " jawab Fabio, tersenyum cerah.

Kini Olivia sudah duduk berhadapan dengan Fabio, "Buka mulutmu, pesawat akan masuk ke dalam goa. " ujar gadis itu sembari menggoyangkan sendok yang ia pegang sebelum masuk ke dalam mulut Fabio.

"Lihat, betapa pintarnya bayi besarku. " ledek Olivia sembari tertawa lepas.

"Yang bayi adalah kau, kau yang sudah seharusnya aku jaga, aku sayangi dan.... kalau perlu aku timang-timang. " protes Fabio dengan mulut penuh.

"Tapi ku rasa kau lebih manja daripada diriku. "

"Apakah salah jika aku bermanjaan dengan kau ? Satu-satunya orang yang aku sayangi ?"

Olivia tidak menanggapi, ia sedang berusaha menutupi semburat merah yang muncul.

"Oooh, kau memerah. " ujar Fabio sembari menampilkan cengiran khas-nya.

"Diam atau aku tidak akan menyuapi mu lagi !" sergah Olivia.

"Galak sekali calon istriku ini. "

Olivia kemudian menyuapi Fabio dengan cepat, ia tidak lagi mengindahkan Fabio yang kewalahan dalam mengunyah.

"Lebih cepat lebih baik, aku tidak ingin mati muda karena gombalan. "









Kini mereka sedang duduk di sofa, dengan televisi yang menyala namun tidak satupun dari mereka memberi perhatian penuh untuk menonton benda tersebut.

"Olivia, aku ingin memelukmu. " ucap Fabio secara tiba-tiba sembari merengkuh tubuh Olivia kedalam dekapannya.

Olivia tentu saja tersentak, namun ia harus mengakui bahwa dirinya merindukan pelukan hangat dari lelaki Prancis tersebut. Meskipun masih sedikit terhalang oleh gips yang bertengger pada tangan Fabio.

"Kalau kau menurut, aku semakin sayang padamu. " Fabio kemudian mengecup kening Olivia.

"Apa hubungan kita yang sebenarnya ?"

Nampaknya, pertanyaan yang keluar dari mulut Olivia membuat Fabio tertohok, bagaimana tidak ? Hingga kini, lelaki tersebut belum memberikan kejelasan mengenai hubungan mereka.

"Baiklah, kita memang hanya sebatas majikan dan assistant. " lanjit Olivia sembari melepaskan pelukan Fabio dan kembali bersikap normal seperti tidak terjadi apa-apa.

"Aku masih menunggu waktu yang tepat. " balas Fabio setelah terdiam cukup lama.








"HOLY SHIT !!!!" seru Fabio bersamaan dengan padamnya listrik.

"Fabio, kau dimana ?" Olivia segera meraba-raba area sekitar.

"Aku di sini love, tepat di samping kanan dirimu. "

Olivia kemudian menyalakan flashlight setelah ia menemukan ponselnya, namun ia segera berjerit saat melihat bahwa flashlight tersebut menyoroti wajah Fabio, hingga menyerupai hantu.

"Ya Tuhan !"

"Hey, silau. " ucap Fabio sembari memejamkan matanya.

"Maaf, aku tidak tau jika flashlight dari ponselku menyoroti wajahmu hingga terlihat sepertu hantu. "

"That's okay, kini kau harus membantu ku menemukan lilin. "

Olivia kemudian mengekori Fabio, membantu menemukan lilin di lemari gantung yang terletak di dapur. Setelah mendapatkan satu kotak lilin mereka pun kembali ke ruang tamu.

"Mungkin ini akan menjadi menarik jika kita melakukan dinner. Candle light dinner pasti akan menyenangkan. " tutur Fabio saat berhasil menyalakan lilin.

"Tapi kita baru saja melakukan dinner, jika kau lupa. " Olivia memutar bola mata.

"Hey aku hanya bercanda. " balas Fabio sembari mencubit pipi Olivia secara gemas.

Olivia hanya diam dan pasrah saat Fabio mencubit pipinya, dalam hati ia sungguh penasaran. Hubungan macam apa yang mereka jalani saat ini ? Jika hanya sebatas majikan dan assistant, Fabio tidak akan bersikap sejauh ini. Dikatakan sebagai sepasang kekasih pun tidak bisa, Fabio belum menyatakan perasaannya.

Olivia segera bangkit, berjalan menuju kamar tidurnya. Namun menahan lengan gadis tersebut.

"Kita tidur bersama malam ini. " ucap Fabio, menatap lurus mata nan indah milik gadis Asia tersebut.

"Memangnya kenapa ?"

"Hanya untuk berjaga-jaga jika aku terbangun dan butuh bantuanmu di tengah malam, kau tidak perlu repot untuk menaiki tangga dalam keadaan gelap gulita. " ujar Fabio, namun ini hanya tipu muslihat saja. Sejujurnya bukan hal yang berat bagi Fabio jika terbangun di tengah malam lalu membutuhkan sesuatu. Toh, ia masih memiliki penerangan dari ponselnya dan juga kedua kakinya masih berfungsi dengan baik. Jadi ia tak perlu repot untuk memanggil Olivia.

"Baiklah, jangan sungkan untuk membangunkanku jika kau butuh sesuatu. "









Sebelum berbaring, Fabio menyalakan lilin di atas lemari nakas yang terletak pada kedua sisi ranjangnya.

"Seperti ini lebih baik, walaupun cahayanya lebih redup daripada lampu tidur. " tutur Fabio kemudian membaringkan tubuhnya, diikuti oleh Olivia.

"Jangan jauhkan korek dan sisa lilin itu dari kita, untuk berjaga-jaga jika listrik masih padam hingga esok hari. "

"Tentu saja, aku tidak akan menjauhkan kedua benda tersebut dari kita. "

"Good night, my queen. Have a nice dream. " lanjut lelaki bersurai pirang tersebut sembari mengecup punggung tangan Olivia.

"Good night, Fabio. Have a nice sleep. "

Namun Olivia tidak segera menutup mata, ia masih memikirkan kejelasan dalam hubungan mereka. Tapi Olivia tidak ingin terlalu memikirkanya, 'Mungkin Fabio memang membutuhkan waktu yang tepat' monolognya dalam hati. Gadis itu lalu menghadap ke samping, ia melihat wajah damai nan tampan Fabio yang sudah tertidur.

"Je t'aime, Fabio. " lirih Olivia, berharap agar Fabio tak mendengarnya. Kemudian gadis tersebut segera memejamkan mata, berusaha masuk ke alam mimpi.









Sebelumnya mau minta maaf karena akhir-akhir ini aku bakal slow update karena sibuk. Tapi tenang aja, aku bakal usahain biar update kok walapun beberapa hari sekali updatenya 😉. Jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah ya gais hehehe

"Personal Assistant"   [Fabio Quartararo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang