🔞
Konten dewasa, tidak disarankan untuk anak dibawah umur.
Btw aku tadinya mau nulis sedetail mungkin, tapi setiap orang kan beda-beda ya. Takutnya ada yg ngerasa cringe gitu, jadi aku nulis sewajarnya aja. Semoga kalian suka dan jangan lupa vote ya pemirsa💛💛💛
------
"Ah lelahnya~ "
Olivia langsung menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang tanpa melepas gaunnya.
"Jangan lelah, aku belum menggempurmu. " ucap Fabio yang baru saja menutup pintu.
Olivia kemudian menoleh ke arah suaminya, "Aku sungguh lelah, sayang. Bagaimana dengan besok ?"
"Tidak ada besok dan tidak ada penolakan. "
Lelaki itu kemudian menindih tubuh mungil Olivia, menciumi bibir ranum milik gadis itu dengan perlahan namun menggoda. Kemudian Fabio melepaskan pagutannya, membuat Olivia mendesis tidak terima.
"I know you like it. " bisik Fabio di telinga Olivia, tak lupa dengan mengulum daun telinga gadis tersebut.
Olivia yang sudah tidak sabar sontak saja mengubah posisi mereka. Gadis itu duduk di perut Fabio kemudian melepaskan riasan di kepalanya serta gaun yang ia kenakan. Fabio pun terduduk untuk membantu Olivia, lelaki itu tersenyum bangga atas apa yang ia lihat saat ini. Segeralah ia mengulum payudara Olivia, membuat sang empunya melenguh.
"Bisa kau percepat, love ?" pinta Olivia dengan nada frustasi.
"Bukankah kau lelah ?" tanya Fabio dengan nada mengejek.
"Baiklah jika kau tidak mau, aku bisa bergerak sendiri di atas mu. " Olivia kemudian membuka tuxedo yang masih dikenakan oleh Fabio, kemudian mendorong lelaki tersebut untuk berbaring. Gadis itu kemudian memundurkan tubuhnya hingga tepat berada di depan kejantanan milik sang suami. Perlahan Olivia membuka underwear berwarna hitam tersebut, lalu segera menghisap penis Fabio. Membuat lelaki berkebangsaan Prancis itu menggeram rendah.
Setelah di rasa cukup, Olivia pun mempersiapkan dirinya kemudian menyatukan tubuhnya dengan tubuh Fabio.
"Uhhhhh " lenguh mereka bersamaan saat kejantaan Fabio berhasil masuk.
"Aku baru tahu jika kau sudah tidak virgin. " ucap Fabio.
Olivia kemudian menatap Fabio dengan serius, "Apa kau menyesalinya ?"
"Tentu tidak mon amour, aku menikahi dirimu seutuhnya. Bukan karena aku mengira kau virgin, lagipula itu tidak masalah bagiku. Aku mencintaimu apa adanya. " Olivia yakin bahwa lelaki di hadapannya ini memang tulus. Tidak ada kebohongan pada sorot mata Fabio, begitu juga dengan nada bicara lelaki tersebut.
Olivia kemudian mencium bibir Fabio, "Merci, merci beaucoup karena kau telah mencintaiku apa adanya. Kau tidak akan mengerti bahwa aku sungguh beruntung memiliki dirimu, bahkan jika aku menjelaskannya sekalipun. "
"Kau tidak perlu menjelaskannya, karena aku juga merasakan hal yang sama sepertimu. Mengarungi seluruh samudra pun aku rasa tidak akan cukup untuk menjelaskan betapa bersyukurnya diriku yang akhirnya bisa memilikimu. "
"Sekarang bergerak lah. " lanjut lelaki tersebut dan Olivia segera menurutinya.
-----
"Aku ingin menanyakan satu hal padamu. " ucap Fabio sembari menyibak rambut Olivia yang turun menutupi pipinya.
"Tanyakan saja, I'm all ears. " jawab Olivia sembari mengeratkan pelukannya pada Fabio.
*I'm all ears : aku mendengarkannya*
"Kau ingat saat kali pertama kita bertemu ?"
"Tentu saja, saat itu kau nampak terkejut dan segera mengajak Tom berbicara empat mata. Memangnya ada apa ?"
"Aku harap kau tidak akan meninju diriku setelah aku menceritakannya padamu. "
"Itu tergantung, jika kau menceritakan hal aneh maka aku akan memukulmu. "
"Yasudah aku tidak akan bercerita. "
"Hey kau sudah terlanjur membuatku penasaran. " Olivia mengusap pipi kiri Fabio.
"Maka kau harus berjanji terlebih dahulu. "
Olivia kemudian mengecup bibir Fabio, "Aku sudah berjanji. "
"Baiklah aku akan bercerita. Saat itu aku memang terkejut melihatmu, sungguh. Karena sebelumnya, aku selalu mendapatkan mimpi aneh dan kau selalu datang di mimpi tersebut. "
"Memangnya apa yang kau mimpikan saat itu ?"
"Aku mimpi basah dan itu karena kau. Kau selalu hadir dalam mimpi basahku itu, aku tidak tahu mengapa itu bisa terjadi. Bahkan saat aku menceritakan hal ini pada Tom, ia juga tidak mengerti kenapa selalu muncul gadis yang sama dalam mimpiku itu. Kita belum saling mengenal, bahkan belum pernah bertemu. "
"Jadi saat aku melihatmu, aku terkejut. Namun saat itu aku sedang terjaga, bukan tidur. Itu nyata dan itu membuatku takut. Kemudian aku bertanya-tanya pada diriku sendiri 'apakah aku sudah gila ?' 'apakah aku sudah tidak bisa membedakan yang nyata dan yang tidak ?' dan masih banyak lagi kegundahan yang aku rasakan. "
Saat Olivia hendak membuka mulutnya, Fabio segera menyelanya. "Namun aku mencoba menerima apa yang terjadi, bahkan jika aku sudah gila sekalipun. Tapi untungnya aku tidak gila dan di satu sisi aku bersyukur karena mimpi itu menjadi kenyataan. Bayangan kan dirimu selalu memenuhi kepala ku, bahkan saat aku bermain dengan wanita lain dan hendak melakukan one night stand pun kau selalu muncul di otakku. Tapi kini aku tidak perlu membayangkannya lagi atau sekadar tidur hanya untuk bertemu denganmu. Karena kau kini berada di sisiku. "
Lelaki tersebut mencium kening Olivia, membuat sang istri -yang tadinya sudah siap dengan tinjunya- mengurungkan niat untuk memukuli dirinya.
"Aku tidak tahu harus senang atau pun sedih, senang karena kau memang tidak bisa lepas dariku ataupun sedih karena aku harus muncul di mimpi yang tidak elit itu. Tapi kau benar, aku sudah berada di sisimu dan tidak akan pergi. Kau tidak perlu bersusah payah tidur untuk menemuiku. " Olivia yang merasa malu atas perkataannya sendiri pun segera menenggelamkan wajahnya pada dada bidang milik suaminya.
"Ya tuhan, istriku sangat menggemaskan. Satu ronde lagi, ya ?" tanya Fabio sembari menaik turunkan kedua alisnya. Hal ini sontak membuat Olivia mencubit perut kotak-kotak Fabio.
"Jangan samakan tenagaku dengan tenagamu yang seperti bison, wanita dilahirkan ke dunia ini bukan untuk melayani suaminya terus menerus. Mereka juga memiliki hak untuk menolak, mereka juga bisa lelah, mereka juga manusia, merek------- "
Fabio menutup mulut Olivia dengan tangan besarnya, "Jika kau berbicara lagi maka aku akan benar-benar melakukan satu ronde lagi. Ingat Olivia, kejantananku masih berada di vaginamu. "
"Itu salahmu yang tidak mengeluarkannya. "
"Tidak usah di keluarkan, lebih hangat jika berada di dalam. "
"Selamat tidur istriku. " lanjut Fabio, menaikkan selimut hingga sebatas pundak Olivia.
"Selamat tidur suamiku. " Olivia mencium kening Fabio lalu memejamkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Personal Assistant" [Fabio Quartararo]
Fanfictionsemua berawal saat Fabio Quartararo membutuhkan personal assistant, namun siapa sangka. Lelaki berkebangsaan Prancis ini malah bertemu dengan seorang gadis yang selalu datang didalam mimpinya.