"Setelah ini, apa kau ada kegiatan lain ?" tanya Olivia saat mereka sudah sampai di rumah.
"Tidak, aku hanya ingin mandi. Namun dalam beberapa hari ke depan, kau harus menyiapkan diri karena aku akan mengikuti balap motor di Le Mans. Apa kau bersedia ?"
"Tentu saja aku bersedia, sudah kewajiban ku melayani mu, Sir. " ujar Olivia dengan senyum hangatnya.
"H-hey aku se 'tua' itu untuk kau panggil 'Sir'. " jawab Fabio.
"Maaf, tapi aku hanya bercanda haha. " Olivia tertawa kecil, memperlihatkan lesung pipitnya yang samar. Manis, satu kata yang terlintas di otak Fabio saat melihat Olivia tersenyum.
"Baiklah, baiklah. Aku akan mandi terlebih dahulu, kau terserah ingin melakukan apa saja. Jangan sungkan. " ucap Fabio sembari mengacungkan jempolnya ke Olivia yang di balas dengan gesture tangan berbentuk okay.
Olivia akhirnya memutuskan untuk membersihkan ruangan dengan vaccum cleaner, mengepel lantai dan mencuci pakaian kotor miliknya. Ya, hanya miliknya karena ia masih takut jika harus mencuci pakaian milik Fabio.
Setelah semua pekerjaan selesai, ia kemudian menuju kamarnya.
"Ya Tuhan, tubuhku rasanya ingin remuk. Kenapa di mansion sebesar ini tidak ada maid sama sekali ? Apakah Fabio terlalu pelit ? Jika seperti ini terus rasanya tubuhku akan kehilangan berat badan secara drastis. " keluh Olivia sebelum ia jatuh tertidur karena kelelahan."Apa Olivia di dalam kamarnya ?" ujar Fabio pada dirinya sendiri.
"Olivia, apa kau di dalam ?"
Hening, tidak ada balasan dari gadis tersebut.
Knock knock
"Olivia ?"
"Olivia, hari sudah sore. Apa kau tidak akan keluar ?" lanjut Fabio.
Akhirnya ia mencoba memutar kenop pintu dengan perlahan.
Cklek
Pintu pun akhirnya terbuka, Fabio segera memasuki kamar Olivia dan pandangannya kemudian tertuju pada gadis yang sedang tidur dalam posisi meringkuk."Dia pasti kelelahan. " ujar Fabio sembari membenarkan letak selimut pada tubuh Olivia. Lelaki itu kemudian berjongkok, memandangi wajah damai nan tenang gadis dihadapannya.
"Akan ku pastikan bahwa wajah inilah yang akan aku lihat saat diriku bangun tidur, setiap harinya. " lirih Fabio sembari menelusuri lekuk wajah Olivia secara perlahan. Mulai dari alis, kelopak mata, lalu hidung. Saat jemarinya mulai menyentuh bibir gadis itu, ia berhenti sebentar.
"Bibir ini, bibir inilah yang selalu mendesah kan namaku di mimpi itu. " lirih Fabio lagi, mengulang kembali memori sebelum ia bertemu dengan Olivia.
Fabio kemudian tersadar, ia segera mengangkat jemarinya kemudian bergegas pergi dari ruangan itu.
30 menit kemudian Olivia terbangun dari tidurnya. Ia terkesiap, "Sudah hampir jam 8 malam dan aku belum menyiapkan makan malam untuk Fabio. Damn! asisten pribadi macam apa aku ini ?!" seru Olivia.
Ia kemudian menuju ke dapur, membuat pasta. Saat pasta tersebut selesai dibuat, ia segera mencari Fabio.
Namun ia melihat pintu kamar Fabio terbuka, menampilkan ruangan dengan nuansa abu-abu hitam yang terkesan elegant namun juga maskulin. Ia kemudian memasuki ruangan tersebut, namun nihil. Fabio tidak ada di dalam kamar miliknya, lalu gadis itu menuruni anak tangga dan memasuki ruang gym pribadi. Namun Fabio masih belum ditemukan.
"Bagus Olivia, sekarang Fabio tidak dapat di temukan. " keluh Olivia sembari menoleh ke kanan dan ke kiri. Sejenak gadis itu terdiam, memikirkan sesuatu. "Oh benar, kolam renang. Ya, aku harus mengecek tempat itu. " ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Personal Assistant" [Fabio Quartararo]
Fanfictiesemua berawal saat Fabio Quartararo membutuhkan personal assistant, namun siapa sangka. Lelaki berkebangsaan Prancis ini malah bertemu dengan seorang gadis yang selalu datang didalam mimpinya.