twenty three

463 31 5
                                    

Sudah sebulan setelah kejadian Luca menyatakan perasaannya pada Oliv, sudah sebulan juga Olivia merasakan perubahan pada sifat dan sikap Fabio. Lelaki itu seperti memberikan jarak antata dirinya dan Olivia, seperti siang ini. Ia tidak mengucap sepatah kata pun pada Olivia yang sedang membantunya mengemasi perlengkapan Fabio.


"Uhm..... Fabio ?" tanya Olivia, memcah keheningan diantara kedua anak adam tersebut.

"Ya ?"

"Apa aku diperbolehkan ikut menemani dirimu melakukan pemotretan ?"

"Sudah ada Tom di sana. "

Jawaban itu tentu saja menohok Olivia, gadis itu tidak mengerti mengapa mulut yang sering berkata manis itu berubah menjadi layaknya anak panah yang menembus jantungnya ? Kini, setiap kata yang Fabio ucapkan selalu membuat Olivia terdiam bagai ditikam benda tajam.

"Apa pemotretannya berlangsung lama ?" tanya gadis itu, takut-takut.

"Aku pulang malam hari ini. " jawab Fabio kemudian meraih tas berwarna hitam miliknya dan beranjak keluar rumah, tanpa berpamitan. Olivia hanya menghela napasnya, berharap esok hari Fabio kembali menjadi manja dan selalu melemparkan gombalan-gombalan miliknya. Olivia merindukan Fabio yang seperti itu.














Dalam perjalan pun Fabio tetap diam, tentu ini menimbulkan tanda tanya besar bagi Tom. Bagaimana tidak, boss sekaligus sahabatnya itu tidak berceloteh, bahkan ia tidak membuka mulutnya barang hanya sekejap.

"Kau ada masalah ?"

Tom berusaha membuka percakapan dengan Fabio, ia merasa Fabio hari ini sangat berbeda dengan Fabio yang dahulu.

"Tidak. " jawab Fabio, singkat.

"Masalah dengan Oliv, mungkin ?"

Fabio hanya diam, tidak menanggapi ucapan Tom. Namun Tom segera mengerti, diamnya Fabio berarti iya. Dia sedang ada masalah dengan Olivia.

"Kau bisa bercerita kapan pun kau mau, aku cukup ahli dalam masalah wanita. Kau tahu betul akan hal itu. " ujar Tom, yang tentu saja tidak di tanggapi oleh Fabio.











Sesampainya Fabio di area pemotretan, ia bertemu dengan model cantik asal Swedia. Mereka berdua akan melakukan pemotretan bersama.

Selama pemotretan berlangsung, hanya ada satu hal di pikiran Fabio. Ia ingin menghabiskan malam bersama model asal Swedia tersebut. Katakanlah ia player, namun begitulah buktinya. Ia butuh waktu untuk sendiri, ia ingin melupakan Olivia dalam sekejap. Mengingat Olivia membuat hatinya sakit, meskipun Olivia tidak segera menjawab pernyataan cinta dari Luca.

"Hey, kita belum berkenalan. Aku Fabio, siapa namamu ?" tanya Fabio saat sesi pemotretan telah selesai.

"Aku Roxie, Roxie Jackson. Aku tahu siapa dirimu, bahkan tanpa perkenalan. " ujar model tersebut, gadis ini sungguh gambaran dari kesempurnaa. Bertubuh tinggi, langsing, kulit putihnya serupa dengan porselen, cantik dan anggun. Tampak seperti putri kerajaan, well jika bukan dari royal family, mungkin dia memang berasal dari kalangan  konglomerat.

"Apa aku begitu terkenal hingga kau mengenaliku tanpa perkenalan ?"

Gadis dengan mata berwarna biru langit tersebut akhirnya terkekeh.

"God damn, dia sangat cantik. " batin Fabio.

"Tentu aku mengenalmu, kau pembalap Motogp. Itu sudah tingkat internasional bukan ?"

"Ah kau benar, aku kira gadis bangsawan seperti dirimu tidak memiliki waktu untuk sekadar menonton televisi. "

"Apa yang membuatmu berpikir aku adalah gadis dari kalangan bangsawan, Mr. Quartararo ?" tanya gadis itu dengan sebelah alisnya yang terangkat.

"Personal Assistant"   [Fabio Quartararo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang