"Bangun, Fabio. " ujar Olivia sembari mengguncangkan tubuh suaminya.
Dengan berat hati sang empunya nama pun membuka matanya, "Ada apa sayang ?"
"Padahal pemandangan seperti ini dan suara serak di pagi harinya sudah menjadi sarapan tersendiri bagiku, tapi kenapa aku selalu merasa seperti hal ini adalah baru dalam hidupku ?" monolog Olivia sembari menatap intens ke arah Fabio.
"Kau memerah yeobbo, apa kau sakit ?" tanya Fabio sembari menyentuh pipi Olivia.
Entah apa yang merasuki Olivia, wanita itu kini tengah melahap bibir Fabio. Oh tentu saja ini disambut dengan baik oleh sang suami. Olivia kemudian semakin memperdalam pagutan mereka, membuat Fabio merubah posisinya dan mengukung Olivia di bawahnya. Namun bukan Olivia namanya jika tidak mengerjai Fabio. Setelah menggigit bibir bawah suaminya dan membuat sang empunya menggeram rendah, wanita itu melepaskan pagutannya. Menyisakan Fabio dengan raut murungnya.
"Jangan merengut, aku ada kabar bagus untuk kita. " ujar Olivia sembari membentuk senyuman di wajah rupawan Fabio menggunakan kedua jari telunjuknya.
"Seberapa bagus kabar yang akan kau umumkan ?" tanya Fabio, mengangkat sebelah alisnya.
"Oh kau mungkin akan pingsan karena senang bukan kepalang. " ledek Olivia.
"Jangan mengerjaiku setelah apa yang baru saja kau lakukan padaku, Oliv. " Fabio kemudian memalingkan wajahnya.
Olivia pun segera mendekat ke arah Fabio. Wanita itu emudian membisikkan sesuatu, "Je suis enceinte, bébé"
*Je suis enceinte, bébé : aku hamil, sayang*
Fabio yang kemudian membelalakkan bola matanya. "Jangan menipuku, berikan padaku test pack yang kau gunakan. "
Olivia paham betul kalau suaminya masih merajuk, ia dengan sigap meraih benda tersebut di atas nakas lalu memberikannya pada Fabio.
"Berhenti merajuk, aku tidak ingin anak kita mewarisi sifatmu yang mudah merajuk tersebut. " ucapnya sembari mengecup pipi Fabio.
Yang dikecup hanya termangu, membuat Olivia merasa heran. Ia pun segera mengibaskan tangannya di hadapan Fabio, butuh waktu tiga detik kemudian Fabio mengerjapkan matanya dengan cepat.
Lelaki tersebut kemudian bangkit lalu mencari-cari sesuatu, ia membuka laci nakas dengan tak sabar.
"Kau mencari ini ?" tanya Olivia, sembari memberikan ponsel Fabio.
"Tentu saja, gomawo yeobbo. " jawab Fabio kemudian jari-jarinya sibuk menari di atas layar.
"Maman, olivia est enceinte maintenant. " ujar Fabio pada ibunya di telepon
*Maman, Olivia est enceinte maintenant : Mama, Olivia sedang hamil sekarang*
"Ne trompe pas ta propre mère !" seru Mrs. Quartararo di seberang sana.
*Ne trompe pas ta propre mère : jangan menipu ibumu sendiri*
Fabio kemudian mengubah panggilan suaranya menjadi face time.
"C'est la preuve, je ne mens pas. " ucap Fabio sembari menunjukkan test pack ke arah kamera ponselnya.
*C'est la preuve, je ne mens pas : ini buktinya, aku tidak bohong*
Dan benar saja, Mrs. Quartararo kemudian menjerit histeris. Membuat Mr. Quartararo mendekat ke arahnya.
"Oh, ada apa ini sudah ribut di pagi hari ?" tanya Mr. Quartararo, nampaknya raut mengantuk dan kebingungan di wajahnya.
"Demandez simplement à votre enfant. " jawab Mrs. Quartararo yang kini sedang sibuk menangis bahagia.
*Demandez simplement à votre enfant : tanyakan saja pada anakmu*
Mr. Quartararo pun segera meraih ponsel istrinya, "What's wrong ?"
Fabio kemudian tersenyum lebar dan menjawab, "Ayah dan ibu akan menjadi kakek dan nenek..... lagi. "
"Apa maksud 'lagi' dalam perkataanmu itu?"
"Iya, karena ayah dan ibu sudah menjadi kakek dan nenek saat Ellena dan Thomas lahir ke dunia ini. Dan sekarang Olivia sedang hamil anakku. "
"Kau memang suka sekali mempersulit orang untuk mencerna ucapanmu, ya ? Sekarang di mana Olivia ? Aku ingin mengucapkan selamat padanya. "
Fabio segera memberikan ponselnya pada Olivia, "Bonjour Papa. "
"Bonjour menantuku yang manis, hampir saj aku menjadi gila karena tangisan histeris dari istriku dan pernyataan konyol dari Fabio. Sekarang aku tak bisa membendung rasa senangku, selamat atas kehamilanmu. Jangan biarkan pembuat onar itu membuatmu stress, katakan padaku jika dia berulah. " ujar Mr. Quartararo dengan raut seriusnya.
"Tentu, aku akan mengabari kalian kalau Fabio berubah menjadi El Diablo sungguhan. " jawab Olivia dengan mantap, membuat Fabio memutar bola matanya.
"Jangan lupa kabari yang lain, Papa. " sela Fabio saat akan mematikan face time.
"Umumkan saja di instagram. " ujar Mr. Quartararo kemudian mematikan face time-nya.
Fabio kemudian beralih menatap Olivia, "Apa kau ingin kita umumkan sekarang ?"
"Maaf, tapi aku rasa jangan sekarang. Kandungan ku masih beberapa minggu dan itu sungguh bahaya. "
"Hey kenapa kau meminta maaf ?" tanya Fabio dengan nada dan tatapan lembutnya.
"Karena aku tahu bahwa kau sangat excited untuk mengumumkan kehamilan ku pada semua orang. " jawab Olivia.
"Memang, tapi jika kau tidak merasa nyaman maka aku tidak akan melakukannya. Aku adalah pria yang sangat mengerti perasaan istrinya. "
Olivia tersenyum dibuatnya, Fabio memang selalu narsis dimana pun ia berada.
"Aku tidak bisa berhenti mengucapkan terimakasih pada Tuhan atas apa yang telsh ia berikan padaku, yaitu kau dan anak kita. " Fabio kemudian memeluk tubuh Olivia dalam dekapannya.
"Aku juga, tapi ada satu hal yang ingin aku katakan sedari tadi. "
"Kau ingin mengatakan apa, sayang ?"
"Aku lapar saat ini. "
"Ingin ku buatkan sarapan atau tetap cuddling ?"
"Tetap cuddling. " jawab Olivia dengan mantap.
"Kau memang sangat mengerti diriku, ya. " ujar Fabio kemudian menciumi wajah Olivia.
Vote ya jangan lupa😅😅
KAMU SEDANG MEMBACA
"Personal Assistant" [Fabio Quartararo]
Fanfictionsemua berawal saat Fabio Quartararo membutuhkan personal assistant, namun siapa sangka. Lelaki berkebangsaan Prancis ini malah bertemu dengan seorang gadis yang selalu datang didalam mimpinya.