Serba salah

541 27 1
                                    

"Joan ini makanan apa ?" tanya Olivia pada Joan saat ia sedang mengunyah salah satu snack asal spanyol tersebut.

"Oh itu, itu adalah makanan anak-anak has Spanyol. " sahut Joan menanggapi.

Olivia kemudian kembali mengecap rasa dari makanan itu, awalnya memang terasa masam namun lama-kelamaan berubah menjadi sangat manis layaknya permen.

"Ohhhhhh !" seru Olivia kegirangan saat rasa manis memenuhi indra perasa lnya.

"Hahahah sudah kuduga kau akan menyukainya. Beruntung aku membawa banyak untukmu. " ucap Joan sembari ikut mencomot snack tersebut.

"Apa-apaan kau ini ? Kau yang memberi tapi kau juga yang ikut makan ?" sindir Fabio yang -sebenarnya merasa gerah hati melihat Joan duduk di dekat Olivia, sedangkan ia duduk di seberang-  sedang membaca buku.

"Bilang saja kau juga ingin, ini cepat buka mulutmu. Aaaaaaaa !" Joan kemudian menjejali Fabio, membuat lelaki Prancis tersebut mengamuk tidak terima.

"Jangan protes, kunyah saja !" perintah Joan saat sang el diablo sudah bersiap ingin membuka mulutnya.

Fabio mau tak mau mengunyah makanan yang dijejalkan oleh Joan. Lelaki itu mengernyit merasakan masam yang teramat, namun saat rasa manis mulai menyeruak, lelaki itu berusaha sekuat mungkin menahan ekspresinya menjadi datar.

"Sialan, makanan ini memang unik. Aku jadi ketagihan. " batin Fabio, pemuda itu melirik ke arah Joan yang sedang memandanginya.

"Apa liat-liat ?!" kesal Fabio.

"Aku tahu kau menyukainya, jangan mengelak. Makanlah sesuka mu, kalau kurang nanti aku belikan pabriknya. " jawab Joan sembari menepuk pundak Fabio.

"Dasar sombong. " cibir Fabio.

"Harus, juara dunia harus sombong. "

"Cih, Vale saja tidak seperti kau. "

"Tentu, kita berbeda. Dia Vale dan aku Joan. "

"Ya benar karena Vale tidak kekanakan seperti kalian !" seru Olivia tiba-tiba.

"Maksudnya ?" tanya Joan dan Fabio bersamaan.

"Sudahlah aku ingin berenang saja, melihat kalian nanti aku bisa gila. Kasihan sekali calon anakku ini." jawab wanita itu kemudian pergi ke taman belakang.

"Tidak Olivia, tunggu aku. Aku tidak kekanakan seperti Joan. " ujar Fabio sembari mengejar wanitanya.

"Hey, kenapa jadi aku ? Kau mau aku jotos, huh ? Kemari kau!" seru Joan mengejar Fabio.





















"Apa wanita hamil tidak akan tenggelam jika berenang ?"

"Demi tuhan, otakmu itu dimana Jo ?"

"Kau tahu kan kalau perut mereka besar dan pastinya berat. "

"Menikah sana, agar otak bodoh mu itu mengerti jawabannya. Lihat Olivia! Dia bahkan tidak tenggelam sama sekali !" jawab Fabio sembari emosi, temannya ini bodoh sekali.

"Berkelahi saja terus, kalian aku tendang ke kolam ini baru tahu rasa. " ujar seorang wanita dari belakang mereka.

"Mathilde! Kau sudah sampai ?" seru Olivia dengan girang.

"Tentu dan aku disambut oleh dua bocah bodoh ini. " jawab Mathilde kemudian menyusul Olivia memasuki kolam.

"Tom tidak ikut ?" tanya Joan.

"Memangnya untuk apa dia ikut ? Kalian hanya akan berkelahi satu sama lain. "

Fabio dan Joan saling bertatapan kemudian mengangkat bahu. Kemudian Fabio menyusul istrinya memasuki kolam, begitu juga dengan Joan. Mungkin sebentar lagi keduanya akan lomba siapa yang paling cepat berenang.




















"Sepertinya aku akan pulang, hari sudah mulai malam. " gumam Joan.

"Kenapa ? Bukankah kau ingin menginap lagi ?" tanya Olivia.

"Biarkan saja dia pulang, sayang. Kehadirannya sungguh mengusik. " Fabio berseru tidak suka.

"Tapi aku tidak rela jika Joan pulang ke apartmentnya. " lirih Olivia dengan wajah sendu.

"Tunggu.... sepertinya ada yang salah. " sergah Fabio dengan cepat.

Olivia kini mulai meneteskan air matanya, membuat Joan dan Fabio panik. Wanita itu menangis layaknya seorang bayi yang ditinggal ibunya.

"Ada apa ini ? Kau kenapa sayang ?" tanya Fabio berusaha menenangkan Olivia, namun nahas. Olivia langsung berlari menuju kamar mandi saat Fabio mulai mendekat.

"Oh ya tuhan.... jangan seperti ini lagi, kumohon. Aku ingin membantu istriku. " Fabio pun segera menyusul Olivia, begitu pula dengan Joan. Lelaki Spanyol itu merasa tak enak, ia pikir pasutri ini pasti akan bertengkar karena dirinya. Maklumi saja, ia selalu berpikir bahwa Fabio jauh lebih jelek darinya.

"Sayang, aku masuk, ya ?" tanya Fabio dari depan kamar mandi. Pintunya memang terbuka, tapi Fabio takut jika ia asal masuk maka Olivia akan semakin parah.

"Jangan, ku mohon. Aku sudah memuntahkan semuanya. "

"Bagaimana aku bisa membantumu jika terus seperti ini?" Fabio sungguh frustasi dengan keadaan ini, ia sungguh ingin membantu istrinya. Tapi ia juga tidak ingin nemperparah keadaan Olivia.

Sesaat kemudian Fabio segera menoleh ke arah Joan yang masih terpaku karena kebingungan.

"Joan, kali ini aku percaya padamu, tolong bantu aku dan Olivia. "

"Aku ? Tapi, bagaimana caranya ?"

"Temui Olivia di dalam, kau pijat tengkuknya seperti ini. Ya, seperti ini. " ujar Fabio sembari mencontohkan pijatan yang benar.

"Oh tenang saja, itu mudah. " Joan mengangguk mengerti.

"Setelah itu tolong bawa ia ke kamar untuk istirahat. "

"Dengan menggendongnya ?" tanya Joan tak yakin, mengingat perangai Fabio yang mudah cemburu.

"Tentu, aku percayakan padamu. " lelaki Prancis itu menatap Joan penuh harap, gurat kekhawatiran terpampang jelas di wajahnya.

"Baiklah. " jawab Joan dengan mantap.

"Olivia, aku Joan. Aku akan membantumu, tak perlu khawatir. Fabio telah mengizinkan ku. " ucap Joan, lelaki itu kemudian melangkah kakinya dengan hati-hati.

Olivia terduduk lesu di samping closet, wanita itu masih dalam keadaan menangis. Ia merasa sungguh jahat karena terkesan membuang Fabio begitu saja. Sungguh, ini bukan yang Olivia inginkan. Tapi apalah daya, hormon dan calon anaknya lah yang membuatnya seperti ini. Dalam hati Olivia memohon agar tuhan tidak memberikan Fabio kesabaran yang lebih agar lelaki itu bisa kuat menghadapi hal ini dan tidak berpaling darinya.

"Hey, kenapa menangis ? Bagian mana yang sakit ?" tanya Joan dengan nada lembut, pandangannya pun ikut melembut. Mencoba menenangkan Olivia.

"Kepala ku sakit sekali, perut ku terasa mual yang teramat terlebih jika Fabio mendekat. Aku sungguh merasa kasihan padanya, karena kehamilan ini pasti menyiksa dirinya. Aku ingin menghabiskan waktu bersama Fabio tapi aku tidak bisa, aku sungguh jahat bukan ?" Olivia kembali tersedu, membuat Joan kebingungan. Ingin memeluk tapi ia juga masih sayang pada nyawanya.




















-------
















Halo apa kabar pembaca setiaku? Kalian ada yg masih nungguin cerita ini update? wkwkwk
Btw maaf ya soalnya ini pendek, semoga kalian suka. Vote dan coment jangan lupa💞💞

"Personal Assistant"   [Fabio Quartararo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang