27. tolong, tolonglah pulang.

2.2K 234 13
                                    

TYPO MY TYPE_


🍁🍁🍁

Yang Mark ingat Jeno tersenyum dan memeluknya hangat hari itu. Berbisik ia pasti akan kembali, tapi Mark merasakan sangat berat melepaskan kepergian lelaki manis itu. Tangannya ragu melepas genggaman, seakan jika terlepas belahan jiwanya itu akan hilang.

"Jangan terlalu bersedih, aku pergi hanya untum beberapa hari, Hyung. Aku akan pulang saat pertunangan kita, aku janji." Ibu jari Jeno mengusap punggung tangan lelakinya.

"Tidak bisakah aku ikut denganmu?"

Jeno menggeleng. "Kau di sini, Hyung, tunggu aku pulang. Lagian ini latihan rindu, agar jika kita berjauhan tidak terlalu terasa berat."

"Tapi, Half,..."

"Hyung jangal lebay, aku pasti pulang. Udah ya, aku berangkat. See you and-" Jeno maju mengecup bibir tebal Mark. "Love you, Hyung."

Mulut Mark bungkam, hatinya tetap berat melepaskan Jeno. Tangan mereka perlahan terurai, mulai menjauh kemudian berubah menjadi lambaian perpisahan. Mark merekam bagaimana senyum cantik itu perlahan pudar memburam, semakin jauh langkah Jeno berjalan semakin risau hatinya.

Lalu kemudian Mark berlari, mendekap tubuh Jeno erat. Membuat mereka diperhatikan banyak orang, Jeno tersenyum canggung. Dia agaknya tak mengerti mengapa Mark kali ini lebih rewel dari biasanya, ini bukan kepergian Jeno pertama tapi lelaki itu seperti akan ditinggal selamanya saja.

"Sayang, bisakah kau tidak pergi?"

"Hyung jangan berlebihan, ini lima hari, hanya lima hari. Jangan bersikap seolah aku akan pergi selamanya, Hyung!"

Mark merunduk. "Aku hanya takut, Jeno, kau tidak kembali."

"Aku berjanji pasti kembali dengan selamat, untukmu dan untuk impian kita, mengerti?"

"Ku mohon tetap tinggal, aku merasakan firasat yang tidak baik jika kau pergi."

Suara pengumuman keberangkatan pesawat membuat kalimat Jeno terhenti. Mungkin saja ia akan sedikit berceramah jika suara itu tidak terdengar. "Dengar, Hyung, jangan terlalu berlebihan dengan kepergianku. Ingat walau kau hamba yang taat tetap kau bukan Tuhan penentu segalanya. Kau cukup berdoa keselamatanku dan tunggu aku pulang."

Lalu hari itu Mark membiarkannya pergi, pergi untuk menjelajah ke bagian dunia lain yang katanya memang ia sukai. Ia ingin pergi sendiri lantaran ingin menguji Mark juga. Nanti saat mereka sudah bersama mungkin Jeno akan memilih tempat itu sebagai salah satu destinasi bulan madu.

Awalnya semua berjalan baik-baik saja Islandia-Korea Selatan bisa didekatkan lewat teknologi zaman sekarang. Mereka saling bertukar pesan, melakukan panggilan suara atau video. Rasa rindu mulai menggebu, rasa takut yang sempat dirasa perlahan menguap.

Mark percaya Tuhan menjaga kekasihnya jauh lebih baik daripada dirinya. Jadi Mark mulai memikirkan hal positif dan mempersiapkan pertunangan mereka.

Walau tetap saja pemuda ini merengek tiap kapi mereka melakukan panggilan.

"Pulang, Half, aku rindu. Pengen liat senyum kamu, pengen peluk kamu."

"Hariku gelap kalau ga ada senyum kamu. Kamu tu seperti raja yang menguasai hatiku. Pulang, Yang!"

"Sayang ga bisa pulang sekarang? Pulang, Yang, ga kasihan sama aku?"

"Jen, kamu tuh kok ga pulang-pulang? Ini aku yang repot ngerjain plain buat acara kita. Kamu emang ga berperi ke-Mark-an, kamu enak di sana ga mikirin aku di sini."

"Ini kamu pergi lima hari atau bertahun sih, kok bikin rindu banget gitu. Bosan nungguin kepulangan kamu, Half."

"Jeno pulang hari ini yah? Hyung beneran rindu."

Yang biasanya hanya ditanggapi Jeno dengan tawa atau mengatainya lebai. Tak jarang ia menggoda Mark sampai lelaki itu kesal dan menggerutu.

Dasar rindu, seenaknya saja mengganggu!

4 hari berlalu tidak seburuk yang Mark bayangkan, semuanya pancar-lancar saja juga pesta mereka akan digelar 3 hari dari sekarang. Tepat di hari jumat yang kata orang penuh berkah.

Namun Tuhan punya garis takdir yang berbeda dari rencana manusia. Hari itu awan menggumpal, memberat gelap siap menumpahkan jutaan nikmat.



Cangkir putih cantik berisi teh madu panas pecah saat beradu dengan marmer dingin di bawah sana. Pemiliknya terpaku melihat pemberitaan siang itu, dikala hujan yang mulai ramai menghakimi bumi.

Matanya bergetar ketakutan, tanpa menunggu lama ia langsung mengambil baju tebalnya. Kemudian dengan asal mengambili barang-barangnya. Kemudian langsung pergi dari tempat itu menuju tempat tercepat ia bisa mendapat informasi lebih lanjut.

"Apa benar-benar tidak ada?"

Perempuan itu menggeleng.

"Satu pun? Itu tak mungkin, aku harus menemukan-"

"Maaf, Tuan, saya tidak bermaksud mencela. Kondisi di sini sangat buruk. Hujan turun sangat lebat. Tidak ada pesawat yang berangkat, semuanya delay. Kami tak ingin mengambil resiko yang bisa membahayakan para penumpang."

"Kapan akan ada pesawat yang terbang?"

"Saya tidak dapat memastikan, paling cepat subuh nanti itupun jika cuaca sudah membaik. Maaf atas ketidak nyamanannya, Tuan. Ini sudah ketentuan." Wanita itu tersenyum, mencoba bersabar menghadapi si tuan yang terlihat sangat kacau ini.

"Terima kasih." Kemudian dengan gontai pemuda itu berjalan menuju kursi tunggu.

Di sana ia duduk, mengusap wajahnya kasar dia benar-benar merasa gusar. Di bagian timur asia sana ada sebuah kecelakaan yang membuatnya sekalut ini.

Air matanya jatuh mengingat perpisahan mereka, apa ini alasannya tidak ingin berpisah hari itu?



"Pulang, Half, aku rindu. Pengen liat senyum kamu, pengen peluk kamu."

"Sayang ga bisa pulang sekarang? Pulang, Yang, ga kasihan sama aku?"

"Jen, kamu tuh kok ga pulang-pulang? Ini aku yang repot ngerjain plain buat acara kita. Kamu emang ga berperi ke-Mark-an, kamu enak di sana ga mikirin aku di sini."

"Ini kamu pergi lima hari atau bertahun sih, kok bikin rindu banget gitu."

"Jeno pulang hari ini yah? Hyung beneran rindu."

"Hyung udah punya SIM resmi loh, nanti kalau kamu pulang aku setirin dan kita ga perlu sama pak Doy lagi."

"Half, aku bakal nyetir buat pertama kali hari ini. Kamu tenang aja aku sama pak Doy kok."


Itu adalah kalimat terakhir sebelum Jeno melihat sebuah pemberitaan Internasional di televisi. Itu dari daerah distrik X di Korea Selatan, kecelakaan beruntun melibatkan 5 mobil dan satu bus umum.

Dan data yang berhasil teridentifikasi diantaranya adalah milik kekasihnya, Mark Lee.

"Kamu bilang aku jangan pergi, tapi kenapa malah kamu yang pergi ninggalin aku... buat selamanya, Hyung..."

...Kecelakaan ini menelan 20 korban, 5 diantaranya meninggal dunia. Salah satu yang berhasil diidentifikasi adalah Mark Lee yang merupakan pengemudi mobil jenis x...

"Kamu nyuruh aku pulang cuma buat liat jasad kamu? Aku ga sanggup nerima ini, Mark!" Jeno menangis terseduh sendirian di tengah keramaian bandara.




🍁🍁🍁


Tolong, tolonglah pulang...




Zee💚

MARKNO FANFICTION [MarkNo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang