TYPO MY TYPE_
Song; Naked- James Arthur
🌹🌹🌹
Siang itu, nyalanya terlampau terang. Dengan lidah panas yang menjilat belahan bumi. Para orang sibuk itu lebih memilih menikmati pekerjaannya agar tetap berada dilindungan kesejukan. Hanya mereka yang nekat saja ingin melawan serangan raja siang itu.
Di sana seorang tengah terpaku menatap sunyi. Ruangan dengan cat putih itu hampir menyatu dengan warna kulitnya yang kian pucat. Tempat yang telah menjadi kamarnya hampir 6 tahun ini tidaklah mewah, jangankan itu bendanya saja mampu di hitung dengan jari. Sebuah tempat tidur kecil dengan seprai lusuh, bantal, sebuah nakas dengan buah di atasnya. Juga ada satu kamera di sudut yang mengawasi setiap pergerakannya.
Ia mulai berjalan mendekati jendela transparan itu. Menatap manusia-manusia di bawah sana yang sepertinya tengah bermain asik dengan matahari. Mereka seakan tak merasakan panas. Ia hanya menatap tanpa minat dan apapun yang berhubungan dengan empati. Saat mimpi buruk itu tak datang inilah pekerjaannya, dia sangatlah sempurna dengan paras manisnya. Jika bukan karena pakaian rumah sakit jiwa itu, posenya saat ini sudah seperti CEO-CEO di dalam film.
Seseorang memasuki ruangannya, atau mungkin dua orang saat menangkap langkah lain mengikuti langkah pertama. Pria ini berharap saja langkah salah satunya bukan milik orang itu. Entahlah ia merasa hawa di sekelilingnya sekarang sama seperti malam itu.
Bagaimana tangan kotor itu menyentuh tubuhnya. Merampas harta berharganya lalu meninggalkan dia dalam selimut malam yang saat itu hujan lebat. Genangan air sampah dan selokan ikut bersama darah yang mengalir keluar darinya. Kesepian, sakit, kotor, terhina dan...
"Aaaaaaaaaaaagh!" Pria ini langsung saja memegangi kepalanya. Ia langsung terjatuh dengan masih mencengkram erat rambutnya. Mimpi buruk itu menyerangnya lagi. Pria ini tak sanggup.
"Tuan Lee, astaga. Mark, bantu aku menenangkannya."
Samar telinga pria ini mendengar teriakan seorang wanita. Ia mengenal wanita itu, tapi siapa Mark? 6 tahun terkurung dalam kesepiannya ia tak pernah mendengar nama itu... atau lebih tepatnya seumur hidupnya.
Hingga sadar pria ini mengalah dengan cairan yang perlahan menyebar di tubuhnya. Seketika serasa melayang sesaat ia rasakan, pria ini yakin dosis yang mereka beri pasti bertambah. Karena jika seperti biasa dia tidaklah mungkin terpaksa memejamkan mata karena semua sarafnya lumpuh.
🌹🌹🌹
Hari ini pertama Mark menginjakan kaki di rumah sakit jiwa milik ayahnya. Ia telah lama menanti untuk dapat berkerja di sini sesuai dengan program studi yang sudah ia selesaikan. Pria agustus ini bahkan sangat bersemangat dengan apa yang telah menantinya di dalam sana. Sesuai dengan rambut merah menyalanya.
Ia memasuki sebuah ruangan, di sana ada seorang wanita dewasa yang luar biasa cantiknya. Mark tersenyum melihat sang kakak tidaklah menua.
"Kak Irene!" Teriak pemuda itu sambil langsung memeluk kakak tercintanya itu.
"Hey, kau sudah datang rupanya." Wanita itu mencium pipi Mark yang sudah menjadi kebiasaannya. "Duduklah dan aku akan jelaskan apa yang harusnya kau kerjakan."
Mark mendengus kesal, "Bisakah aku istirahat sejenak? Matahari di luar sana mengeringkan bendungan tenggorokanku." Sarkasnya sambil melepas pelukan dan duduk di depan dr. Irene.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARKNO FANFICTION [MarkNo]
FanfictionMy memo♡ MARKNO FANFICTION BOYSLOVE MUTURE 🔞 Kumpulan oneshot yang suatu saat nanti dikembangkan jadi long chap :) ___ 17082020- |Jerome_