15. Cinta Mati 3

2.5K 260 86
                                    

TYPO MY TYPE_

🍁🍁🍁

Mark dan Jeno adalah pasangan yang saling mencintai, keduanya sangat membutuhkan.

Mark sangat posesif dengan Jeno, tapi begitulah cintanya. Dia hanya terlalu takut kehilangan jeno, takut jika nanti Jeno akan meninggalkannya seperti mantan terdahulunya. Maka dari itu ia sangat protektif dan menjaga Jeno dari apapun bahkan seekor lalat tak boleh hinggap di tubuhnya.

Jeno sudah berjanji tak akan menghianati Mark, dia tak ingin Mark dibayangi oleh ketakutan ditinggalkan. Maka dari itu bukan salah Mark jika dia menahan Jeno di sampingnya hingga detik ini.

Mark memandangi wajah lelap pujaan hatinya, sinar matahari yang membias kulit pucatnya terlihat sangat indah di mata Mark. Jeno mirip seperti putri tidur jika begini. Mark tersenyum sambil menyentuh wajah kekasihnya. Huh, sepertinya ia sangat lelah akibat aktivitas mereka sekarang.

"Bangun, Sayang." Ucapnya dibarengi sebuah kecupan di bibir tipis Jeno.

Namun tak ada respon, Mark hanya terkikik geli. Prianya ini memang sangat pemalas akhir-akhir ini, juga sangat pendiam. Namun, tak apa, Mark mengerti mungkin Jeno perlu menyesuaikan diri.

Mark beranjak bangun, ia akan menyiapkan sarapan untuk kekasih manjanya ini. Sebenarnya ini sudah menjadi rutinitasnya beberapa hari ini.

Mark memasak bubur ayam kesukaan Jeno, Mark jadi ingat mereka bahkan pernah bertengkar karena beda cara makan bubur. Mark itu tim makan bubur yang diaduk, sedangkan Jeno bubur yang ga diaduk. Jeno bilang bentuknya aneh kalau diaduk kayak bukan makanan jatuhnya, tapi Mark juga punya alasan kalau yang namanya bubur ya harus tercampur semuanya toh juga akhirnya tetap dicerna perut.

Mark tersenyum mengingat betapa cerewetnya Jeno dulu, dia juga sangat perhatian dan sensitif. Mark tak keberatan dengan semua keunikan yanh dimiliki Jeno saat bersamanya, karena se aneh-aneh Jeno lebih aneh dirinya. Namun Jeno mau menerimanya apa adanya, dan mencintainya sepenuh jiwa. Mark merasa terharu dengan Jeno yang selamanya bersama Mark.

Masakannya sudah matang, ia menaruhnya di mangkok dan menatanya. Ia letakkan di meja depan televisi. Maklum flat Mark tidak besar, dia bukan pegawai kantoran yang punya gaji puluhan juta. Ia hanya penjaga toko bunga.

Setelahnya ia langsung menuju kamar kembali, mendapati Jeno masih tertidur lelap tanpa berubah posisi. Kan benar-benar pemalas kecil prianya ini, tapi menurutnya wajar saja. Mark baru menghentikan olahraga malamnya tepat pukul 2 dini hari tadi. Wajar jika si tuan tidur masih menjelajahi mimpinya.

"Sepertinya aku harus menggendongmu lagi ya untuk sarapan? Duh-duh malas sekali kekasihku ini." Mark memilih menggendong tubuh Jeno.

Tetap percuma jika menungguinya bangun.

Mark dengan telaten memangku Jeno sambil menyuapinya. Siaran televisi membuatnya berhenti sebentar, pembawa acara tengah melaporkan tentang kehilangan seorang pemuda.

Mark menatap Jeno kemudian, membersihkan mulut nya yang belepotan sambil berdecak. "Ck ck, lihat makan saja masih seperti bayi. Duh bayi besar kesayanganku." Mark memencet hidung Jeno gemas.

Mark sudah selesai dengan aktivitasnya. Sekarang mereka hanya duduk sambil menuaksikan tayangan televisi yang mengabarkan berita yang sama. Mark mengusap rambut Jeno halus, sesekali menciumi pucuk kepala kesayangannya.

"Sayang, kamu tau kan aku ga suka kamu tinggalin?" Mark berucap kemudian. "Mandi yuk, bau kamu mulai busuk." Mark mematikan televisinya dan mengangkat tubuh Jeno menuju kamar mandi.

Mark melucuti pakaian Jeno kemudian meletakkan tubuh itu di dalam bathtub yang berisi air dengan bunga-bunga mewangi, tapi tetap air dengan pengawet itulah yang membuat Jeno bertahan di sisi Mark.

Mark menyabuni tubuh putih penuh bercak bekasnya berbuat. Dia tersenyum merasa bangga bisa memiliki Jeno selamanya sebelum Jeno pergi dari hidupnya.

Ya, untung malam itu ia mencekik leher Jeno sampai pemuda ini meninggal. Padahal Mark tak tahu akan seperti apa hidupnya jika tanpa Jeno disisinya. Bukan salah Mark, tapi Jeno saja yang meminta putus darinya demi mengejar lelaki lain. Sekarang kkan Mark hanya membantu Jeno menepati janjinya yang tak akan pernah meninggalkan Mark.

Mark jadi ingat kata pembawa acara tadi,

"Hampir sepekan pemuda bernama Lee Jeno menghilang dan tidak diketahui keberadaannya. Terakhir terlihat adalah saat ia bersama salah satu teman kencannya yang berinisial L.W, pemuda ini juga yang sedang dicurigai sebagai dalang di balik hilangnya Jeno...."

"Ah, sebentar lagi ulang tahunmu 'kan, Sayang? Bagaimana jika ku hadiahkan kepala Lucas untukmu, kau pasti senang, bukan?"  Mark menyeringai sambil menyelimuti tubuh Jeno yang kian pucat.

"Aku mencinaimu, Love."


🍁🍁🍁

Fin.



Ini tu gara2 tiap malam baca markno au ditwiter yang horor gitu. Jadi kebawa kan. Lagian ini book belum dikasih genre kripi2 kan, hehehe:)


Zee❤

MARKNO FANFICTION [MarkNo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang