11. tanpa kekasih

3K 288 65
                                    

TYPO MY TYPE_

🍁🍁🍁

"Aku mencintaimu, tapi maaf aku tak bisa membuat ini  mejadi hubungan seperti yang kau harapkan, Jeno."

Jeno tersenyum, mendengar Mark mengatakan cinta untuknya saja ia sudah kepalang senang. Tak mengapa mereka tak memiliki hubungan, asal keduanya saling memiliki. Jeno terlalu mencintai Mark, ia tahu siapa Mark, dan ia siap dengan segala konsekuen yang akan ia terima nanti jika ia menyerahkan diri dengan Mark.

"Aku senang kau mencintaiku..." Jeno menatap netra madu yang sangat ia sukai. "Asal kau mau selalu bersamaku, aku tak akan pernah pergi  meninggalkanmu."

Mark tersenyum, ia mematahkan ranting kecil, kemudian ia mengambilnya dan menusukan ujung yang runcing ke jari telunjuknya. Jeno bingung dengam kelakuan Mark, tapi ia mengikuti apa yang Mark lakukan. Kemudian telunjuk keduanya bersatu dengan darah sebagai pelekatnya.

"Aku berjanji, demi apapun aku akan mempertahankanmu bersamaku, Jeno."

Jeno tersenyum. "Aku berjanji untuk apapun, aku akan tetap bertahan di sisimu."

Terakhir mereka mengikat janjinya dengan sebuah ciuman manis yang memabukkan. Di bawah rindang pohon dengan semilir angin musim semi, keduanya mengikat janji untuk saling bertahan. Namun di mana ada janji di situ ada pengorbanan, dan Jeno adalah orang yang paling banyak berkorban.

Siang hari di Fakultas Hukum, Jeno menjadi pusat perhatian karena datang ke tempat yang bukan jurusannya. Banyak mahasiswa menatapinya, sesekali ada yang berani menggodanya. Belum tahu saja mereka siapa si Jeno ini.

Dia mulai menyusuri lorong, mencari kelas dari orang yang akan ia temui. Seingat Jeno, orang itu sudah menyelesaikan jam kuliah nya sejam lalu tetapi belum menemuinya. Itulah alasan Jeno nekat mengncarinya sampai ke ruang kelas.

Jeno memiliki firasat tak enak saat ia melihat ruang kelas yang tertutup rapat. Ditambah suara-suara ambigu yang tentunya dapat ia tebak apa. Jeno gusar antara membuka pintu atau tidak, dengan keberanian yang tak seberapa ia memutuskan mengintip apa yang terjadi di dalam dengan membuka pintu sedikit.

Lalu menghentikan kegiatan mengintipnya saat dugaannya benar. Tubuhnya terasa lemas, rasa sakit itu langsung menyerbu hatinya. Dengan langkah lemah ia berjalan menjauhi ruangan itu, ia tak ingin merasakan sakit lebih dalam.

"Terima kasih atas yang tadi, Mark."

"Yang penting nafsu gue tersalurkan."

Jeno menghentikan langkahnya saat ia mendengar pintu terbuka dan dua orang terdengar bercakap tak jauh darinya. Jeno segera menghapus air matanya yang tadi sempat hadir, rasa sakit yang terus datang tanpa permisi itu membuatnya memilih kembali meneruskan langkahnya.

Namun sialnya pergelangan tangannya dicekal pada langkah ketiga. Ia tak perlu berbalik untuk mengetahui siapa yang berbuat.

"Mau ke mana?" Mark sudah di hadapannya.

Jeno diam. Hanya menatap dalam pemuda tampan di depannya.

"Lo denger atau liat?"

Ia akhirnya memindahkan pandangan, menggeleng untuk mendustai hatinya. Tangan Mark mengapit dagu Jeno, membuat fokus si april tertuju kembali padanya.

"Kalau gue ngomong ya tatap gue, Jen. Oh iya, gue ga bakal minta maaf untuk yang tadi, tapi maaf karena udah telat nemuin lo."

"Iya," singkatnya.

"Mau langsung ke tempat lo atau makan dulu atau mau ke apart gue? Mumpung lagi sepi." Diakhiri smirk yang entah mengapa walau menyebalkan terlihat keren.

MARKNO FANFICTION [MarkNo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang