34. love the way you lie

2.7K 224 53
                                    


TYPO MY TYPE_

WARNING!
TOXIC RELATIONSHIP!!!

Ga suka skip aja, mohon bijak ya🥰
Baca ampe akhir, ada note dikit.

🍁🍁🍁

Jeno terbangun pagi itu, bangkit dari tidurnya dan merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Walau ia tak sendiri di kamar tidur ini Jeno masa bodoh dengan tubuh telanjangnya. Telapa kakinya bersentuhan dengan marmer dingin, tertatih menuju kamar mandi.

Dan di depan cermin besar di dalam kamar mandinya, Jeno melihat bagaimana buruknya penampilan tubuh pucatnya sekarang. Ada banyak lebam dan luka ringan. Biru sampai ungu, mungkin itu bisa ditutupi oleh pakaian, tapi luka di sudut bibirnya juga lebam di tulang pipinya cukup sulit disembunyikan bahkan concealer sekalipun.

Mengabaikan itu, ia memilih membasuh wajahnya. Dinginnya air menyengat hingga lukanya terasa lebih perih, Jeno meringis menghentikan aktivitasnya. Seketika air matanya jatuh, mengingat ia tak pernah mengerti dengan konsep cintanya. Lukanya bukan hanya secara fisik, tapi batin juga. Namun ia tetap berdiri di sini, memposisikan diri sebagai satu-satunya tempat yang membebaskan cintanya melakukan apapun asal tidak pergi meninggalkannya.

Jeno menghidupkan keran air, mencampurkan air panas dan dingin. Setelah dirasa air memenuhi bathub Jeno masuk perlahan, mulai berendam hingga wajahnya ikut tenggelam dalam genangan air. Pikirannya sedang kusut, Jeno hanya mencoba mengalihkan. Hingga sepersekian detik barulah ia muncul lagi ke permukaan dengan batuk ringan akibat oksigen yang menipis di paru-parunya.

Kepalanya terkulai di pinggiran bathub, mulai merenung kembali tentang seberapa bodohnya ia mencinta.

Ada 10 tahun luka batinnya, mencintai tanpa dicintai. Selalu mengungkapkan rasanya tetapi hanya berujung penolakan dari Mark-cintanya. Mark terang-terangan menolak, tak sekalipun memberikan Jeno cela untuk meraih cinta nya.

"Mark jadilah pacarku!"

"Sudah berapa kali ku katakan, carilah yang lain. Aku tidak bisa menerima cintamu!" Lelaki itu dengan sinis memandang Jeno, ada jengkel mengapa Jeno sangat keras kepala mengingini nya.

"Yang lain banyak, tapi kamu hanya satu. Dan aku hanya mencintaimu. Aku tak bisa-"

"Kamu bisa, jika kamu bertemu dengan orang yang tepat. Dan itu bukan aku." Mark tersenyum dan pergi, tapi arti senyumnya adalah Mark muak selalu disangkut pautkan dengan Jeno. Dia tak pernah bisa hidup tenang dengan kehadiran Jeno.

Seketika air mata Jeno jatuh, bukan sekali Mark menolak cintanya tapi berkali-kali. Namun Jeno tak sedikitpun menyerah diposisinya, terus berusaha walau saat lelah ia memilih beristirahat dengan berhenti mengganggu Mark. Dari sini sudah cukup terlihat Jeno seorang masokis, yang bahkan merindukan saat Mark menyakiti hatinya.

Mark memilih pelabuhan hatinya, dan Jeno lebih dari hancur saat Chenle sepupu Mark menyerahkan undangan padanya. Harusnya namanya yang ada di situ bukan nama gadis lain. Jeno kehilangan separuh jiwanya, tak lebih seperti mayat hidup. Lebih ke seperti orang gila karena menangis sambil tertawa, otaknya seperti tak berfungsi. Jeno tak pernah sanggup melihatnya, maka dari itu ia melarikan diri. Menghindari garis takdir yang mempertemukan mereka dipelaminan dengan Jeno sebagai tamu undangan.

Jeno mengasingkan diri, bersembunyi mengobati dan memperbaiki apa yang salah dalam dirinya. Mencoba hidup lebih baik tanpa memikirkan Mark. Jeno tahu Mark sudah menemukan bahagianya, dan Jeno juga harus menemukan itu. Setengah tahun pergi dari dunia tari, meninggalkan semua mimpi dan orang yang membutuhkannya. Jeno hidup lebih baik, hanya hatinya sudah rapat terkunci. Tak ada cela untuk seseorang mengetuk dan masuk. Senyumnya manis, tapi terasa pahit.

MARKNO FANFICTION [MarkNo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang