17. baby don't like it

3.7K 314 61
                                    

TYPO MY TYPE_



🍁🍁🍁




Park Minhyung, si ketos berpredikat malaikat. Wajah tampan, senyum rupawan, tawanya yang renyah sertah sikap bijaksananya. Diberkahi otak yang cerdas juga kepribadian humbel. Setiap sudut cerita tentang Mark adalah sisi positif, belum lagi jika dibahas keluarganya, Minhyung atau akrabnya dipanggil Mark adalah orang yang tak pernah kekurangan kasih sayang.

Maka jika berhadapan dengan Jeno lain cerita, si dingin tak tersentuh ini adalah sudut lain yang membuat Mark tertarik setengah mati. Jeno bukan pentolan sekolah, pun seorang yang suka membuat onar. Jika ditanya Jeno itu seperti apa, maka yang terlintas pertama adalah aura dinginnya yang tak tersentuh.

Mark adalah iblis di mata Jeno, pemuda itu dengan lancangnya menghancurkan semua pertahanan Jeno yang tak tersentuh. Si ketua osis itu selalu membuatnya repot jika sudah mendatanginya. Jika mereka melihat Mark sebagai kesempurnaan, maka jadilah Jeno untuk melihat satu kekurangan si sempurna itu.

"Jeno?"

Jeno mengabaikan panggilan itu, ia memilih menikmati angin yang lembut membelai wajahnya, menerbangkan helaian rambut blondenya. Jeno tidak senang harus berurusan dengan si iblis licik itu.

"Kau mengabaikanku?"

Suara itu mendekat, dapat Jeno rasa deru nafasnya kini berada di perpotongan lehernya. Tangan lelaki agustus itu lancang melingkar pada pinggangnya, lagi bibir dan lidah tak bertulang itu mengecup dan menjilati leher jenjangnya. Memberikan ribuan sengat membuat Jeno merasakan kulit tubuhnya meremang.

Sebelum tangan si leo lebih jauh menjelajah Jeno menghentikannya. Matanya lurus menatap sibuknya dunia, bibirnya betucap, "Mengapa mereka semua menganggapmu malaikat? Tidak ada malaikat yang berbuat seperti iblis," sarkasnya.

"Hanya denganmu aku rela menjadi iblis, Jeno. Kau adalah alasanku berani menjadi kurang." Mark tak melepaskan pelukannya. "Aku sangat menginginkanmu, bahkan setiap detikku terasa menyesakkan jika aku tak menggapai oksigen yang sama denganmu."

"Berlebihan!" Jeno melepaskan tangan Mark dan berbalik, matanya tajam menyoroti si leo yang terlihat bodoh di hadapannya.

"Jeno," Mark menjeda ucapnya. Matanya menelisik keindahan Jeno, menelusuri pahatan Tuhan yang sempurna melalui jemarinya. "Aku tak pernah mengerti mengapa kau semenarik ini, setiap sisi indahmu selalu membuatku ingin menghancurkannya agar hanya aku yang bisa memilikimu."

Jeno menangkap tangan Mark yang hangat. "Apa kau tidak merasakannya? Kau menyalahi norma setiap melakukan hal ini padaku."

"Tapi aku tak bisa berhenti. Aku menyukai setiap kulitku bertemu kulitmu. Aku mendambakanmu setiap waktu." Mark hanya sedang mensyukuri kemampuannya.

"Ada jutaan manusia hidup di bumi ini, mengapa kau memilihku yang tak pasti untukmu?"

Mark balik menggenggam telapak tangan Jeno, kemudian menciumnya, menghirup aroma yang membuatnya mabuk kepayang. "Apa kau masih meragukannya? Hanya aku yang bisa menyentuhmu, menciummu, merasakan aroma dan tubuhmu. Apa lagi kalau bukan kau pasti untukku, Jeno?" Mark menatap netra madu yang selalu membuatnya tenggelam.

Jeno menarik tangannya. "Usiamu masih terlalu muda, dan kau gila, Mark." Jeno menatapnya sinis.

Bukannya merasa kecil, Mark malah mengikis jarak. Membiarkan deru nafasnya kembali menyapa permukaan kulit Jeno, tepat di depan bibir si april. "Ya, dan kau penyebabnya, tapi aku tak menyesalinya." Ia maju meraih ranum Jeno.

Bermain dengan benda sekenyal jelly tapi memabukkan seperti wine. Mark selalu dibuat pusing setiap ia merasakan nikmatnya Jeno. Tak sampai di situ, kini Mark mulai menelusuri kulit leher Jeno yang tampak seputih kanvas siap lukis. Mark mencumbunya lagi, lidah nakalnya menari memberikan sensasi geli, gigitan-gigitan kecilnya seperti pematik api yang menyulut gairah.

MARKNO FANFICTION [MarkNo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang