Prolog

1.9K 221 144
                                    

Angin dibulan Desember tahun ini menjadi begitu dingin, bahkan jika matahari masih bersinar hingga sore di sela-sela jembatan Pasupati atau banyaknya pengunjung taman film di bawah jalan layang penghubung kawasan utara dan timur kota Bandung itu masih tidak membuat seorang pemuda bermanik coklat berseragam SMP di antara kerumunan merasa hangat atas keramaian di sekitarnya.

Ia terdiam, tenggelam dalam lamunannya. Mendesah kasar saat lagi-lagi seorang anak kecil melempar bola mengenai punggungnya.

"Maaf kak, nggak sengaja" Kata bocah berbaju salah satu tim sepak bola andalan Spanyol yang langsung lari meninggalkan sang korban tendangan bolanya tanpa rasa bersalah.

Pemuda itu bangkit dan mengambil tasnya dengan kasar. Segera menyingkir dari tempat yang ia duduki karna mulai ramai oleh para pengunjung. Mengganggu.

"Senja!!!"

Teriakan itu menyapa gendang telinga si bocah SMP. Netranya melihat ke sebrang jalan dan mendapati sang kakak berdiri dengan sebuket Bunga di tangan kirinya. Rautnya terlihat khawatir dan lega disaat yang sama.

Tatapan tajam langsung Senja layangkan untuk Anta ketika laki-laki yang lebih tua enam tahun darinya itu berdiri dengan nafas terengah dihadapannya.

"Kakak tahu kamu pasti akan kesini, tapi setidaknya bilang dulu supaya kakak nggak khawatir" Katanya sembari merangkul bahu sang adik agar lebih mendekat kearahnya walaupun dibalas dengan dengusan pasrah.

"Acaranya udah selesai, dan nggak ada lagi yang harus bikin aku berlama-lama disana. Lagipula ngapain kakak datang? Kalo orang yang harusnya lebih berhak disana aja nggak peduli!"

Raut sang pemilik mata coklat sebening batu Amber itu mengeras, merasa marah akan banyak hal. Namun sang Antariksa masih memancarkan senyum hangatnya. Senja yakin, jika ia tidak lupa akan amarahnya maka ia akan langsung memeluk sang kakak dan bergelayut manja seperti biasanya saat ia lelah.

"Papa belum pulang dek, Kalimantan-Bandung bukanlah jarak yang dekat"

Anta mencoba memberi penjelasan selembut mungkin untuk meredakan kekecewaan sang adik. Sebenarnya sangat malas jika ia harus membuat sang ayah terlihat baik dimata sang adik, bagaimanapun ia tidak pernah lagi menemukan ayahnya didiri sang ayah setelah sang bunda meninggal.

Senja tidak kecewa saat tahu sang ayah tidak datang, ia bahkan lupa bagaimana rasanya berharap sehingga ia takkan kecewa, tapi entah dengan rasa sakit dihatinya ketika tahu bahwa sang ayah benar-benar tidak datang membuatnya sedih dan marah. Ia benar-benar tidak tahu, seperti apa kecewa yang sebenarnya.

Ia merasa marah entah pada siapa, jadi daripada semakin pusing dengan pikirannya sendiri ia lebih memilih untuk melarikan diri di taman film. Senja tahu tidak ada yang lebih menyedihkan dari pada di kecewakan, apalagi ini adalah 'Senja', seorang bocah yang baru saja lulus SMP yang sudah berkali-kali merasa kecewa bahkan pada dirinya sendiri sehingga dia muak dengan kata kutukan bernama 'kecewa'.

"Aku nggak pernah berharap ayah bakalan datang atau apapun itu yang bisa membuatku kecewa. Sudah berkali-kali aku berharap dan sudah berkali-kali pula aku jatuh kak. Jadi nggak ada lagi yang bisa membuatku kecewa karna aku cukup tahu diri untuk tidak berharap lebih"

Wajahnya memerah menahan amarah. Senja tidak pernah merasa sangat geram akan kelakuan ayahnya sendiri seperti saat ini. Hari ini adalah hari kelulusannya di bangku SMP, itu artinya minggu depan ia tidak akan menginjakkan kakinya di Bandung lagi. Meninggalkan tempat kelahirannya dan seluruh kenangannya, juga meninggalkan bundanya. Memikirkan kepergiannya membuat ia meneteskan air mata.

Anta tahu sang adik telah berbohong pada dirinya sendiri, saat ia bilang baik-baik saja bahkan jika ia tak lagi bisa menginjakkan kakinya di tempat ia dilahirkan.

***

Stay healthy dan jangan lupa tinggalkan jejak🤗

Kritik dan saran sangat diperlukan🙏🏻


Senja Sang Angkasa (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang