12. Ayo Melangkah lagi

950 113 7
                                    

Senja melihat kucing siam yang berada di etalase rak kucing. Matanya tertuju kepada satu anak kucing yang masih berusia sekitar tujuh bulan. Karna sulitnya mengatur waktu, akhirnya dia dan sang kakak baru bisa membeli peliharaan di hari minggu ini.

Senyum Senja mengembang ketika melihat anak kucing yang sejak tadi ia perhatikan akhirnya menatapnya. Mata bulatnya terlihat lucu dan wajahnya sangat menggemaskan.

"Kak pilih yang ini aja"

Anta mendekat dan melihat kucing bermuka hitam kecoklatan itu ragu. Dia tadinya telah menjatuhkan pilihan kepada kucing persia flatnose putih yang menurutnya sangat menarik dan berpikir bisa dimanfaatkan untuk mengusir  tikus dirumah jika ada.

"Kamu yakin Ja? Dia... Wajahnya aneh deh"

"Udah itu aja kak, lucu."

Seperti tau keadaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti tau keadaan. Sikucing kecil itu menunjukan mata bulatnya dengan lidah yang menjulur lucu sekali. Seakan memberi tahu kedua manusia dihadapannya bahwa dia adalah kucing yang manis dan tidak akan merepotkan.

Senja dan Anta langsung terpesona dengan tingkah menggemaskan kucing siam itu. Maka tanpa berpikir panjang, kakak adik itu segera membeli si kucing dan membawanya pulang sebagai bagian keluarga Angkasa. Kebiasaan Senja, bahwa hewan peliharaanpun harus dianggap keluarga.

"Oke Lucky ini rumah kamu sekarang"

Anta melirik sang adik. "Lucky??"

"Iya namanya Lucky"

Lucky, sipemberi keberuntungan. Orang Tionghoa percaya bahwa kucing adalah pembawa hal-hal baik terutama keberuntungan dalam hal uang. Entah Senja mendapatkan nama itu dari mana, tapi dia berharap dari si kucing kecil Lucky, dia akan lebih banyak mendapatkan keberuntungan di hidupnya yang malang.



***


"Kak Eglo mau ngadain konser kecil-kecilan yang hasilnya mau disumbangin ke korban Gunung Semeru. Dia nyuruh aku buat nyanyi di cafe tapi nggak ah kalo sendiri"

Bima menyenderkan kepalanya di bahu lebar Fajar yang langsung mendapat tempelengan keras dari Fajar. Wajah Bima ditekuk dan memandang temannya kesal.

"Bilang aja kamu mau nyuruh kita ikut?!!"

"Nah itu bener Jri. Jangan kaya kembaran kamu yang satu ini, otot doang di gedein tapi disender aja loyo"

"Heh! Kalo yang nyender Kak Fitri mah nggak papa. Sorry ya Bim, bahu aku alergi sama kutil Badak"

Senja dan Fajri tertawa keras melihat kelakuan Bima yang kini sedang menekuk wajahnya dan siap beradu argumen dengan Fajar yang kini mengeluarkan otot di balik lengannya. Dua orang yang tidak boleh dibiarkan hanya berdua.

"Udah udah, terus gimana Bim? Aku kalo bantu bisa aja tapi kalo ikut konser kaya yang kamu bilang tadi kayanya nggak bisa"

"Kan kamu jago main keyboard Ja, entar gampang aku yang nyanyi terus si Fajri yang pegang gitar biar si otot kawat tulang besi ini yang nge'drum"

Senja Sang Angkasa (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang