19. Kelabu Sendu

760 90 10
                                    


Jabatan tangan kedua orang yang telah selesai membuat perjanjian itu terlihat begitu mantap dan yakin. Anta tersenyum puas menatap lawan bicaranya karna sejauh ini semua hal berjalan dengan sangat lancar. Terimakasih kepada gelar cucu Angkasa yang ia sandang dan berhasil meyakinkan beberapa orang penting.

"Semuanya berjalan sangat lancar Om. Tapi entan kenapa aku jadi takut karna ini terlalu lancar, jauh dari perkiraanku."

Wajah rupawan itu tiba-tiba mengerutkan dahinya. Ada sedikit firasat yang tidak baik hinggap mengisi relung tanpa di undang. Ia gelisah tanpa sebab.

"Om kira cuma Om yang merasakan hal itu. Tapi sejauh ini Om juga belum mendapat kabar terbaru tentang Langit, terakhir katanya dia sudah di Singapura dan akan lekas kembali. Bukannya terlalu cepat kalau dia pulang dalam waktu dekat?"

"Aku harap dia tidak menyiapkan hal yang berbahaya. Kita tahu sendiri bagaimana nekatnya Langit Angkasa".

Anta bergidik ngeri, seseorang bisa melakukan hal nekat hanya untuk kepuasannya. Sayangnya dari dulu Langit adalah salah satunya.


***

"Kak Anta kapan pulang?"

Senja berkata lesu, ia mulai lelah mengurus dirinya sendiri mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi karna ARTnya izin kembali ke kampung selama beberapa minggu dengan alasan sang mertua mengalami stroke.

"Hahaha kangen ya sama Kakak tersayangmu ini? Iya, Kakak emang ngangenin kok."

"Hmm, iya."

"Loh? Kamu kenapa Senja? Ga biasanya kamu langsung jawab iya. Mau cerita?"

"Mau Kak Anta." Senja menjawab lirih, sebernarnya air mata sudah menggenang di pelupuk matanya.

"Kamu enggak lagi sakitkan? Dirumah cuma ada kamu sendiri? Kak Faye disitu enggak Dek?"

Anta langsung kelabakan khawatir. Biasanya selalu ada dirinya saat Senja merasa dirinya down kapanpun itu, tapi saat ini dia sedang jauh di negeri orang. Tidak bisa menggapai sang adik ataupun memberi pelukan kepada adik kesayangnnya itu.

"Aku baik-baik aja Kak. Cuma... Cuma lagi capek banget. Kaya mau skip kuliah aja". Senja sedikit terkekeh, menutupi bagaimana lelahnya ia dengan semua hal yang terjadi padanya.

"Kakak nggak bisa peluk kamu Senja, tapi Kakak selalu melakukan apapun yang Kakak bisa untuk kamu dari sini, dan perlu kamu ingat dek, selalu ada nama kamu di setiap do'a yang Kakak ucap. Mungkin tiga atau empat hari lagi Kakak pulang. Orang pertama yang akan Kakak peluk itu kamu buat menghilangkan semua lelahnya Kakak, jadi jangan lupa sambut kedatangan Saudara tampanmu ini ya nanti di bandara."

Senyum Senja mengembang. Kalau Anta menjadikan Senja penghilang lelahnya maka Senja menjadikan Anta pengisi dayanya.

"Owh iya, aku mau cerita. Kemarin malam aku ikut komunitas Dinner On The Road lagi, kita udah lama ya nggak ikut turun jalan, padahal mereka udah anggap kita sebagai member mereka juga. Kapan-kapan kalau Kak Anta udah nggak sibuk kita ikut lagi yuk."

"Tentu Senja, apapun untuk adik Antariksa."

Senja berusaha menghilangkan semua pikiran buruknya. Ya, tidak akan terjadi hal buruk apapun kedepannya. Ia harus yakin akan hal itu. Langit tidak akan berbuat hal nekat apapun. Mengetahui ia sebagai donatur terbesar dari komunitas DOTS memang membuat Senja waswas, pasalnya Langit bisa menggunakan hal itu untuk melakukan apapun yang berhubungan dengan kekuasaan Angkasa.

***

Uap dari secangkir kopi di meja salah satu Cafe itu masih mengepul. Sang pemilik masih diam dengan tatapan tajam melihat saudaranya sendiri merencanakan pertemuan ini di saat ia sendiri memiliki jadwal pekerjaan yang sangat padat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 16, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Senja Sang Angkasa (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang