2 Senja di Ujung Sore

1.5K 175 3
                                    

Tiga koper baju baru saja diturunkan dari mobil LaFerari merah yang terparkir mencolok didepan rumah bergaya tropis, tempat dimana dulu tinggal sebuah keluarga kecil dengan kehangatan didalamnya.

"Gila kamu Ta, mau ke Bandung nggak bilang-bilang dulu. Biasanya langsung suruh nginep sambil nyiapin amunisi yang banyak"

Venus dan ketiga temannya berdiri menghadap Anta dengan tatapan mengancam. Siap menerkam dan siap memerima jawaban dari orang yang Venus tanya.

"Pengen aja. Mau ganti suasana"

Kata Anta sambil tersenyum. Tapi semua orang tahu saat melihat mata itu, tidak ada yang benar-benar baik-baik saja.

Anta bersyukur di besarkan di Bandung dengan teman-teman yang sangat baik, mereka selalu ada bahkan di saat yang mendadak seperti sekarang.

"Oh ya Ta, adik kamu dimana?"

"Iya, kita belum liat dari tadi. Dia ikut jugakan?"

Venus membenarkan apa kata Eglo, ia belum melihat Senja sejak datang hingga acara pindahan selesai.

"Dia di belakang, tadi keluar dari mobil langsung ke taman belakang. Demen banget disitu dari dulu dia mah".

Iya, dari dulu dan semakin sering setelah ia kehilangan orang paling berharga dalam hidupnya. Taman belakang rumah dengan bunga-bunga indah yang dulu Bundanya tanam, yang dulu sering Senja injak tanpa sengaja karna mengejar Poppo dan Picca. Dulu.

"Terus, bokap gimana?" laki-laki dengan rambut gondrong itu bertanya dengan sedikit ragu.

"Gimana apanya?".

Anta menjawab malas. Ia sedang tidak ingin membahas laki-laki yang adalah ayahnya sendiri.  Harus ia akui, sebenarnya setelah bundanya meninggal tidak ada hal yang lebih membosankan dari pada membicarakan ayahnya.

Venus menyenggol lengan Esta. Apakah harus menanyakan sesuatu yang bersifat sensitif seperti itu disaat seperti ini? Maksudnya, mereka semua tahu bahwa hubungan keluarga Angkasa tidaklah baik dalam beberapa tahun terakhir dan mungkin karna hal ini pula Anta membawa serta Senja pindah ke kampung halaman. Setidak peka itu Esta terhadap keadaan.

"Adik-adikku sama adiknya si Esta mau kesini, jadi bilangin ke Senja buat jangan kemana-mana entar."

"Oke, lagi pula nggak aku ijinin Senja jalan-jalan dulu. Baru keluar rumah sakit juga soalnya"

Ucapan Anta dianggukkan oleh ketiga sahabatnya. Mereka sudah hafal betul jika Senja sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja maka Anta akan segera membawanya ke Bandung kalau kondisinya memungkinkan. Tidak sering, tapi lebih sering beberapa bulan terakhir. Awal dari kerenggangan keluarga harmonis Angkasa. Tapi tidak pernah seterdesak ini hingga sang Antariksa memutuskan untuk menetap.

"Kita pergi dulu, nanti malam kita balik lagi kesini."

"Tenang aja aku  bawa banyak makanan nanti dari restoran "

"Wah sombongnya Eglo! Mentang-mentang yang baru dapet bintang lima aja"

"Seenak jidat ya ngomong! Susah payah tahu nerusin restoran yang udah dirintis sejak jaman kakek buyut!"

"Iya iya udah kita pergi dulu cepet, liat noh Esta udah di mobil." Venus menunjuk Esta yang sudah siap dengan mobil Range Rover putih yang telah ia nyalakan. Mereka sengaja menumpang di mobil Esta karna Venus dan Eglo yang kebetulan sedang sangat malas membawa mobil, sekalian test drive mobil baru Esta kata Venus.

"Buru-buru amat?" tanya Anta.

"Adik nya bakal nginep diapartemennya besok. Mamanya balik ke Jepang, ada urusan katanya" Eglo menjawab pertanyaan Anta dengan setengah berlari menyusul Venus yang sudah jalan duluan didepan.

Senja Sang Angkasa (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang