Senja Gumilar Angkasa. Seperti namanya, ia lahir di saat sang matahari mulai kembali ke peraduan. Saat hujan di kota Bandung masih begitu romantis dan sendu. Tangisnya mengundang tangisan sang bunda juga setetes haru dipipi sang ayah.
Ia lahir di umur kandungan 8 bulan karna Jora, sang bunda mengalami pendarahan setelah terpeleset di kamar mandi. Bobotnya tidak lebih dari tiga kilo, tapi tangisnya mampu mengejutkan sang dokter di ruang operasi kala itu.
Tumbuh dan besar di kota yang akrab disebut kota romantis tidak membuat ia berfikir untuk bersifat sedemikian nama kota kelahirannya. Tidak, mungkin hanya untuk sang bunda ia bisa begitu luluh.
"Kenapa sih hujannya nggak reda-reda?!" Sungut Senja kecil dibalik jendela yang menghadap ke kebun mawar kecil milik sang bunda.
Wajahnya ditekuk tanda tak suka. Rencananya hari ini ia akan memberi makan Poppo dan Picca si kelinci putih peliharaannya selepas pulang sekolah, namun rencana itu urung setelah hujan mulai turun dengan deras bahkan sebelum dia berganti baju.
"Senja tahu tidak kenapa pelangi muncul setelah hujan reda tapi tidak setiap hujan reda akan muncul pelangi?"
Bunda saat itu masih memakai apron pastel dengan sedikit noda tepung disana. Ia memilih duduk dilantai beralas karpet beludru tosca disamping si bungsu setelah mendengar nada tak suka dari sang buah hati.
Tangan halusnya mengusap lembut rambut hitam tebal Senja dengan sayang, memberi afeksi hangat di tengah suara gemuruh hujan. Si kecilpun tanpa ragu segera tidur dipangkuan sang bunda, menjadikan paha bundanya sebagai bantal ternyaman dikala hati dirundung kesal.
"Pelangikan muncul karna ada pembiasan cahaya, makanya munculnya setelah hujan, tapi nggak setiap hujan akan ada sinar matahari setelahnya makanya pelangi nggak muncul. Begitukan bunda?"
"Wah, anak bunda pintar sekali. Kakaknya kalah nih"
Usapan dikepala sang bungsu menjadi usapan gemas, tak urung bibir yang semula manyun seraya terus mencebik kesal kini membentuk kurva melengkung yang indah. Tangan sang bunda akan menjadi penenang ketegangan hatinya, meluluhkan es yang ia ciptakan sendiri. Tangan sang bunda adalah pengusir asa yg telah lara dan biasa singgah.
"Pelangi akan muncul selama masih ada sinar setelah hujan. Tahu maknanya apa sayang?"
Senja menggeleng lemas, sisa-sisa kesalnya masih ada.
"Maknanya akan selalu ada hari indah setelah hari-hari sulit, tapi harus ada sinar yang menuntun menuju hari indah tersebut. Senja maukan jadi sinar untuk ayah, bunda dan kak Anta?"
Senja mengangguk.
Sesederhana itu kata romantis saat hujan di kota Bandung untuk anak SD yang gagal memberi makan kelinci-kelinci putihnya kala senja.
***
little bunny punya Senja.Poppo dan Picca. Gemeskan?? Jadi pengen peluk yang punya😋
Stay healthy dan jangan lupa tinggalkan jejak🤗
Kritik dan saran sangat membantu🙏🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Sang Angkasa (HIATUS)
Ficção AdolescenteLangit senja di kota Bandung merupakan hal romantis bagi sebagian orang yang saling mencintai dan berpikir untuk saling memiliki. Berbagi rasa yang sama dan tujuan yang sejalan. Maka bagaimana jika langit itu mendung? Bagaimana jika hujan selalu tu...