7. Kambuh

1.8K 130 4
                                    

Hari pertama ospek.

Senja berdiri di bawah pohon mangga yang cukup rindang di lapangan outdoor yang menjadi apel pembukaan ospek tahun ini dimulai. Cuaca terik pagi ini cukup menguras tenaga para calon maba yang wajib mengikuti serangkaian acara yang telah dijadwalkan, tapi panasnya sinar matahari membuat Senja yang notabenya paling anti dengan keringetan memilih berdiri dibawah pohon mangga yang cukup besar disamping lapangan.

Ada Bima, Fajar dan juga Fajri yang sedang bercengkerama dengan beberapa teman barunya. Mereka sengaja tidak mengajak Senja karna mereka tahu Senja dalam fase introvertnya, dimana anak itu hanya ingin sendiri dan tidak ingin diganggu untuk memulihkan energinya.

Ada sedikit rasa tidak enak di hati sang bungsu Angkasa ketika melihat anak-anak lain berbaris di bawah teriknya matahari menghadap panggung kecil dimana beberapa kakak senior berdiri dengan angkuh. Wajah dingin mereka justru membuat Senja muak, seakan dengan hal seperti itu mereka akan dihormati begitu tinggi.

Seorang senior laki-laki berjalan maju setelah sebelumnya berbincang dengan tim nya, entah apa yang membuat mereka lebih tertarik mengobrol dari pada segera menyudahi apel pengenalan pagi ini yang cukup menguras energi. Apalagi panasnya matahari seakan sengaja memeras keringat mereka.

"Dek yang berdiri di bawah pohon, maju!"

Suara berat salah satu senior BEM  menggelegar memenuhi lapangan upacara dengan beberapa sound sistem yang telah mereka siapkan.

Mata Senja menerawang sekeliling, berharap kemungkinan bahwa bukan dia yang dimaksud. Sial, kemungkinannya salah.

"Ada apa kak?" Tanyanya setelah jarak antara kakinya dan panggung hanya beberapa meter.

"Ngapain kamu disitu? Nggak liat temen-temen kamu capek-capek di tengah lapangan? Seenaknya kamu ngadem dibawah pohon?!"

Suaranya bahkan tidak memelan walaupun jarak antara dia dan Senja sudah dekat, seakan sengaja memanfaatkan kesempatan ini untuk pamer kekuasaan.

"Saya sakit kak" ucapnya sedikit berteriak untuk mengimbangi suara sang kakak seniornya walaupun itu adalah hal bodoh.

"Emang dari ratusan anak disini yang sakit cuma kamu? Lagian ini cuma apel biasa, udah nggak jaman perpeloncoan lagi. Sekarang kamu ikut baris tim kamu yang paling depan."

Dengan terpaksa Senja menuruti apa kata senior berkumis tipis itu. Sedangkan di beberapa baris yang berbeda Bima, Fajar dan Fajri terlihat khawatir dengan sahabatnya yang harus berdiri di baris paling depan dengan panas yang sangat terik, terlebih lagi baru beberapa minggu yang lalu anak itu keluar dari rumah sakit.

Bima memandang punggung Senja yang terlihat setengah dari tempatnya berdiri. Sedangkan di depan sana ada satu gadis yang juga terus memeprhatikan Senja. Gadis itu tidak berhenti menatap Senja, seakan jika sedetik saja ia lengah mungkin hal buruk akan terjadi pada anak itu. Melihat wajah Senja yang cukup pucat bahkan jika dilihat dari jauh sekalipun membuatnya khawatir.

Bima dan si kembar tidak bisa untuk tidak khawatir pasalnya Anta telah memberi amanah untuk menjaga Senja jika terjadi sesuatu. Suara kakak senior yang menggelegar kepenjuru sudut lapangan tidak lagi mereka hiraukan, fokusnya hanya pada Senja dan pikiran negatif yang terus berputar.

Kekhawatiran mereka semakin menjadi saat tiba-tiba tubuh tegap yang menjadi fokus perhatian itu limbung dan menggegerkan beberapa calon maba yang mulai berkerumun, tidak terkecuali para  senior yang berada di atas panggung juga sang gadis yang telah memperhatikan Senja sejak tadi. Luna. Segera Bima, si kembar juga Luna berlari menembus kerumunan.

"Tolong minggir! Awas!"

Bima mendorong beberapa anak yang sudah berkerumun. Satu hal yang ia benci dari alibi simpati, nyatanya mereka hanya sebatas penasaran bukan benar-benar ingin membantu.

Senja Sang Angkasa (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang