8. Yang Tersayang

1.2K 115 0
                                    

Mobil laferari merah Anta terparkir sembarang didepan gerbang rumah karna sang pemilik hanya berniat untuk mengambil dokumen yang tidak sengaja ia letakkan di meja makan pagi tadi sehingga mengharuskannya kembali kerumah sambil merutukki keteledorannya sendiri.

Pintu rumah yang langsung terbuka tanpa Anta membuka paswordnya membuatnya sedikit curiga. Biasanya jam segini sudah tidak ada orang di rumah. Mbok Darmi akan pulang setelah membersihkan rumah untuk mengurus mertuanyanya yang lumpuh, tapi hari ini mbok Darmi izin untuk mengantar mertuanya chek-up kerumah sakit dan pak Sapto hanya bertugas mengurus kebun dipagi dan sore hari dan jarang sekali masuk kerumah kecuali gudang belakang.

Seketika perasaanya tidak enak. Apakah ada maling yang masuk? Atau dia juga teledor tidak mengunci pintu pagi tadi sebelum berangkat?.

Dengan hati-hati langkah kakinya membawa dirinya masuk kedalam ruang tamu yang langsung membuatnya terkejut saat menemukan Senja tertidur di atas sofa masih dengan seragam hitam putihnya.

Dengan segera Anta menghampiri Sang adik yang terlihat lelap dalam tidurnya, namun atensinya berubah khawatir seketika saat menyadarai bahwa dada Senja yang naik turun tidak beraturan dan deru nafasnya yang terdengar menyakitkan.

"Ja... Senja..."

Dengan dihinggapi rasa khawatir dan cemas yang tinggi Anga menepuk pelan pipi Senja yang langsung membuatnya terkejut saat sensasi panas langsung menjalar di kulit tangannya. Anak itu terlihat pucat dengan kening yang basah oleh keringat.

"Dek bangun dulu"

Anta kembali menepuk pipi Senja pelan, berharap adiknya bangun dan dapat segera menjelaskan apa yang terjadi. Harapannya menjadi kenyataan ketika mata sayu itu akhirnya terbuka dengan perlahan. Senja mencoba menyesuaikan penglihatannya saat menyadari sang kakak berada disampingnya.

"Kak..." Ucapnya lirih sembari berusaha duduk yang langsung dibantu oleh Anta.

"Kamu kenapa? Kenapa nggak telfon kakak? Kenapa kamu dirumah dengan kondisi kaya gini?"

Senja memejamkan matanya ketika dugaan ia benar bahwa Anta pasti akan menerjangnya dengan banyak pertanyaan.

"Kak Anta kok udah pulang?"

Bukannya menjawab petanyaan dari sang kakak yang membuatnya bertambah pusinh, anak itu memilih bertanya balik. Ia cukup heran karna Anta sudah berada dirumah padahal ini masih jam kerja.

Anta terdiam, dia langsung melupakan tujuan awalnya pulang ketika melihat Senja yang tebaring di sofa dengan wajah yang pucat dan keringat yang mengalir di pelipisnya. Ia sangat khawatir.

"Kamu tuh kebiasaan kalo orang nanya bukannya di jawab malah balik nanya. Sekarang jawab pertanyaan kakak, kamu kenapa ada dirumah dengan kondisi kaya gini? Tadi pagi kayaknya baik-baik aja. Kenapa sekarang kayak gini lagi sih?"

"Kakak kayak Kak Faye. Crewet!"

Dilihatnya wajah Anta yang menyemburatkan tatapan tajam membuat diri sibungsu sedikit menciut. Tidak ingin semakin memancing amarah sang raja buas maka dengan cepat ia menjawab pertanyaan kakaknya.

"Tadi disuruh berdiri dilapangan, mana cuacanya cerah banget lagi. Jadinya aku tumbang dan Bima, sikembar sama temen cewekku langsung bawa aku pulang. Sekarang mereka balik lagi ke kampus, soalnya ospeknya belum selesai"

Dia tidak ingin membohongi kakaknya tentang kondisinya karna nyatanya hal itu malah akan membuat keadaannya semakin parah.

"Yaudah, kita kerumah sakit aja ya"

"Tapi, emang kak Anta nggak lagi ada urusan dikantor?"

Anta baru teringat bahwa dia harus segera membawa dokumen yang tertinggal kekantor. Dengan cepat ia mengambil ponsel di sakunya dan menelfon sekertarisnya.

Senja Sang Angkasa (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang