BAB 11

114 48 15
                                    

Cinta? sebuah rasa yang hadir secara tak nyata, bersemayam dengan segala makna serta kata yang tak memiliki ukuran batas dalam pengungkapan rasa.
~Linda Utami~

Happy Reading..
.
.
.

.

Hari ini adalah hari Senin. Hari di mana seluruh warga sekolah melaksanakan upacara bendera, terutama SMA Cendrawasih.

Berdiam diri seperti patung dan melakukan istruksi sesuai yang dikatakan pemimpin adalah salah satu bagian dari upacara. Mendengarkan kepala sekolah berpidato yang panjangnya sepanjang kumis, eh__ salah!. Panjang kali lebar kali tinggi tanpa adanya volume.

Pidato yang di sampaikan pun itu-itu saja. Sudah selesai, ulang lagi sampai akhirnya bel masuk jam pertama berbunyi membuat semua murid bernafas lega.

Begitu juga dengan kelas 12 IPA 1, kelas Keylin Maurena. Mereka semua tidak ada yang pergi ke kantin di karenakan pelajaran hari senin adalah pelajaran horor-horor. Sudah panas-panasan berdiam diri di lapangan, ketika masuk kelas langsung berhadapan dengan angka-angka yang membuyarkan mata.

Kini anak-anak Ipa 1 sedang melakukan tradisi mereka seperti biasa. Tradisi contek-mencotek sebelum guru mereka masuk ke dalam kelas. Tradisi yang sudah lama berjalan sejak mereka duduk di bangku kelas 10.

Semua sibuk gerasak gerusuk dengan perasaan tak karuan. Mata lincah mereka bergerak kesana-kemari sedangkan tangannya, mereka gunakan untuk rebut-merebut serta oper-mengoper buku.

Berbeda dengan Keylin, gadis itu sedang duduk di bangkunya dengan punggung di sandarkan pada tembok. Sedari tadi ia terus memperhatikan Fira yang menyalin jawaban miliknya.

Di antara teman-temannya yang lain, hanya Keylin lah yang paling pintar dan rajin dalam mengerjakan semua tugas.

"Ck! Jawabannya nggak ada yang lebih panjang lagi apa ya?" Fira menggerutu.

"Syukur-syukur gue kasih lo nyontek. Lagian udah gue bilang kerjain tadi malam. Lo nya aja yang bandel," oceh Keylin. Tidak biasanya Fira mencontek seperti ini.

Biasanya, Fira seberusaha mungkin akan mengerjakan PR yang diberikan oleh guru tanpa mencontek. Kalaupun dirinya tidak mengerti, maka dengan sabar Keylin akan menjelaskan ulang bagian mana yang Fira belum pahami.

Jari-jari tangan gadis itu terus saja menulis namun berbeda dengan mulutnya yang tidak bisa diam. Hal itu sukses membuat Keylin jengah, ia tak habis pikir dengan sahabatnya ini. Hanya menyalin jawaban saja kenapa harus seribet ini.

Tak..Tuk...Tak..Tuk

Suara fantopel yang menghantam lantai terdengar semakin mendekat. Dengan gerakan cepat mereka semua kembali menuju bangku masing-masing lalu duduk dengan rapi. Perasaan mereka kini campur aduk, ada yang bernafas lega karena sudah selesai dan ada juga yang deg-degan karena baru menyalin setengah jawaban milik temannya.

Brak!!!

"ASSALAMULAIKUM YA UKHTY!!! UDIN KEMBARANNYA MAXIME BOUTTIER KEMBALI DENGAN KETAMPANAN YANG LUAR BIASA!" teriak Udin memasuki kelas di ikuti oleh Doni di belakangnya.

Semua menatap Udin dengan tatapan kesal, ada juga yang mengucap syukur. Bukan guru yang datang melainkan pembuat onar dengan kelakuan setengah waras.

"Hfth... ternyata kalian, gue kira tadi guru!" ujar Vio lalu lanjut menyalin jawaban teman sebangkunya.

"Eh Din! disini bukan ada ukhty doang. Akhy juga banyak. Masih muda masa rabun ...!" protes seorang laki-laki yang bername tag Roni.

"Sorry bro sorry."

REZVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang