BAB 30

47 11 0
                                    

Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Tugas buat gue apa?"

"Kalau kamu, siapin 500 anggota. Untuk penerbangan, kita memerlukan jet pribadi anggota K'Star. Dan hitung berapa jet yang kita butuhin, kalaupun masih kekurangan cepat kasih tahu aku, biar nanti aku pakai jet keluarga."

"Kita harus segera sampai disana sebelum semuanya terlambat."

"Kira-kira jet kita bisa nampung berapa orang?"

Rendy menunjukkan layar laptopnya. "Kita pakai yang ini, kapasitas penumpangnya maksimal 16 orang. Anak-anak yang punya jet pribadi sekitar 100 orang. Tapi yang gue pilih cukup 31."

"Oke berarti kita berempat berada di jet yang sama. Bang, aku mau kita pakai jet bunda."

Arkan mengangguk. "Iya, abang bakal siapin semuanya."

"Fira, lo sekarang telpon Ricko. Suruh dia buat nyiapin beberapa senjata dan jangan lupa buat nyiapin senjata paling kecil cabe rawit kesayangan gue," ucap Keylin diakhiri kekekehan.

"Siap itu mah." Dengan segera Fira menghubungi Ricko --Ketua Bagian Persenjataan--.

Kejadian seperti ini memang sering terjadi, menjalankan sebuah rencana dalam waktu yang singkat namun dengan pemikiran dan langkah yang mantap.

Tidak ada yang membantah, bagi mereka misi mendadak seperti ini adalah sebuah tantangan yang sangat asik, khususnya bagi mereka yang menyukai sebuah tantangan.

"Terus tugas gue disini, cuma mantau Rezvan sama Crystal gitu?"

Keylin mengangguk. "Iya. Cukup mudah 'kan?"

"Tapi gue pingin baku hantam," gerutu Khanza sembari memainkan jari-jarinya.

"Lo 'kan bisa baku hantam sama Crystal. Jambak-jambakan terus saling sindir, biasanya cewek kayak gitu 'kan?"

Bugh

Khanza meninju lengan Rendy, membuat sang empu meringis kesakitan. Khanza ini walaupun memiliki tubuh kecil, tapi kekuatan pukulannya bikin tubuh lawan nyut-nyutan.

"Galak banget sumpah. Ngalahin emak gue kalau marah," ujar Rendy dengan tangan kanan mengelus bahu kirinya.

"Satu dua buah tomat, gue mah bodo amat."

"Lagian nih ya, jambak-jambakan itu bukan gue banget. Mendingan baku hantam, sakitnya terasa. Iya nggak, Key?"

Keylin terkekeh. "Bener. Apalagi kita udah dapet nonjok, nendang lawan. Beuh, serasa bahagia lahir batin."

"Kamu emang gak beda jauh sama bunda." Arkan menggeleng-gelengkan kepalanya. Tak habis pikir dengan hobby adiknya ini.

"Iyalah, 'kan aku anaknya bunda."

"Stop dulu stop." Fira menengahi. "Kata Ricko, dia mau ikut. Menurut kalian gimana?"

"Bagus kalau dia mau ikut. Lagian, dia juga ahli dalam memainkan senjata, kita butuh dia."

Khanza mengangkat tangannya. Menatap satu persatu teman-temannya. "Berarti keberangkatan kalian sebentar lagi dong?"

"Iya, tepatnya besok." Khanza mengangguk tanda mengerti.

"Bang, udah urus surat izin kita 'kan?"

"Iya, tenang aja."

Setelah percakapan singkat itu, kini mereka semua kembali sibuk dengan tugasnya masing-masing. Rendy yang sibuk mencari berbagai informasi, sedangkan Khanza berselancar pada beberapa akun milik Crystal.

REZVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang