BAB 23

63 15 4
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Bisik-bisik dan tatapan sinis semua murid tertuju pada Keylin yang baru saja keluar kelas menuju kantin. Keylin berpikir, tidak ada yang aneh sama sekali dengan penampilannya. Lalu apa yang mereka semua bicarakan? Lalu apa maksud dari tatapan itu?

"Fir, kenapa mereka ngelihat gue kayak gitu?" bisik Keylin pada Fira.

"Lah mana gue tahu. 'Kan dari tadi, kita selalu berdua," jawab Fira lalu kembali fokus pada ponselnya.

"Cewek genit lewat jangan lupa red carpetnya!" ucap salah satu siswi yang ada di dekat mereka.

"Polos-polos menghanyutkan yee!"

Samar-samar Keylin mendengar hujatan itu. Keningnya mengerut samar.Kedua gadis itu masih belum mengerti apa-apa, hanya memandang malas dan tak perduli. Hingga seorang siswa berhodie hitam menghampiri keduanya kemudian mengatakan sesuatu.

"Maaf mengganggu. Tapi, lebih baik kalian berdua cepetan lihat mading sekarang. Kalau gitu, gue permisi. Assalamualaikum," ucapnya lalu pergi.

"Waalaikumussalam."

Keylin dan Fira saling menatap satu sama lain, layaknya meminta persetujuan dari tatapan mata itu.

Disinilah mereka berada. Di depan mading dengan mata memutar malas.

Sebuah photo sekaligus kata-kata fitnah terpampang jelas pada mading sekolah. Keylin menatap datar mading tersebut, begitu juga dengan Fira. Tak habis pikir dengan orang yang menempelkannya.

Photo Keylin bersama seorang laki-laki yang sedang berpelukan, yang tentunya adalah Arkan terpampang jelas disana. Photo mereka berdua bergandengan tangan di AR'Cafe juga terpampang jelas disana. Namun photo itu diambil dari belakang, sehingga wajah Arkan tidak terlihat. Lalu kata-kata penuh kebohongan juga tercantum pada bagian bawah photo itu, 'INI YANG KALIAN KIRA CEWEK POLOS TERNYATA KELAKUANNYA KAYAK GINI! JIJIK DONG JIJIK! kira-kira begitu tulisannya.

Bukan hanya ada Keylin dan Fira disana, namun juga ada Rezvan dan kawan-kawannya. Entah apa yang membawa mereka semua menuju tempat ini.

Menarik nafas dalam, Keylin mengeluarkan sesuatu dari kantongnya. Ia menempelkan benda itu pada photo beserta tulisan yang tertempel pada mading. Setelah itu, ia menscan-nya pada layar kamera.

Tidak berselang lama, senyum manis terbit pada kedua sudut bibirnya.

"Cindy," gumamnya.

"Apa? Lo manggil gue?" Cindy datang bersama Rani. Mereka menatap Keylin sembari tersenyum meremehkan.

"Gimana kejutan gue? Bagus 'kan?"

"Bagus. Aku suka." Keylin menjawab dengan santai. Jangan lupakan punggungnya yang kini bersandar pada dinding.

Rani-teman Cindy- mengerjap. "Lo nggak kaget?"

Keylin mengerutkan keningnya. Membiarkan alisnya hampir menyatu. Mengangkat bahu acuh, "Emang aku perduli?"

"Lo nggak malu?" Sekali lagi Rani bertanya.

Fira terkekeh menatap Keylin yang bersandar dengan santai. "Ngapain Keylin malu. Harusnya lo yang harus malu."

Keylin tersenyum bangga. Balik menatap Fira, iya yakin gadis itu mampu mengatasi ini semua. Bukannya mau menjauh ataupun menghindar dari masalah, tapi Keylin mempercayakan itu kepada Fira. Urusan sekecil ini bukan apa-apa.

Memilih untuk pergi, Keylin memperbaiki hijabnya yang terbawa angin. Ia melangkahkan kakinya meninggalkan tempat ini.

Baru saja ingin menjauh, suara bariton menghentikan langkah kakinya.

REZVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang