BAB 28

55 12 0
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Buset, jalannya cepet banget," gumam Rezvan saat melihat punggung Keylin mulai menjauh.

Ia mengejar gadis itu dengan cepat, bahkan kini Keylin berlari bak orang kesetanan. Beberapa orang hampir ia tabrak namun untungnya bisa dia hindari.

"Tungguin gue ...!"

"Ck! Cewek aneh," gerutu Rezvan. Ia tetap mengejar gadis tersebut.

"Awas lho, ntar jat--"

Brukk

Belum selesai Rezvan berucap, gadis itu sudah jatuh terlebih dahulu dalam keadaan tengkurap. Kedua tangannya refleks menjadi tumpuan, membuat hidungnya yang akan mencium lantai terselamatkan. Untungnya lagi kali ini koridor sekolah sedang sepi, koridor yang menjadi saksi bisu dirinya terjatuh dalam keadaan mengenaskan.

Rezvan berlari menghampiri Keylin. Sedetik kemudian ia terkekeh, "Udah gue bilang tungguin. Ngeyel sih. Gimana? Sakit 'kan?"

Melihat Rezvan yang tersenyum untuk pertama kali, membuat mata Keylin tak bisa mengalihkan perhatiannya. Bayangkan, Rezvan dengan wajah datarnya saja mampu memikat hati ribuan wanita. Wajahnya yang putih, hidung mancung, bola mata hitam pekat, alis yang tebal, dan bibir sedikit tebal serta rahang kokohnya mampu membuat kaum hawa menjerit tertahan. Ditambah lagi, senyum Rezvan yang sekarang.

Omo

Senyumnya bikin diabetes

Pingin dihalalin.

Eh?

Melihat ekspresi Keylin dengan mulut sedikit terbuka juga mata membulat membuat Rezvan menetralkan ekspresinya kembali datar.

"Awas ileran."

"Nafas, jangan lupa nafas!"

Keylin gelagapan, pipinya ikut memerah. Ia merutuki dirinya sendiri yang menatap Rezvan dengan penuh kagum. Salahkan laki-laki itu yang terlalu tamvan. Bahkan dirinya sampai insecure melihat wajah Rezvan yang begitu glowing.

Muehhehe

"Ngapain diem disitu? Mau belajar jadi suster ngesot?" sarkas Rezvan.

Keylin menggeleng. "Pantat gue nyeri."

"Berdiri! Gitu doang lemah ...!"

Gadis itu menatap Rezvan sengit. Laki-laki didepannya ini memang tidak punya hati, tidak peka atau bagaimana.

"Apa? Nggak bisa berdiri? Dasar lem--"

"Aku bisa ...!" potong Keylin.

Ia berdiri dengan cepat kemudian membersihkan pakaiannya yang berdebu.

"Dasar nggak punya hati ...!"

Rezvan tak bergeming. Ia masih berdiri pada posisi yang sama, tak berpindah sedikitpun. Menatap Keylin dengan intens.

"Ngapain lihatin aku kayak gitu?" tanya Keylin malas.

"Gue?" Rezvan menunjuk dirinya sendiri.

Keylin mendengus kesal. "Iya-iyalah. Siapa lagi? Ya kali aku bicara sama setan."

"Ups, refleks." Keylin cengengesan menampilkan deretan gigi putihnya.

Rezvan diam, tak menyahut sedikitpun. Ia berjalan meninggalkan Keylin yang merasa bersalah ditempatnya.

"Lah? Kok jadi gue yang ditinggal?"

"Rezvan ...!" teriaknya sedikit keras.

Mendengar namanya dipanggil, laki-laki itu berhenti sebentar, lalu menoleh ke belakang. "Lo perempuan. Gak baik teriak-teriak kayak gitu."

REZVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang