BAB 27

57 12 0
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.
.
.
.

Sorang gadis dengan seragam putih abu serta balutan hijab dikepalanya berjalan melewati lautan manusia yang tengah bercengkrama. Tujuannya saat ini hanya satu, yaitu kantin. Anak-anak dalam perutnya sudah mulai merengek dan memberontak. Ia tidak kuasa menahan laparnya yang menggila.

Kaki pendeknya melangkah pelan sedikit santai. Tak jarang juga, ia menyapa beberapa siswa maupun siswi yang ia lewati. Mata hazelnya memperhatikan beberapa murid yang menghabiskan waktunya didepan kelas. Ada yang duduk sambil bermain gitar, ada yang duduk selesehan dirumput bahkan ada juga yang sedang berpacaran. Berbagai macam aktivitas mereka lakukan.

Kebiasaan Keylin semenjak ia berhijab juga sudah mulai berubah, yang tadinya suka menghabiskan waktu menumpang wifi di perpustakaan, kini waktu itu ia gunakan untuk sholat dhuha dan mengaji. Bahkan, hubungannya dengan Rezvan juga kian membaik. Rezvan yang dulunya suka berkata pedas, kini kata-kata itu mulai berkurang. Bukan hanya dirinya, Arkan dan juga Fira selalu ikut serta berkumpul dengan Rezvan dan juga teman-temannya.

"Rezvan," gumamnya.

Jadi, posisinya itu seperti ini. Keylin baru saja sampai di pintu kantin sedangkan Rezvan sudah berada didalam kantin. Namun, bukan itu masalah utamanya. Masalahnya yaitu, Rezvan disana tidak hanya bersama teman-temannya melainkan mereka juga bersama dengan dua orang gadis, Keylin baru pertama kali melihat mereka. Memutar bola mata malas, ia tetap melanjutkan langkahnya.

Walaupun dirinya memang memutuskan untuk mengikhalaskan cintanya pada laki-laki itu, tapi tetap saja rasa cemburu itu ada. Ia tidak ingin perasaannya menghancurkannya, ini tidaklah benar. Cinta itu ada karena cinta adalah fitrah, dan tugas manusia adalah mengontrol perasaannya agar perasaan itu tidak berakibat menjadi dosa. Berbicara soal cinta memang tidak ada habisnya. Cinta, hanya satu kata namun memiliki beribu-ribu makna.

Kembali lagi pada pembahasan tadi, perasaan memang sangat sulit untuk dikontrol. Contohnya Keylin, gadis itu memilih untuk tidak menghampiri Rezvan. Ia memutuskan untuk duduk dipojokan kantin sembari menikmati bakso pesanannya. Namun matanya, tak henti-henti melirik ke arah satu orang laki-laki yang hanya menampilkan raut datar dan ekspresi tak suka.

Hatinya kembali memanas, kala seorang gadis terang-terangan mengangkat sendok yang berisi nasi goreng ke mulut Rezvan. Keylin tersedak. Ia menatap tajam gadis itu. Ia tahu bahwa ini bukan haknya untuk marah, tapi mau bagaimana lagi? Cemburu itu adalah hal yang alami. Ingin pergi, namun perutnya sudah terlajur kelaparan. Ia tidak punya pilihan lain.

"Ada yang mencintai, namun keberadaannya tak diakui." Seorang gadis dengan tingkah bar-bar memasuki kantin dengan berteriak heboh seperti itu. Siapa lagi kalau bukan Fira.

"Ada yang melepaskan namun takdir selalu mempertemukan."

Gadis itu kembali menarik nafas lalu kembali bersuara tinggi. "Ada yang berpura-pura tegar, namun hati seolah dihantam. Sungguh kasihan!"

Semua pasang mata menoleh ke arahnya, begitu juga dengan Keylin. Ia menatap Fira dengan malas. Keylin tahu bahwa Fira kini tengah menyindirnya.

"Ada yang menyala namun bukan api. Ada yang tertawa namun sedang bersedih hati." Fira cekikikan mendengar perkataannya sendiri. Ditambah lagi dengan ekspresi Keylin yang terlihat mulai kesal, siapa suruh meninggalkan dirinya sendirian di dalam kelas, pikirnya.

Sebenarnya, fira tidak bermaksud mengatakan hal seperti itu. Ia hanya ingin agar Rezvan mendengar, supaya laki-laki itu menjauh dari gadis yang sedari tadi mengganggunya. Fira mengerti bahwa Keylin sedang menahan cemburu, terlihat dari caranya memakan bakso bak orang kesurupan.

REZVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang