BAB 12

105 37 9
                                    

Aku hanya ingin kamu diam dan
biarkan aku mengejar. Jangan berlari ataupun berjalan, karena aku tidak sekuat
yang kamu bayangkan.
~Keylin Maurena~
🕊🥀🕊🥀🕊🥀🕊🥀🕊🥀🕊🥀🕊🥀



"Temen-temen semua yang cantik-cantik dan ganteng-genteng. Besok lusa ada acara pentas akhir bulan, jadi khusus untuk kelas 12 IPA diwajibkan untuk berpartisipasi memeriahkan acara ini. Kalian juga bisa tampilin apapun, baik itu dance, nyanyi, nari, drama, puisi, pokoknya terserah yang penting sopan dan mentaati aturan. Jadi apa ada yang mau ngusulin?" tegas Doni sang ketua kelas menginformasikan.

"Don!! satu kelas minimal berapa orang?" tanya Fira mewakili teman-teman sekelasnya.

"Dua orang."

"Gimana kalo lo sama Keylin yang tampil. Secara kan lo pinter main gitar sedangkan Key jago nyanyi!" usul Vio.

Teman-teman yang lain mengangguk setuju. Memang benar Keylin ahlinya dalam bernyanyi, begitu juga dengan Doni yang berbakat memainkan gitar.

"Tapi Keylin mana?" tanya sisil.

"Tadi sih katanya mau pergi ke taman. Tapi kok belum balik, ya?" Tiba-tiba saja Fira merasa khawatir.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam," jawab mereka kompak.

Gadis yang tadi dibicarakan kini datang dengan wajah yang sembab dan dagu yang sedikit merah.

"Lo kenapa nangis? dan ini dagu lo," Fira manarik dagu Keylin. "Siapa yang bikin dagu lo merah kayak gini?"

"Nggak kenapa-napa,"

"Jawab gue Key!" sentak Fira.

Fira tersenyum sinis. "Apa jangan-jangan Rezvan?"

"G--"

"Nggak usah alesan lagi, gue tahu Key. Kenapa sih lo nggak mau dengerin ucapan gue?" kesal Fira. Ia mengeluarkan sebuah salep dari dalam tasnya, kemudian mengobati dagu Keylin yang kemerahan.

"Ucapan Fira bener. Lo harusnya nggak perlu ngejar cowok kayak dia," sahut Lala.

"Gue cuma kegores ranting pohon karena kesel."

Ucapan Keylin memang benar adanya. Setelah mengatakan bahwa Rezvan gagal membuatnya menyerah gadis itu berjalan tanpa melihat sekitar. Alhasil dagunya tergores ranting pohon.

"Apapun alasannya tapi pasti keadaan lo ada campur tangan Rezvan. Gini ya Key, gue kasih tahu sama lo, seorang laki-laki boleh aja tegas, tapi seorang laki-laki juga nggak boleh kasar sama perempuan. Bahkan, satu kalipun. Orang yang kasar kayak Rezvan, nggak pantas buat di pertahankan," tambah Sisil.

"Tapi yang kasar cuma kata-katanya. Dia gak pernah main fisik sama perempuan, dan gue yakin kalaupun itu terjadi dia cuma kelepasan. Sekasar-kasarnya Rezvan, dia nggak akan pernah nyakitin perempuan."

"Terus ini buktinya apa?" Fira menunjuk air mata Keylin. "Lo masih mau bela dia?"

"Please, gue juga butuh waktu buat pergi."

Keylin menatap temannya satu persatu. "Please lupain masalah ini. Masalah yang tadi kalian bahas silakan dilanjutin."

"Lo bener. Kita sampai lupa jadinya, btw lo sama gue bakalan tampil di acara pentas akhir bulan. Lo mau kan?" tanya Doni.

Keylin mengangguk singkat.

"Oke kalau gitu. Sisil Lo sebagai sekretaris tulis nama gue sama Keylin!" putus Doni kemudian menyuruh Sisil menulis namanya.

REZVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang