Motor sport milik Rezvan terparkir rapi di depan bangunan menjulang tinggi.
Laki-laki itu membuka helm full face kemudian menyugar rambutnya acak-acakan. Ia jadi teringat kejadian kemarin malam yang menurutnya kejadian aneh penuh drama. Dimana, dirinya berperan sebagai orang bodoh yang menemukan seseorang layaknya anak kucing kelaparan. Untung saja ada seorang gadis lain yang membantunya.
Teman-temannya yang sudah menunggu sejak tadi, menghampirinya yang masih setia menyugar rambut ke belakang.
"Gimana perasaan lo bro. Rindunya nambah atau kurang?" Pertanyaan jahil dari salah satu temannya yang sangat usil. Rangga.
Memilih abai, Rezvan memperhatikan sekitar lalu melangkah meninggalkan teman-temannya yang berteriak.
Rangga mengusap dada dramatis. "Kita yang nungguin. Kita juga yang ditinggalin!"
Rezvan berdecak. Teman-temannya tidak ada satupun yang terlihat waras.
Melirik jam tangan yang melingkar ditangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 07:20, itu artinya 10 menit lagi bel masuk akan berbunyi.
Kakinya melangkah dengan cepat untuk memastikan sesuatu, namun sebelum itu ia berhenti kala tangannya terasa ditarik dari belakang.
"Lo ngapain jalan kesana?! Kelas kita udah kelewatan!"
Tanpa menjawab pertanyaan Rangga, Rezvan menyentak cekalan itu. Ia kembali berjalan sekitar lima langkah.
Tepat di depan kelas yang bertuliskan XII IPA 1, ia berhenti. Tanpa memperdulikan tatapan bertanya dari orang sekitar, ia masuk ke dalam kelas tersebut mencari sesuatu. Kosong! sepasang bangku itu masih kosong.
Ia menatap penghuni kelas dengan alis yang terangkat, "Dimana Keylin?"
"Kita nggak tau. Kemarin juga dia nggak masuk!"
Rezvan menangguk. Ia berbalik hendak keluar kelas namun tiba-tiba ketiga temannya ada disana. Kenzo dan Rangga yang bersandar pada pintu disisi kiri dan kanan. Sedangkan Vion bersandar pada dinding luar kelas yang menghadap kelas XII IPA 1. Posisi yang sempurna.
"Dugaan gue benar, rindunya pasti nambah!"
Memasukkan tangan ke dalam saku celana, Rezvan keluar dari kelas meninggalkan teman-temannya, lagi. Sabar!
Disinilah ke empat cowok itu berada, di dalam kelas duduk anteng dengan pikirannya. Tidak, bukan ke empatnya. Karena kedua orang yang bernama Kenzo dan Rangga kini sedang sibuk dengan kuaci serta kacang yang kemarin mereka bawa dari markas. Vion? Laki-laki itu sadang menatap ke arah pintu entah menunggu siapa, sesekali melirik ke arah ponselnya. Mencoba untuk fokus. Sedangkan Rezvan, laki-laki itu tengah memejamkan mata dengan pikiran yang melayang-layang entah kemana. Hanya kegelisahan yang menyelimuti hatinya saat ini. Tak ada yang lain lagi.
Srett
Suara dorongan kursi membuat perhatian Rezvan teralihkan. Laki-laki itu mendongak ke depan dan langsung saja ia mendapatkan beberapa pasang mata yang tengah memandang ke arahnya.
"Kalau lo kangen Keylin. Do'ain dia supaya baik-baik aja dimanapun dia berada!" Itu suara seorang gadis yang baru saja ikut bergabung. Khanza.
Atensi mereka kembali teralihkan.
"Gimana gue bener kan?" Semuanya mengangguk kaku.
"Kalau gitu sekarang lo bisa pindah?" tanyanya pada Kenzo. "Itu tempat duduk gue."
Kenzo menurut. Ia memberikan jalan agar Khanza bisa duduk dengan nyaman tanpa terganggu dengan kehadirannya.
Seakan terpikir sesuatu, Kenzo mengerutkan keningnya bingung. "Masalahnya disini bukan cuma Keylin aja yang ngilang. Tapi sepupu gue sama si Arkan juga gak tau pada kemana."
KAMU SEDANG MEMBACA
REZVAN
Teen FictionAku adalah langit yang selalu ada di saat bintang pergi maupun kembali. _Keylin Maurena. Bagiku kamu adalah pluto. Salah satu planet yang ada di alam semesta namun tak pernah aku anggap ada. _Rezvan Aditya. Ini tentang dia, dimana cinta ingin terus...