33 - Flair

205 41 0
                                    

[PERINGATAN!] Cerita ini hanyalah fiksi belaka, semua karakter, alur, serta beberapa latar dalam cerita adalah milik penulis yang tidak terlepas dari berbagai inspirasi.

Selamat Membaca!

Selamat Membaca!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✬✬✬

Flair, babak yang ia tunggu akhirnya datang juga. Jantungnya berdegup tak karuan, rasa gelisah itu mulai melingkupinya lagi. Sementara para helper membantu Amaryllis mengenakan setelannya, gadis itu masih sibuk untuk menenangkan dirinya sendiri.

Setelan kali ini agak ketat dan tipis, tetapi lentur dan membuatnya leluasa bergerak. Mereka juga menambahkan baju luaran berompi, jaket berbahan taslan, dan juga celana berbahan quick dry.

Amaryllis sudah merasa menjadi sosis gulung karena pakaian berlapis yang ia kenakan. Sebagai sentuhan terakhir, mereka kemudian menyuruh Amaryllis untuk memakai sepatu boots hitam dan gelang UHD di tangan kanannya.

Seorang petugas kemudian mendekati Amaryllis untuk memasangkan sebuah benda berbentuk bulat tipis.

"Apa ini?" tanya Amaryllis.

"Ini pelacak. Kami akan memasangkannya ke tanganmu."

"Baiklah, silahkan," jawab Amaryllis yang kemudian mengulurkan tangannya.

Amaryllis mengangkat sebelah alisnya ketika benda itu dipasangkan ke pergelangan tangannya. Rasanya seperti sebuah selotip dengan lem super yang melekat kuat pada kulitnya.

"Persiapannya sudah selesai, Anda bisa langsung menuju hanggar keberangkatan," ujarnya kepada Amaryllis.

Gadis itu kemudian mengangguk pelan. "Terima kasih."

"Amy!" panggil Travis yang baru saja datang dari luar.

"Travis?"

"Wow! Kau tampak luar biasa dengan pakaian itu! Bagaimana rasanya?" tanya Travis.

"Lumayan nyaman aku rasa, dan sedikit aman," jawab Amaryllis yang membuat Travis tertawa.

"Apa Samuel baik-baik saja? Aku belum melihatnya lagi sejak Gallantry kemarin," tanya Amaryllis.

"Samuel baik-baik saja. Dia akan melihatmu dari tribun luar seperti yang lainnya. Tapi sebenarnya memang ada sedikit masalah ...," jawab Travis dengan akhiran yang terdengar ragu-ragu.

"Ah kau hampir lupa! Lucia menitipkan ini kepadaku," ujarnya yang mengeluarkan sebuah scarf dari balik jasnya cepat-cepat.

"Scarf?" tanya Amaryllis bingung dengan menatap scarf berwarna iridescent itu.

"Dia bilang kau harus tetap tampil modis. Boleh aku pasangkan?"

"Tentu saja."

"Tapi aku rasa tampil modis tidak cocok untuk arena Flair," ungkap gadis itu setelah Travis selesai memasangkan scarf itu ke lehernya.

VENTURIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang