23 - Suatu Hal

269 47 0
                                    

[PERINGATAN!] Cerita ini hanyalah fiksi belaka, semua karakter, alur, serta beberapa latar dalam cerita adalah milik penulis yang tidak terlepas dari berbagai inspirasi.

Selamat Membaca!

Selamat Membaca!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✬✬✬

Baru satu babak Venturion selesai dilewati. Namun, euforia yang bertiup di Centrus terasa begitu meriah. Kembang api meletup keras di langit ibu kota. Panel-panel hologram mulai menampilan wajah pemenang babak pertama Venturion.

Setelah selesai makan malam, Amaryllis masih harus berkelit dengan hadiah yang baru ia terima. Dia bahkan tidak mengenal orang yang mengiriminya hadiah. Yang diketahuinya hanyalah, kotak-kotak itu berasal dari calon sponsornya.

Mata Amaryllis masih membulat ketika melihat hadiah yang menggunung. Sejak pengumuman Zavesys, banyak sekali orang yang menawarkan dirinya untuk menjadi sponsor Amaryllis. Mereka bahkan tidak tanggung-tanggung mengirimkan sogokan mewah kepada gadis itu.

Jujur saja Amaryllis masih awam soal dunia persponsoran. Dia berpikir kalau memiliki banyak sponsor adalah hal yang baik. Namun, ternyata mereka hanya perlu memilih tidak lebih dari 5 sponsor saja.

Kata Samuel, jika mereka memiliki terlalu banyak sponsor maka profit yang terbagi akan terlalu banyak. Kelak mereka juga harus mengembalikan sokongan sebanyak yang mereka terima. Oleh karena itu, mereka hanya perlu memiliki sedikit sponsor yang loyal.

"Ayo Amy! Buka salah satu hadiahmu," minta Selina yang mengagumi tumpukan kado itu.

Amaryllis menggeleng kecil. "Tidak, Selina. Aku akan membukanya jika kita sudah memutuskan sponsor mana saja yang masuk," jawabnya tersenyum yang dibalas anggukkan oleh Selina.

"Apa kau mau?" tawar Samuel yang menyodorkan sepotong kue kepada Amaryllis.

"Sedikit saja, terima kasih," jawabnya seraya menerima potongan kecil kue coklat dengan toping buah kering.

Meja makan persegi itu masih dipenuhi oleh berbagai hidangan. Amaryllis rasa dia bahkan tidak akan mampu menyicipi mereka semua. Sepertinya kapasitas lambungnya sudah menyusut karena terbiasa menahan lapar.

"Amaryllis, bisa kita bicara sebentar?" tanya Frans yang datang dengan dua gelas minuman.

Gadis itu menolehkan kepalanya. "Tentu saja."

Mereka keluar dari ruang makan dan berhenti di balkon kaca itu. "Ada apa?"

Frans tersenyum sembari memberikan segelas minuman itu kepadanya. "Selamat atas keberhasilanmu, Amaryllis."

"Terima kasih, ini juga keberhasilan Red Thunder," jawab Amaryllis.

"Tentu saja, untuk kita semua," ujar laki-laki itu yang kemudian mengangkat gelasnya untuk bersulang.

VENTURIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang