Sebenarnya setiap jiwa yang dilahirkan adalah suci, tergantung bagaimana cara didikannya, lingkungan dan pergaulannya serta bagaimana seseorang itu berbuat.!!
~goresanpena~***
Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh..
Aku updet Athacha lagi nih☺️
Sebenarnya ini cerita pertama aku yang di publish, tapi aku tarik kembali.
Semoga sekarang aku konsisten, hehe😄
Tinggalkan jejak dengan memberikan vote dan komentar terbaiknya..
Tandai jika ada typo ya, jangan lupa follow dulu sebelum baca, terimakasih..
Happy reading..
*******
Seorang ibu muda tengah berjuang melahirkan anak pertamanya ke dunia, tidak ada suami yang mendampingi ataupun keluarga.
Hanya ditemani seorang bidan desa yang membantu dalam proses persalinannya.Suara teriakan kesakitan menggema di penjuru kamar, sang bidan tak henti memberikan instruksi dan menenangkannya.
"Tarik nafas hembuskan perlahan," instruksi bidan. Untuk kesekian kalinya sesuai instruksi dia hembuskan nafasnya perlahan.
Peluh telah membanjiri tubuhnya, tangannya sedari tadi meremas apapun yang berada di sekitarnya.
"Sakit Bu," rintihnya.
"Sabar nak, begitulah perjuangan seorang Ibu."
Bidan kembali mengecek apakah pembukaannya sudah sempurna.
"Sudah waktunya, tunggu instruksi ya kalau saya bilang ejan langsung mengejan,"
Dia hanya mengangguk.
"Oke, sekarang ejan!"
"Aaakh,"
"Sedikit lagi kepalanya sudah terlihat, yuk semangat,"
Ditariknya nafas dan buang. "Aaakhhhuaaa."
Suara teriakannya di sambut tangisan bayi laki-laki yang menggema di dalam kamar tersebut, si Ibu tersenyum setelah berhasil melahirkan bayinya.
Setelah itu matanya tertutup karna kelelahan telah berjuang melahirkan bayi laki-laki yang sangat tampan.
"Bagaimana?" seorang pria paruh baya masuk ke dalam setelah mendengar suara tangis.
"Alhamdulillah bayinya sehat Pak tidak kurang satu apapun, sangat tampan."
"Ibunya?"
"Tidur mungkin karna kelelahan, tapi tidak apa-apa hanya tidur biasa," jelas sang bidan.
"Yasudah kau boleh pergi. Ambil uangmu di asistenku, setelah itu panggil dia kesini."
"Baik Pak, terimakasih."
Setelah bidan pergi, paruh baya itu mendekati ranjang duduk di samping putrinya yang tertidur.
Diusapnya kepala sang putri. "Maafkan Papa." tanpa sadar setetes air jatuh di pipinya. Ya dia menangis.
"Permisi tuan,"
segera di usap pipinya yang basah setelah mendengar suara asisten.
"Hmm."
"Anda memanggil saya?"
"Buang bayi itu!" tunjuknya pada bayi yang tengah menggeliat di samping sang Ibu.
"Ma-maksudnya tuan?" gagap si asisten.
"Saya bilang buang bayi itu." jawabnya tegas.
"Tapi tuan ini cucu anda sendiri,"
"Saya tidak butuh anak haram itu!" ucapnya dingin.
"Bagaimana dengan nona tuan? Dia akan sedih kehilangan anaknya,"
Si asisten masih berusaha meyakinkan majikannya supaya tidak membuang cucunya sendiri.
"Ini demi kebaikannya, dia akan bahagia jika tidak ada bayi itu."
"Tuan, nona sangat menyayangi anaknya."
"Jika saya bilang buang, ya buang atau kau mau dipecat!" tegasnya.
"Ba-baik tuan sa-saya akan buang," gugupnya sembari pergi membawa bayi malang yang terbungkus selimut biru muda itu.
"Kasihan sekali kau nak, baru lahir sudah berpisah dengan Ibumu. Aku berjanji kau akan hidup dengan baik." kata si asisten sambil mengusap pipi bayi tampan tersebut.
Dibalik itu semua tidak ada yang tau, jika paruh baya itu sudah menahan sesak sedari tadi. Dia juga merasa sedih, siapa yang tidak merasa sedih jika harus membuang cucu sendiri.
Dia sayang dengan cucunya, tapi dia jauh lebih menyayangi putri satu satunya.
Ini demi hidup putrinya, dia tidak akan sanggup melihat putrinya menjalani hidup dengan merawat bayi seorang diri tanpa adanya suami, apalagi putrinya masih sangat muda bahkan dia belum lulus SMA.
Apapun akan dilakukannya untuk masa depan putrinya..
------------
Hai, Assalamu'alaikum..
Bagaimana kabarnya hari ini?
Bagaimana dengan prolog nya?
Semoga suka ya, kalau rame insyaallah bakal up cepat..Vote dan komen
Next?
#janganlupatersenyum
#janganlupabahagia
#janganlupaterustebarkankebaikan
KAMU SEDANG MEMBACA
Athacha
Teen Fiction(Dilarang plagiat) Pernikahan akibat kesalahpahaman. dua pribadi yang baru ditemukan sudah terikat dengan pernikahan. sanggupkah mereka menjalani dan mengurus anak diusia yang masih muda? Acha remaja yang sikapnya sebelas dua belas dengan bocah, mam...