4

744 106 61
                                    

senyum merupakan ibadah yang sangat mudah untuk di kerjakan, selagi kita masih bisa tersenyum, maka tersenyumlah..
~goresanpena~

***

Bismillahirrahmanirrahim..

Hai,,

Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

Aku balik lagi nih, semoga suka dengan part ini

Tinggalkan jejak dengan memberikan vote dan komen terbaiknya

Tandai jika ada typo, sebelum baca follow dulu ya, terimakasih..

Happy reading..

------

Pagi ini semua anggota keluarga telah berkumpul di meja makan menikmati sarapan bersama begitu juga Atha. Sementara baby Ael, setelah dimandikan oleh Mama dititipkan pada Bi Ati, pelayan di rumah Acha. Acha belum bisa memandikan baby Ael, takut kecengklek.

Atha merasa memiliki keluarga yang sebenarnya sekarang. Selama ini ia tidak pernah duduk di meja makan menikmati sarapan bersama Daddy. Pria itu tak pernah mau sarapan seperti ini bersama Atha. Bahkan tinggal di rumah bisa dihitungkan hari dalam setahun.

Daddy-nya terlalau sibuk dengan pekerjaan, sementara Mommy? Atha tidak pernah melihat sosok itu di rumah. Entah masih hidup atau telah meninggal. Ia juga tidak pernah bertanya pada Daddy.

Yang Atha tau semenjak ia berumur tiga tahun, ia tak pernah lagi melihat sosok itu.

Bahkan sekarang ia tak lagi mengingat wajahya, karna memang tak ada satupun foto wanita itu di rumah begitu juga dengan Kakaknya.

Yang Atha ingat, dulu dia memiliki seorang Mommy dan Kakak laki-laki dan memiliki keluarga yang harmonis.

Tapi itu sudah lama berlalu, semenjak kepergian Mommy dan Kakak-nya secara mendadak, keluarganya berubah dratis. Apalgi Daddy, semenjak itu Daddy tak pernah ada waktu lagi untuknya.

Apakah Atha tidak merindukanya? Mungkin benar saat melihat kebersamaan temanya dengan kedua orang tua mereka. Tapi jika sedih? Atha tak pernah merasa sedih saat mengingat Ibu-nya, apa yang akan disedihkan karnan tidak ada kenangan yang dia ingat tentang sosok itu.

Umurnya masih kecil saat ia ditinggalkan. Selama ini ia dirawat oleh Mbok Yum pelayan yang telah lama bekerja di rumah sampai ia berumur tujuh belas tahun sakarang. Bahkan ia lebih sayang dan lebih mendengarkan perkataan wanita itu daripada sang Daddy.

"Jadi nama lo Atha?" pertanyaan Raska menghentikan lamunan Atha.

Raska sudah mendengar penjelasan Papa kenapa adiknya bisa menikah dengan laki-laki yang ada di depannya sekarang. Ia masih syok dan masih belum menerima adiknya menikah secepat ini dan melangkahinya.

"Iya bang." Jawab Atha.

"Kuliah atau masih sekolah?" tanya Raska, ingin mengetahui tentang Atha.

"Masih sekolah bang, kelas XI." jawab Atta tenang.

"Oh, satu tahun di atas Acha." Raska mangut- mangut.

"Sekolah dimana?" lanjutnya.

"Raska, ini meja makan wawancaranya nanti saja setelah makan." sela Papa sebelum Atha menjawab pertanya Raska.

"Kan, cuma tanya Pa," balasnya.

"Sudah nanti saja, Atha mau yang coklat atau putih?"

Mama juga menyela dan menawarkan susu rasa apa kepada Atha.

AthachaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang